Aku ibarat pecandu dan kehadiranmu adalah obatnya. Kehadiranmu adalah hal yang sangat aku butuhkan.
-Aldino Krastin Srendana-
Hari ini semua murid di Sma Srendana dipulangkan lebih awal karena ada rapat guru. Tentu saja hal ini menjadi hal yang sangat menyenangkan bagi semua murid. Di hari rabu ini, akhirnya IPS 1 bisa menghindari ulangan matematika dari bu Siti.
Melody melangkahkan kakinya keluar dari toilet wanita. Ia menatap ke kanan dan kiri sembari mencari kedua temannya yang tadi mengatakan mau menunggunya. Melody masuk lagi ke kamar mandi untuk memastikan namun nihil, mereka tidak ada.
Ia memutuskan melangkahkan kakinya kearah kelas. Namun suara ricuh dari lapangan basket begitu menarik perhatian telinganya. Melody segera berlari kecil menuju kearah lapangan basket. Disana sudah ramai oleh murid berseragam sama dengannya. Mereka melingkari lapangan dan menutupi kejadian di tengah-tengah sampai tidak ada celah untuk Melody mengintip. Melody menatap kearah handphone milik pria di depannya yang kini tengah asik merekam kejadian disana. Matanya membulat sempurna kala melihat Aldi sedang adu jotos dengan seorang pria yang tidak ia ketahui namanya.
"Ini kenapa ga ada yang manggil guru sih!" Melody menggigit bibir bawahnya. Dia baru teringat kalau guru sedang rapat. Ia ingin memanggil pak Darto namun takut mengganggu. Akhirnya ide cemerlang muncul di kepalanya.
"WOY! PAK DARTO!" teriak Melody sekuat mungkin. Berhasil! Teriakannya itu membuat para murid yang asik melihat itu lari kocar-kacir. Melody tak jarang mendapat tabrakan dari beberapa murid yang sedang berlari ini.
Clap! Dalam hitungan detik lapangan sudah mulai sunyi. Melody berjalan kearah lapangan basket yang kini hanya tersisa Asrendana, Viola, Ayna dan Valerie serta kedua pria yang tadi menjadi pusat perhatian.
Plak! Plak!
Satu tamparan mulus mendarat di pipi milik Aldi dan Jona. Tamparan itu berasal dari Melody. Kedua pria itu memegangi pipinya yang mulai terasa nyeri akibat pukulan Melody.
"Apaan sih lo! Ga usah ganggu deh!" Jona mendorong bahu Melody kencang hingga gadis itu hampir terjatuh.
Aldi yang melihat itu langsung kalap dan memberikan satu pukulan di perut Jona. "Jangan kasar sama cewek, BANGSAT!"
Jona tersungkur jatuh lalu menyeringai dibalik sakitnya, "Ini cewe yang lo deketin beberapa hari lalu kan? See, dia terlalu murah untuk kamu Val. Bagusan kamu balik sama aku."
Melody terkejut sekali. Jadi kedua pria ini bertengkar gara-gara Valerie. Sumpah, ia tidak habis fikir.
Jona bangkit lalu berjalan kearah Melody. Ia menyentuh dagu Melody membuat gadis itu langsung menelan ludahnya, terkejut sekali.
"Lo dibayar berapa sama Aldi?" tanya Jona dengan suara beratnya.
Plak!
Tamparan kuat itu membuat kepala Jona sampai berputar. Wajah Melody memerah, ia marah sekali. Satu tamparan lagi ia hadiahkan di pipi kanan Jona.
"Mulut lo ga pernah di sekolahin ya? Ga dididik lo sama orang tua? Miris!" Melody mengucapkan kata yang sangat menyakitkan hati Jona. Pria itu sangat sensitif jika bahas orang tua.
Jona mengepal tangannya kuat lalu membuang nafasnya kasar, "Untung cewe lo!"
Pria itu berjalan kearah Aldi lalu menggenggam kerah baju Aldi, "Bibir cewe lo asoy!" ia pergi meninggalkan Aldi dengan kemarahannya. Jelas saja yang Jona maksud adalah bibir Valerie.
Aldi menatap tajam kearah Valerie lalu menarik paksa Melody untuk ikut dengannya. Melody spontan terkejut lalu dengan kuatnya melepas cengkraman Aldi pada lengannya. Ia terus berontak namun cengkraman Aldi sangat kuat. Pria itu membawanya jauh dari lapangan basket dan menuju ke ruang kesehatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]
Novela Juvenil"Kamu adalah lirik terindah sekaligus nada termerdu yang pernah mengalun di dalam telingaku." ---------------------------------------------------- Pernahkah kamu merasa waktu mempermainkanmu? Disaat kamu sudah berusaha melupakan tiba-tiba hal yang d...