Hari ke-V (2)

93 21 0
                                    

Sahabat sejati menusuk dari belakang
Perkataan ini tak dapat kupercaya
Aku tak percaya sedikitpun yang mereka katakan lagi

Bohong! pembohong, kau akan membayar dosa yang kau perbuat
Sekarang! pembohong, Aku tahu semua tempat persembunyiannmu.

(Sleeping with Sirens - With Ears to See and Eyes to Hear)
.
.
.
.
.

Kami duduk di bawah naungan dan mencoba menjernihkan pikiran dan merenggangkan otot-otot kami yang kejang akibat aksi yang baru saja kami lewati tadi. Beberapa dari kami masih sangat terpukul dengan kenyataan yang terjadi, dan hanya diam tak bicara satu sama lain.

"Jadi, bisakah kalian menceritakan bagaimana kalian bisa sampai ke tempat ini?" tanyaku memecah keheningan yang tercipta di antara kami.

Namun mereka hanya diam saja, tak ada yang bersuara menanggapi permintaanku. Mereka menunduk, entah sedih atau lelah, mungkin juga mereka sudah putus asa dalam menghadapi semua ini.

"Baiklah, ada baiknya juga jika kita sama-sama mengetahui kisah kita masing-masing" kata Ashley.

"Aku sedang mengajar di kelas anak-anak ini; Tiffany, Rico Egi dan teman-teman sekelas mereka lainnya. Kami sedang dalam kelas tambahan waktu itu dan terpaksa dilanjutkan sampai malam karena anak-anak sedang dalam masa persiapan ujian.

Saat kami baru saja akan mengakhiri kelas kami, tiba-tiba terjadi gempa yang cukup besar saat itu, dan memutuskan aliran listrik. Keadaan berubah gelap gulita dan sangat mencekam. Karena takut tertimpa barang-barang dari atas, aku bersembunyi di bawah meja. Setidaknya begitu sampai akhirnya terdengar suara erangan kesakitan dan beberapa anak dalam kelas tiba-tiba mengamuk dan menyerang satu sama lain. Aku hanya bisa melihat dari bawah meja darah dan daging yang sudah sobek berserakan di lantai, semua nampak begitu jelas di bawah sinar bulan.

3 anak ini, Tiffany, Rico, dan Egi menarikku keluar dari bawah meja dan  kami berlari keluar kelas itu. Saat itu hanya tinggal kelas kami saja yang masih berada di sekolah, lalu kami bersembunyi di kamar mandi sekolah untuk beberapa lama. Setelah lewat sehari, kami mulai kelaparan dan mulai mencari makanan di kelas-kelas lain. Saat itulah kami bertemu dengan pak Oscar" jelas Ashley padaku

"Bagaimana denganmu bung? Ada yang harus kau ceritakan pada kami?" tanyaku pada Oscar.

"Kurasa tak ada, tak ada yang terlalu penting" katanya.

"Begini, jika kita tidak bisa saling percaya disini, maka kita takkan berhasil melalui semua ini"

"Tak ada yang bisa kuceritakan pada kalian, jadi diamlah" jawabnya ketus.

"Okay"

Keadaan kembali tenang. Langit berubah menjadi mendung, sepertinya akan turun hujan. Hampir tak ada suara sama sekali. Setidaknya begitu sampai terdengar suara mesin yang berasal dari kejauhan.

"Suara apa itu?" tanyaku

"Terdengar seperti suara motor" jawab Oscar.

Ashley dan Tiffany nampak senang, mereka berlari ke arah Egi tadi pergi.

"Ini dia tim penyelamat! Kita selamat!" teriak Tiffany senang

Tak lama terdengar suara keributan dan suara orang-orang berteriak layaknya cowboy menemukan harta karun.

"Kita dapat jackpot!" teriak salah satu dari mereka.

"Ashley! Tiffany! Kembali ke sini!" teriakku

Namun semua terlambat, 5 orang berandalan dengan menaiki 3 motor besar mengelilingi kedua wanita itu, mereka berdua kebingungan dan tak tahu harus berbuat apa.

PERSONA : the PlagueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang