Aldino Krastin Srendana

8.3K 293 3
                                    

Semua fokus mata kini teralih kepada seorang pria yang sedang bermain basket ditengah lapangan. Pria berkulit putih dengan kancing bajunya yang terbuka dua itu sudah dari awal istirahat bermain basket dengan para sahabat-sahabatnya.

Bel masuk sudah berbunyi dari dua menit yang lalu. Namun para gadis di pinggir lapangan itu belum juga masuk ke kelas. Setelah melakukan highfive para pria yang sedang bermain basket di lapangan itu menyudahi aksinya.

Prittt!!

Suara pluit itu sangat memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya. Pluit yang baru saja dibunyikan pak Darto membuat para gadis di pinggir lapangan mulai berlarian kembali ke kelasnya masing-masing. Pak Darto kini berjalan kearah lima pria yang baru saja selesai bermain basket.

"Walah Aldi kamu lagi. Gak bosen-bosen kamu sama temen kamu nyari sensasi." Pak Darto geleng-geleng melihat kelima siswa yang kini berada di hadapannya.

Aldino Krastin Srendana. Nama itu mampu membuat para siswi histeris mendengarnya. Aldi, pria kelas XI-IPS 3 dengan pesonanya yang dapat membuat para siswi gigit jari. Ketampanannya diatas rata-rata begitu juga dengan kenakalannya yang melebihi batas wajar. Anak dari kepala sekolah SMA Srendana sekaligus badboy SMA Srendana yang paling banyak penggemarnya. Ketua geng Zhestkiy yang disegani oleh banyak orang di Srendana. Mengusili guru dan anak-anak yang polos itu hobinya. Gonta ganti pacar adalah kebiasaannya. Jangan lupakan satu hal, dia langganan dimarahi pak Darto.

Aldi tidak dimarahi sendiri, karena ada keempat temannya yang selalu menemaninya masuk ke ruang BK yaitu Arnold, Ares, Allen dan Adrian. Mereka adalah inti dari Zhestkiy atau kalian bisa menyebutnya Asrendana. Karena mereka berlima memiliki huruf nama depan yang sama yaitu 'A'.

Ares, pria tampan yang tidak kalah hits dari Aldi. Wajahnya dingin namun berbanding jauh dengan sifatnya yang sangat ramah dan nyablak. Pecinta wanita, saking cintanya hampir semua siswi SMA Srendana mau di pacarinnya. Katanya sih mau bikin rekor. Anaknya juga jago di bidang seni. Jadi ga salah kalau dia itu idaman.

Ada juga Arnold, pria tampan yang punya sifat unik. Kalo kebanyakan badboy tukang gonta-ganti cewek, dia malah sebaliknya. Walaupun banyak penggemarnya ia tetap setia pada pacarnya. Jarang berantem bahkan ia sangat perhatian kepada pacarnya. Kalau dibilang sih perfect couple.

Ada juga Adrian. Ganteng sih tapi sayang dia jomblo. Cewek yang ia taksir selalu gagal ia gebet. Pecinta naruto berat, saking jomblonya ia menganggap karakter Hinata di Naruto adalah kekasihnya. Tapi jangan salah, Adrian punya penggemar rahasia yang selalu membawakan surat-surat kecil dan hadiah di lokernya. Tapi sayang, sampai sekarang Adrian belum tau siapa secret admirer nya.

Yang terakhir ada Allen. Pria yang paling normal diantara semuanya. Allen terkadang tidak bisa dikatakan bad boy karena ia pintar dan tidak pernah mainin perasaan cewek. Tapi ada satu hal yang paling menyebalkan dari Allen. Dia itu judes setengah mampus. Irit bicara tapi kalo nyindir dalem banget. Allen juga anak yang mandiri karena di umurnya yang masih belasan tahun ia sudah dipercaya untuk menjadi owner di coffee shop milik orangtuanya.

Begitulah sekiranya deskripsi para pria yang kini sedang mendapatkan ceramah dari pak Darto. Diantara mereka tidak ada yang serius mendengarkan. Mereka tampak tak acuh bahkan hanya asal mengiyakan ucapan pak Darto supaya semuanya cepat selesai.

"Baru masuk ajaran baru udah bikin kekacauan. Kalian udah kelas 11! Udah kalian masuk sana. Hari ini gak bapak hukum tapi awas kalo besok diulangin!" pria tua itu pergi meninggalkan kelima pria ini.

"Ye, buang-buang waktu bokap si Ares." Kata Adrian.

"Bokap lu aja deh. Udah yuk masuk, bu Dina nih." Untung Ares mengingatkan kalau tidak mungkin Aldi sudah membawa mereka ke tempat lain bukan ke kelas.

Mereka berjalan bersama kearah kelas XI-IPS 3. Ya, para perusuh Sma Srendana ini satu kelas. Karena kelima pria itu kelas XI-IPS 3 mendapat cap kelas paling ribut. Tapi jangan salah, walaupun kelas mereka paling ribut tapi kelas mereka termasuk kelas paling kompak dan solidaritasnya paling tinggi.

Kini mereka sudah sampai di depan pintu kelas. Tampaknya bu Dina sudah memulai pelajaran. Namun bukan Aldi kalau bukan asal nyelonong walaupun guru sudah mengajar. Pria itu mendahului keempat temannya untuk masuk ke kelas. Setelah ia masuk barulah keempat temannya menyusul dan duduk di tempat masing-masing.

"Siapa yang suruh kalian duduk? Sini maju kalian berlima." Bu Dina menatap jengkel kearah lima pria yang seenaknya masuk itu.

"Yaelah bu, baru juga pantat saya mau nyentuh kursi." ceplos Ares.

"Saya gak nanya. Udah maju kedepan kalian. Jangan buang waktu saya untuk mengajar." Perintah Bu Dina. Namun sayang diantara mereka tidak ada yang menggerakkan kakinya.

"Cuma telat lima menit bu. Gini ya bu, kata pepatah ga ada kata terlambat untuk menuntut ilmu. Daripada waktu ibu terbuang, mari bu dimulai pelajarannya." Kata Aldi sembari mengeluarkan senyum manisnya.

Senyuman itu bisa diakui sangat manis hingga bu Dina yang tengah hamil muda terpukau. Ibu Dina bahkan berharap kalau anaknya akan memiliki wajah setampan Aldi. Namun hanya wajah tidak dengan sifatnya.

Bu Dina menghela nafasnya lalu kembali memulai pelajaran. "Peringatan pertama dan terakhir di tahun ajaran baru. Kalo kalian telat lagi di pelajaran saya sekalian saja gak usah masuk. Buka buku sejarah kalian. Adrian baca bab satu."

Adrian baru teringat ia lupa membawa buku, pria itu langsung menarik buku Lili teman sebangkunya. "Bu. Rian ga bawa buku." adu Lili. Adrian langsung melayangkan tatapan tajamnya kearah Lili.

"Adrian! Kamu dari dulu emang ga pernah bawa buku. Untuk apa kamu ke sekolah kalo ga bawa buku. Allen baca!" perintah bu Dina.

Allen pun mulai membaca materi bab satu. Ditengah-tengah ia membaca tiba-tiba bu Dina menyetopnya, "Stop. Lanjut Aldi."

Aldi tersadar lalu mulai membuka halaman buku nya. Ia tidak tau sudah sampai mana. Kini ia melirik Arnold dan bertanya kepada pria itu, "Nold yang mana?" bisik Aldi.

"APA DI? LO GATAU YANG MANA?." tanya Arnold dengan suara yang dibesarkan hingga memenuhi seisi kelas. "Ya ampun Aldi makanya kalo orang membaca disimak." Sasaran Arnold tepat karena sekarang Bu Dina memarahi Aldi. Pria itu mengumpat kasar pelan Arnold lalu ia terpaksa memberhentikan umpatannya kala bu Dina kembali memarahinya.

"Aldi! Kamu itu makanya perhatiin. Nanti ibu sita yang kamu liatin dibawah itu ya." Aldi sudah terciduk. Ia meletakkan handphone nya keujung laci kala mendengar ancaman bu Dina.

Arnold menatap Aldi sambil terkekeh lalu menunjuk bagian terakhir yang dibaca oleh Allen. Aldi mulai membaca bagian yang ditunjuk Arnold dengan suara yang sangat pelan.

"Aldi! Kamu disuruh membaca bukannya bisik-bisik. Kalian denger gak?" tanya bu Dina.

"Enggak!" serempak satu kelas.

"Besarin suara kamu."

Aldi menghela nafasnya lalu mengulangi bacaannya yang tadi dengan suara yang kuat, "KERAJAAN INI BERDIRI PADA−''

Arnold menutup telinganya karena suara Aldi yang sangat besar itu. Teman-temannya terkekeh, ada juga yang menggerutu karena ketidakseriusan Aldi.

"Aduh. Sudah Aldi cukup. Arnold baca."

Arnold pun melanjutkan bacaan yang sempat dibaca sedikit oleh Aldi. Setelah pria itu membaca keadaan kelas sedikit tenang. Bu Dina pun melanjutkan menjelaskan dengan sabar walaupun agak dibuat kesal oleh Aldi yang kurang fokus mendengarkan pelajarannya.

Dialah Aldi. Si pembuat masalah yang malas dan tidak tau aturan.

•••

halo!
sudah kenalan nih kan sama anak Asrendana :)
terimakasih sudah membaca bagian pertama dari cerita ini.
semoga kamu betah ya, luv!
Jangan lupa vote dan komen untuk menambah semangat aku ya🌙

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang