Chapter 19

6K 418 3
                                    

Arabella's POV

Sekarang seseorang yang telah menolong ku tadi berdiri didepan membelakangi ku, yang tak lain adalah Nick. Dia berdiri menghadapi lelaki yang terlempar tadi.

"Kau tak boleh menyakitinya!" Kudengar suara Nick berbicara. Aku memusatkan perhatian pada mereka berdua.

"Aku hanya ingin kematian nya, seperti apa yang sudah kau lakukan dulu pada kekasih ku"

"Aku hanya membela diri, karena dia berusaha membunuhku! Dia menginginkan aku menjadi kekasih adiknya, tapi aku tak mau"

"Aku tak perduli, darah harus dibayar dengan darah"

"Baiklah Sean, jika itu yang kau mau! Aku harap kau sudah siap untuk kematian keduamu"

"Kau masih saja sombong! Apa dia sangat berarti bagimu, hingga kau begitu melindungi nya?" ujar lelaki yang dipanggil Sean itu, melirik kearahku dari balik pundak Nick. Sebelum akhirnya mengalihkan focusnya kembali ke Nick didepan ku.

"Itu bukan urusan mu, Sean!" ungkap Nick sambil memalingkan sedikit wajahnya kesamping melirik ku dari ekor matanya.

"Kau salah, sekarang itu jadi urusanku Nick" kata Sean yang tiba-tiba saja mendorong tubuh Nick hingga membentur dinding disebelah ku. Aku kembali menjerit kaget, karena jaraknya yang hanya beberapa senti dariku. Jika sedikit lebih kekiri, bisa dipastikan tubuhku lah yang terkena hempasan itu.

Aku berusaha membantu Nick untuk bangkit. Walaupun aku tahu Nick itu vampire dan mungkin tidak merasakan sakit kalau hanya terdorong seperti itu, tapi tetap saja aku khawatir. Aku melirik kearah laki-laki yang dipanggil Sean itu, dia sekarang tersenyum puas.

Sean mulai mendekati Nick lagi untuk menyerangnya, namun Nick bergerak lebih cepat dan memukulnya hingga terpental ke drumband yang kini hancur berantakan. Dia menyeringai memamerkan giginya lalu menggeram buas terlontar dari sela-sela bibirnya.

Sebenarnya aku ingin memohon agar perkelahian ini dihentikan, tapi aku tidak bisa menggerakkan otot-otot mulutku, menarik udara keluar dari paru-paru ku.

Lelaki yang bernama Sean itu bangkit dan mulai menyerang Nick lagi yang kini sudah siaga. Mereka saling memukul dan menangkis dengan gerakan yang sangat cepat, secepat kilat. Mereka berkelebat disekitar ku dan menghancurkan alat-alat musik diruangan ini. Sean tiba-tiba mengeluarkan pisau dari dalam saku celana nya, saat melihat Nick terhimpit tak berdaya didinding.

Ketika Sean hendak menusukkan pisau itu kejantung Nick, mulutku berteriak memanggil nama vampire berwajah sempurna itu. Mendengar itu membuat Sean teralihkan untuk sesaat, Nick tidak menyia-nyiakan kesempatan dia beringsut cepat dan membalikkan keadaan.

Sekarang Nick berada dibelakang vampire yang bernama Sean itu, dia memutar leher Sean hingga kepalanya tidak lagi terhubung dengan badannya. Kepalanya terjatuh kelantai dan sempat memantul beberapa kali hingga berhenti disudut ruangan. Aku membelalakkan mataku saking shock nya, bahkan aku tak dapat menggerakkan kedua kakiku yang seperti nya terpaku dilantai. Dalam keadaan itu aku masih sempat mengawasi keadaan Nick, yang tidak terluka dan tak ada tanda-tanda cedera sedikit pun.

Aku belum pulih sepenuhnya dari keterkejutan ku, saat tiba-tiba Claire dan Samuel datang tanpa menatapmu. Mereka berbicara sangat pelan, nyaris tak terdengar olehku. Lalu aku melihat Samuel mengangkat tubuh Sean yang masih menggeletar dan berkedut-kedut tersebut, dan kulihat Claire mengangkat kepala Sean dengan mata yang masih terbuka.

Kemudian kulihat Nick berbalik kearahku dan perlahan menghampiri ku. Pikiranku terasa buntu, aku terperangah dan tak berdaya, seperti tubuhku yang membeku sekarang. Sebab ini pertama kalinya aku melihat pembunuhan didepan mataku secara langsung, walaupun yang dibunuh bukan manusia, tapi tetap saja itu namanya pembunuhan kan?

Saat berada didekat ku, Nick menyemprotkan sesuatu kepadaku hingga dua kali, entah apa itu baunya harum sekali, dan kepalaku terasa sangat berat. Lalu aku merasa tiba-tiba kegelapan menyelimutiku sekarang.

Author's POV

Saat berada didekat Ara, Nick mengambil cairan penghilang ingatan setengah jam sebelum tak sadarkan diri, yang ada dikantong celananya. Dia menyemprotkan dua kali, agar cairan itu bekerja sempurna, tidak seperti yang dulu ia lakukan, hanya membuat Ara lupa saat disemprot cairan itu dan sebuah ciuman yang tak sengaja.

Nick hanya tak ingin membuat gadis itu ingat dengan kejadian yang membuatnya shock berat tersebut. Dia juga menyayangkan kenapa dulu cairan itu tak bekerja sempurna hingga gadis itu ingat tentang matanya yang berubah menjadi merah darah, hingga identitas nya terbongkar, tapi hal tersebut juga membuatnya merasa beruntung karena gadis itu sudah tahu siapa dirinya, namun tak menjauhinya.

Kemudian Nick membawa tubuh gadis itu ke UKS dan mengatakan kepada para guru, bahwa gadis itu pingsan didepan toilet, dan alasan itu pula yang diberikan Nick pada gadis itu saat terbangun. Sedangkan Claire dan Samuel memperbaiki ruangan musik dan mengganti alat-alat yang rusak akibat perkelahian tadi dengan cepat tanpa diketahui siapapun.

.

Bersambung...

Vampire... I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang