Bagian VI

140 34 3
                                    

“Bagaimana bisa jadi seperti ini? bahkan jarum jam saja tak mau lagi berputar untukku!”

.
.
.
.
.
.
.

“eh- tunggu dulu, jam!”

Aku lalu berlari menuruni tangga itu kembali, namun tiba-tiba, rak dan buku-buku itu tadi langsung terbang kearahku. Aku terkejut dan langsung meringkuk di lantai, di atas genangan air. Senterku tertabrak sebuah buku dan terlempar jauh sekali dan langsung mati. Aku berusaha bangkit, dan meraba-raba mencari senter itu. Setelah berusaha cukup lama, aku mendapatkannya kembali. Kupukul-pukulkan ke tanganku agar senter itu menyala kembali, dan akhirnya walau redup- senter itu kembali menyala.

“jam, jam...” gumamku

Aku mengarahkan senterku ke jam itu dan melihat detail jam menit dan detiknya

“5.20.46 yah”

Aku kembali menaiki tangga, dan kemudian seolah kepalaku terpukul oleh sesuatu dan aku baru saja menyadarinya.

“tu- tunggu, bagaimana rak tadi bisa terbang kearahku dengan sendirinya?” gumamku.

Lalu dalam rasa ketakutan, dari dalam kegelapan aku mendengar seseorang sedang tertawa cekikikan, kurasa itu suara seorang perempuan.

Tak lama, suara tertawa itu berubah menjadi jeritan, dan ada suara tembakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak lama, suara tertawa itu berubah menjadi jeritan, dan ada suara tembakan.

“a-apa yang sedang terjadi?!”
Spontan aku mematikan senterku dan merunduk. Walau senterku mati, masih ada cahaya yang berasal dari dalam dapur. Aku menunggu dengan tangan menggenggam erat senter dan pisauku dan bersiap-siap menyerang siapa saja yang mendekat, suara langkah kaki terdengar makin lama semakin mendekat. Namun setelah lama menunggu, tak ada seorang pun yang datang.

Setelah sekian lama menunggu dan merasa bahwa keadaan sudah benar-benar aman, aku kembali menyalakan senter dan menuju gembok itu

5.20.46

“sial, pintu ini tak mau terbuka. Kalau begitu...”

17.20.46

Kletek....

Suara kunci gembok yang terbuka memenuhi lorong, karena takut ketahuan orang yang menembak tadi, aku langsung membuka pintu itu dan menutupnya kembali.

Bagian lain dari rumah ini nampak agak lebih terang, dengan lampu berwarna merahnya. Setidaknya aku bisa menghemat baterai senterku. Aku berjalan dan menemukan suatu yang diluar nalarku

“penjara?!” aku sangat terkejut.

Aku melihat banyak sekali tubuh yang tergeletak di dalam penjara itu, sebagiannya bahkan masih sedikit bergerak seolah meminta pertolongan padaku. Entah mengapa, kurungan ini malah terlihat seperti kandang untuk manusia. Aku berbalik sedikit dan di dalam penjara yang ukurannya cukup besar itu, banyak sekali jebakan dan alat yang mungkin digunakan untuk menyiksa semua orang-orang disini.

 Aku berbalik sedikit dan di dalam penjara yang ukurannya cukup besar itu, banyak sekali jebakan dan alat yang mungkin digunakan untuk menyiksa semua orang-orang disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku meninggalkan penjara itu dan berjalan lebih jauh lagi, dan aku menemukan sebuah kamar mandi lagi. Masih dengan pencahayaan dari lampu merah, aku melihat pemandangan yang sama luar biasanya dengan yang terjadi sebelumnya. Entah apa ini, aku melihat 8 mayat yang dikait pada rahang bawahnya dan sebuah kantung mayat bergantung di langit-langit ruangan itu, dengan pengait besar dibagian kakinya, langsung terlihat bahwa kantung mayat itu bergantung terbalik.

.
.
.
.
.

🌟 , 🗨 dan sharenya jika berkenan kak👍

PERSONA : the PlagueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang