Hari ke-II

145 28 1
                                    

Kau takkan tahu apa yang kau miliki...
Sampai semuanya diambil darimu....

.
.
.
.
.
.
.
.

"sayang... bangun sayang"

"hei, nanti terlambat kekantor loh, sudah jam 7.03 nih"

"a-apa?!" pekikku

"si-siapa? Dimana ini?"
Kubuka mataku dan kulihat istriku dengan paras cantiknya tersenyum indah kepadaku.

"ayo bangun sayang" katanya sambil memeluk erat tubuhku

"e-eh? A-apa semua hal buruk tadi hanya mimpi?"

"apanya yang mimpi hmm?" tanyanya manja

"tidak-tidak apa..." jawabku

"apa kau lupa?" tanyanya

"lupa apa? Apa yang kulupakan?"

"hari ini, hari pernikahan kita genap 3 tahun. Apa kau lupa?"

"lu-lupa? Te - tentu saja tidak" jawabku terbata-bata

"apa kau lupa, hari ini....."

Tiba-tiba dia terdiam, kurasakan air mengalir ditanganku. Bukan, ini darah. apa yang terjadi? Kulihat wajahnya berubah menjadi mengerikan, dagingnya membusuk, kulitnya seputih kapas, keriput, matanya mengeluarkan belatung dan bibirnya semerah darah. Walau begitu, dia tetap tampak cantik bagiku....

"hari ini, hari dimana kau membunuhku" teriaknya

"tidak - tidak! Aku tidak membunuhmu... I - itu adalah sebuah kecelakaan!"

Aku seperti ditarik kembali tepat di depan kejadian 3 tahun lalu. Aku dan istriku yang sedang hamil tua sedang dalam perjalanan melewati sebuah lereng gunung yang cukup curam. Mobil kami melaju melewati lembah dan jurang mengelilingi kami, saat sedang dalam perjalanan itu, kami bertengkar hebat, kami bertengkar dan aku... aku tak memperhatikan jalanan dengan baik.

Dari arah yang berlawanan, sebuah trek dengan muatan penuh gelondongan kayu melaju dengan kecepatan sedang, aku sempat menyadarinya dan berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan mobilku agar terhindar dari tabrakan hebat. Namun semua sudah terlambat saat kusadari, mobil kami terlindas pada bagian depannya dan terseret hingga beberapa ratus meter dari tempat tabrakan. Aku tak tahu apa-apa lagi setelah itu, hidupku tlah dikutuk sejak awal.

"aku... aku minta maaf sayang. Aku mencintaimu" kataku sambil memeluk erat tubuhnya, tubuhnya terasa sangat nyata dan hangat bagiku ditengah-tengan dinginnya badai yang menerpa hidupku.

"semua sudah terlambat sayang, kau egois dan kau akan slalu begitu, bahkan aku tak sempat lagi melihat anak yang kukandung, anak kita sendiri" dia menjawab dengan suara sendu, dia menangis dalam pelukkanku

"semua akan baik saja sekarang, semua bukan apa-apa lagi selama kau ada disini, di sampingku.

Tak peduli seberapa sakitnya aku, aku takkan bisa menggambarkan seberapa besar rasa bersalahku padamu
Aku terjebak di kota kecil ini dan kau ada disana, dibawah naungan surga
Aku hanya bisa meneteskan air mata yang tak berpenghujung ini
Hari-hari yang ku lalui tanpamu, sama buruknya dengan sikapku padamu dulu
Mengapa aku tak pernah sadar sebelum aku kehilangan dirimu....
Tapi saat aku bersamamu, Aku menemukan hal terbaik yang bisa kumiliki dalam hidupku

Aku benci mengakuinya
Tapi andai jika aku bisa mengembalikan waktu, akan kuubah semuanya
Semua perlakuan kasarku
Semua ketamakan dan keegoisanku padamu
Dan akan ku perlakukan kau dengan baik
Akan kutebus semua dosaku padamu
Kita dapat memperbaiki semuanya bersama
Tinggallah selagi kau bisa, atau bawa aku bersamamu.....
Aku membutuhkanmu" kataku, aku tak kuasa menahan tangis.

"tidak Matt, ini bukan waktumu. Tetaplah hidup hingga akhir dan selamatlah dari musibah ini"

Saat ia mengatakan itu, tubuhnya bersinar bagaikan lentera dan terasa sangat panas, walau begitu aku tak mau melepasnya atau bahkan sekedar mengendurkan dekapanku, aku bersalah kepadanya, dan aku masih sangat membutuhkannya. Aku takkan membiarkannya pergi lagi.

"kau harus merelakanku, hiduplah dengan baik dan perbaiki dirimu. Aku sangat menyayangi mu" katanya dengan senyuman manis ditengah-tengah derasnya air mata yang bercucuran dari kedua matanya.

Tubuhnya perlahan berubah menjadi abu, abu itu perlahan jatuh ke tanah dan abu yang tlah jatuh ke tanah terbang ditiup angin.
Aku sendiri lagi, berdiri menghadapi takdir sekali lagi, dan masih terus menangis.

"Vallery........."

........

"ja-jadi hanya mimpi?" kataku setelah terbangun saat matahari sudah tinggi.

Aku terduduk dan terdiam tuk beberapa menit, aku kehilangan memoriku sejak kejadian itu, masa depanku nampak sama buruknya dengan masa laluku. Ingatan masa kecilku, orang tuaku dan alasan mengapa kami bertengkar. Entah apapun yang menyebabkan kami bertengkar, kuharap itu adalah hal yang penting dan kuharap hal itu bukan karena keegoisanku.

Dan kini, setelah terbangun dari kenangan masa laluku itu, aku hanya bisa duduk pasrah di dalam gudang minuman keras ini. Aku sangat kelaparan, aku terpaksa bertahan disini tanpa makanan, dan kini botol whiskey yang kugenggam terlihat sama seperti sebuah pistol yang menghadap ke kepalaku, menunggu waktu yang tepat untuk mengeluarkan seluruh isi kepalaku.

Jadi beginilah akhirnya, atau mungkin malah awal dari dunia yang keji dan terkutuk ini? Inilah kutukkan kita karena telah membangkang, dan untuk inilah kita selama ini hidup. Kita terjebak di dunia yang begitu kejam, tak peduli dimana pun kau bersembunyi, tak peduli seberapa jauh kau berlari, kau akan berakhir di satu titik. Kita disini hanya untuk mati. Kau bisa lari, tapi kau tak mungkin lolos.

Inilah dunia baru yang dirancang Tuhan, dunia dimana sesama manusia saling memangsa dan mayat hidup berkeliaran dimana-mana. Berbekal ijin untuk berbuat dosa, aku bertahan hidup disini sebisaku. Aku harus selamat. Apa selama ini aku berada di jalan yang benar? Apa inilah penghakiman bagi dunia? Apa Dia akan datang untuk menyelamatkanku? Omong kosong! Semuanya hanya omong kosong.

Dan disinilah aku, terduduk dalam ruang sempit penuh minuman keras. Tanpa penerangan, aku mencoba menjaga kepalaku agar tetap terjaga. Rasa takut dan lapar menguasai akal sehatku, berusaha untuk mengambil alih diriku. Bagaimana jika mereka datang dan melahapku disini?

"makanan, tolonglah.. apa saja, aku sangat lapar" gumamku

Aku berdiri dan mengelilingi gudang itu untuk mencari apa ada yang bisa kumakan, namun yang kutemukan hanya sebuah balok kayu. Untuk keadaan yang kacau seperti ini, kurasa ini tak begitu buruk juga.

Aku teringat, tepat di seberang gang gudang ini ada sebuah minimarket. Pasti ada makanan disana. Ku pikir, aku pasti bisa mencapai tempat itu.

Aku bangun dan berjalan dari tempatku duduk, mencoba mengintip dari celah-celah pintu.

Deggg... Deggg... Deggg....

Ada seorang wanita yang juga salah satu dari makhluk-makhluk itu, mengetuk pintu gudang itu pelan dengan menggunakan kepalanya.

Untuk sekarang tak ada yang bisa kulakukan, setidaknya aku harus mempersenjatai diriku terlebih dahulu agar bisa keluar dan mencari makanan.
Jadi kuputuskan tuk bertahan sehari lagi dalam gudang ini, dengan minuman keras sebagai penghilang haus dan laparku.

.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
🌟, 🗨 dan share yah kak 👍

Kalau bingung dimana yah horrornya dari bagian ini, coba aja inget2 kalau sebenernya lo itu lagi jomblo 😂😂 wkwkwk

PERSONA : the PlagueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang