Hari ke-IV

125 24 10
                                    

Ternoda oleh air mata dan ketidakpercayaan, cukup sudah...

Aku tak bisa menahanmu lebih lama lagi di neraka ini.
Karena hatimu terlalu lemah untuk bisa kuhancurkan lagi.

(Asking Alexandria - Killing You)
.
.
.
.
.
.

Kehidupan, kebohongan dunia yang dijual kepada kita semua. Kematian, satu-satunya kebenaran di atas bumi ini yang sering kali kita sangkal. Kapan kita akan mulai berteman dengan kebenaran itu?

Kenangan masa lalu yang begitu kelam, masa sekarang yang begitu mengerikan. Akankah ada masa depan untuk kita semua?


Hari ke-4, tapi matahari sama sekali belum terbit. Aku terbangun dari dekapan lelah di dalam mini van ku, tak berdaya dan hampir sekarat oleh siksaan ketakutan. Dalam gelapnya hari yang baru saja berganti dan dinginnya angin yang berhembus melalui celah kecil jendela mini van itu, aku bisa merasakan hawa kematian yang mengintaiku. Yah setidaknya sudah ada 4 orang aneh yang melalui mobilku ini. Aku tak berani mengintip, aku akan mati jika mereka melihatku dan berkumpul mengerumuni mobil ini.

Aku terjaga untuk waktu yang cukup lama, sama sekali tak bisa tidur dengan nyenyak. Rasa takut mengalahkan kantuk dan lelah ini. Sebelum akhirnya terdengar suara tembakan.

Duarr.... Duarr.... Duarr....

Sebuah suara memecah keheningan malam ini, gendang telingaku berdengung. Suara itu berasal sangat dekat dari posisiku. Aku bangkit dan memberanikan diri untuk sedikit mengintip dari dalam mobilku. Aku melihat seorang pria gagah memegang sebuah pistol yang ujungnya masih mengeluarkan asap, dan 3 mayat dengan isi kepala yang sudah terpencar tergeletak di tanah.

"Ini adalah kesempatanku untuk selamat" pikirku

Dalam keadaan seperti ini, lebih baik bila kita bersama dengan orang lain bukan? Setidaknya kami bisa saling menjaga nantinya. Dengan tenang aku membuka pintu mini van ku, orang itu berdiri membelakangiku waktu itu.
Aku berjalan dan berusaha untuk tidak mengagetkannya dengan suara langkah kakiku. Aku bisa mati jika dia salah menembak.

Saat aku hampir bisa menyentuh pundaknya, sebuah hantaman keras mendarat tepat di kepalaku.

......

Aku mulai tersadar kembali, pandanganku sangat buram dan sulit untuk membuka mata. Beberapa menit berlalu dengan diriku yang hanya terdiam hingga pandanganku kembali jelas. Aku belum terlalu bisa menggerakkan tubuhku, aku sadar kaki dan tanganku sedang diikat dan aku duduk pada lantai sebuah kamar mandi dengan penerangan yang minim. Kamar mandi itu berisi banyak panel untuk buang air, sepertinya ini adalah kamar mandi sekolah. Ada seorang anak kecil berkulit hitam berusia sekitar 6 tahun duduk di lantai sekitar 5 meter di depanku. Dia diam dan tak banyak bergerak, bahkan sama sekali tak bersuara. Perhatianku terfokuskan pada anak itu, setidaknya sekitar 5 menit aku terdiam dan mengamatinya hingga akhirnya ada 2 orang lelaki dan seorang gadis memasuki ruangan itu. Dengan buru-buru aku menutup mataku dan berpura-pura belum sadar.

Mereka terdengar ketakutan dan ragu-ragu untuk mendekatiku,  mereka bertiga memakai seragam sekolah dan saling berbisik satu sama lain. Aku hanya mengintip sedikit dari celah kelopak mataku.

“apa dia sudah bangun?” tanya gadis tadi

“entahlah"

PERSONA : the PlagueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang