"Apakah kalian berdua memiliki sesuatu yang ingin kalian katakan tentang pertengkaran pertama kalian itu? Jangan bicara pada Bapak. Berkomunikasi itu kunci memperbaiki hubungan"
Seonho menelan ludah. Hubungan apanya. Dikira ini mediasi buat pasangan yang mau cerai apa.
Dia mengingat pesan teman temannya untuk mencoba meminta maaf dan berlapang dada. Seonho mengumpulkan seluruh keberaniannya.
"Gue minta maaf kalau waktu itu cara gue negur lo dan temen temen yang lain salah"
Raut wajah Guanlin melunak sesaat sebelum menjadi dingin kembali mendengar lanjutan kalimat Seonho.
"Tapi gue ga ngerasa salah udah naatin peraturan asrama tentang dilarang membuat gaduh diatas jam 9 malam".
"Ck tetep aja ya lo dengan pendirian lo yang keras itu"
"Seenggaknya gue udah minta maaf. Lo gamau minta maaf juga? Toh emang salah lo kan siapa suruh berisik malem malem"
"Mau banget?"
Seonho mengepalkan kedua tangannya. Sabar...Sabar...Sabar...
"Guanlin, apa kamu benar benar tidak ingin mengatakan sesuatu? Sekali lagi tarik nafas dalam dalam dan kesampingkan semua egomu"
Seonho melihat Guanlin tidak bergeming menatap Pak Seokhoon. Sepertinya batinnya sedang bergolak hebat. Antara menuruti perkataan Pak Seokhoon agar semua ini segera berakhir atau tetap teguh dengan kekerasan hatinya.
Guanlin tiba tiba menengok kearah Seonho, "Gue minta maaf udah bikin keributan hari itu. Maaf juga soal kata kata gue yang kasar".
Entah mengapa walaupun diucapkan dengan nada sedingin es, hati Seonho lega mendengarnya.
"Bagus sekali kalian berdua. Tadi adalah sebuah kemajuan besar, dimana kalian bisa sama sama melepaskan emosi yang kalian tahan dari kejadian yang sudah lama berlalu itu"
"Selanjutnya saya ingin mendengar unek unek kalian terhadap satu sama lain"
"Saya akan bicara duluan Pak" Guanlin bersuara.
Setelah Pak Seokhoon mempersilahkan, Guanlin langsung berkata panjang lebar.
"Gue ga suka sama orang yang ikut campur dengan hidup gue. Lo selalu bawa bawa 'peraturan' sebagai tameng lo tiap bikin masalah sama gue. Apa susahnya tutup mata sih? Apa susahnya pas gue cabut lo pura pura gatau dan bukannya malah ngadu sama guru? Apa susahnya pas gue ga ngerjain tugas, ga ngumpulin PR, lo tutup mulut? Emangnya nilai gue ngaruh sama prestasi lo?"
Seonho tersudut. Kata kata Guanlin membuat nafasnya sesak.
"Guanlin" Pak Seokhoon memperingatinya.
"Apa susahnya buat bodo amatan ketika lo mergokin gue dan yang lain keluar asrama malem malem? Bukannya balik belajar sama buku buku kesayangan lo, lo malah buang buang waktu ngaduin gue ke ketua asrama. Yoo Seonho, biar gue tanya sekali lagi. Apa urusan hidup gue sama hidup lo? Lo pikir dengan jadi ketua kelas lo bertanggung jawab atas kelangsungan hidup semua orang? Ga masuk akal"
"Lai Guanlin! Bukan unek unek macam ini yang Bapak minta!" Pak Seokhoon meninggikan suaranya.
Sementara Seonho masih terdiam dan berusaha sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Pak saya rasa konseling ini tidak akan berhasil" kata Seonho tiba tiba "Saya dan Guanlin memiliki prinsip yang berbeda Pak dan saya yakin tidak ada satupun diantara kami yang mau mengesampingkan hal itu"
Dua jam terasa sia sia. Kata kata maaf yang sebelumnya terucap rasanya sudah tidak berbekas.
Pak Seokhoon terlihat iba pada Seonho yang sudah hampir menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA 🔄 GUANHO [COMPLETED]
FanfictionPepatah lama yang dari anak TK sampai kakek-nenek tau : "Jangan terlalu benci, nanti suka" . . . Highest rank : #106 in Fanfiction {Start 170918 - End 171019}