Hari ke-VI (1)

109 21 0
                                    

Sometimes the bedroom walls become my only friends....
But they were there from begining-to-end.

(Pierce the Veil - Besitos)

.
.
.
.
.
.
.

Somethings are better left UNSAID....

Hujan masih mengguyur permukaan bumi saat hari berganti dan langit masih sangat gelap. Tak ada bintang satupun di langit. Air hujan turun dan membersihkan dunia dari dosa, membersihkan jalanan dari genangan darah dan daging yang berserakkan begitu saja di jalanan.

Perasaan ini, bagai dikepung oleh kematian. Apa Iblis dapat bertahan jika ia berada disini sekarang? Dan saat ini, aku hanya bisa mengunyah sebungkus biskuit sambil terus berharap akan ada keajaiban yang terjadi.

Wabah menyebar dengan cepat, apa seluruh dunia sudah terkena virus ini? Masih adakah orang-orang di luar sana yang peduli akan nasib orang-orang yang selamat disini? Nampaknya ini akan jadi akhir dari hidupku. Apa yang harus kuperbuat lagi? Semua nampak sama saja sekarang.

Hari-hari berlalu dengan bisunya. Aku, Oscar, Ashley, Tiffany, dan L berjuang tuk bertahan disini. Dengan perbekalan yang sangat minim, dapatkah kami selamat?

Detik berubah menjadi menit, menit berubah menjadi jam. Tak ada sedikitpun kesempatan bagi kami, ancaman datang silih berganti. Zombie menyerang saat hari gelap, berandal-berandal itu mengepung bagaikan serigala kelaparan saat hari terang. Tak ada bintang bersinar, langit terasa akan runtuh dan manusia kehilangan martabat dan akal sehatnya.

Takdir pecah, layu lalu gugur ke tanah dan terdengar seperti pecahan kaca. Ia telah hancur oleh harapan yang sirna. Biarkan saja, apa gunanya memunguti serpihan itu? Bahkan tak ada lagi bedanya antara manusia dan binatang saat ini.

Aku sama sekali tak tidur malam tadi, dan Oscar pun begitu. Sesekali L meraung-raung dalam mimpinya, kami harus menenangkannya sebelum dia menarik perhatian zombie-zombie yang ada di sekitar mobil kami. Tiffany dan Ashley tidur dengan sangat pulas, bahkan seperti orang mati.

"Lain kali jika ku suruh tembak, berarti tembak. Kau hampir membuatku terbunuh" Oscar berbisik padaku.

"Maaf, aku harus betul-betul yakin sebelum menembak, mengingat itu adalah peluru terakhir kita" jelasku

"Kita ke kantor polisi untuk mencari senjata"

"Apapun yang terjadi, jangan biarkan atau tinggalkan mereka dalam kesusahan" lanjutnya.

"Ya, aku tidak akan. Tapi apa menurutmu ini tidaklah aneh?" tanyaku

"Apanya yang aneh?"

"Coba kau ingat-ingat. Bagaimana bisa sebuah gedung kosong terbakar? Dan bagian yang terbakar adalah lantai paling atas, lantai yang ditempati oleh kita. Apa kau yakin kebakaran itu tidak disengaja?"

"Begini bung. Apa kau masih menjumpai orang lain yang masih hidup dan masih saling mempedulikan sesama mereka selain kita saat ini?" tanyanya.

Aku hanya terdiam.

"Jadi begini pendapatku. Terjadi arus pendek listrik di lantai 3 disebabkan listrik hanya digunakan di lantai 3, lantai 1 dan 2 benar-benar tidak menggunakan listrik waktu itu. Kemudian terjadi tragedi yang menewaskan Rico itu, kita terpaksa harus mengusir Egi.

PERSONA : the PlagueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang