Hari ke-VI (2)

88 16 0
                                    

Aku di sini sendirian, dan terombang-ambing tanpa teman
Jika tak terlihat, sabarlah
'Tuk pahami yang tak terlihat

Karena kulihat badai semakin mendekat
Dan ombak semakin tinggi
Tampaknya segala yang pernah kita tahu ada di sini
Kenapa harus terpisah dan mati....

(Guns and Roses - Estranged)



Aku membeku dalam pelukkannya, pelukkan yang mendamaikan jiwaku, membuatku merasa berada di tempatku seharusnya.

Aku membalas pelukannya, menambah rapat tubuh kami. Aku amat bersyukur karena aku dapat menyelamatkannya, aku tak dapat membayangkan, entah mengapa, aku tak mau kehilangan dia (lagi).

Dia masih terus menangis dalam pelukkanku, dia sangat ketakutan. Ku lepaskan pelukkan kami dan ku sentuh pipinya, ku seka air mata yang bercampur dengan rintik hujan di pipinya itu.

"Jangan takut, semua akan baik saja" kataku lembut padanya

Matanya bersinar dan memberi kehangatan pada jiwaku, tanpa sadar jariku menangkap dagunya, lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku.

"Ehm, aku tidak bermaksud mengganggu, tapi sekarang bukan saat yang tepat"

Suara Oscar mengacaukan kami, Ashley segera berbalik dan menjauh karena sangat malu.

"Bagaimana kau bisa menghabisi 5 zombie itu sendirian bung?" tanyaku

"Huh... Aku ini mantan marinir terlatih, menghabisi makhluk seperti itu bukan hal yang sulit bagiku" jawabnya sombong.

Kami langsung meninggalkan tempat mengerikan itu. Hujan sudah mulai reda saat itu dan air hujan kini digantikan oleh kabut yang cukup tebal, sehingga kami sulit untuk melihat apa yang ada 5 meter di depan kami.

Di tengah kesunyian pagi yang masih gelap itu, terdengar suara baling-baling helikopter dari langit.

"Apa kalian mendengarnya?" tanyaku

"Heeeiii kami disini!!!!" Tiffany melambaikan tangannya sambil berteriak.

"Hentikan, mereka tak bisa mendengar atau melihatmu dari atas sana" timpa Oscar.

"Kabut setebal ini, apa aman sebuah helikopter terbang serendah itu?" tanyaku.

"Entahlah"

Setelah beberapa detik yang penuh pertanyaan dengan suasana yang sangat mencekam itu berlalu, selebaran kertas jatuh begitu saja dari langit ke jalanan, sangat banyak sampai-sampai bisa menutupi jalanan gang tempat kami berada.

"apa itu?" tanya Oscar

Aku mengambil salah satu selebaran itu.

HIMBAUAN KEPADA KALIAN YANG MASIH SELAMAT.

MAYAT HIDUP BERKELIARAN DIMANA-MANA. BAGI KALIAN YANG TIDAK BISA BERPINDAH TEMPAT TUNGGULAH DI DALAM RUMAH YANG AMAN, PERSIAPKAN MAKANAN DAN KEPERLUAN LAINNYA SETIDAKNYA UNTUK 2 MINGGU KE DEPAN.

BAGI YANG BISA, SILAKAN MENINGGALKAN KOTA DAN MENUJU KE BELAKANG RUMAH SAKIT DAERAH AZ.

KAMI BELUM BISA MENEMUKAN JALAN KELUAR DARI MASALAH INI, LINDUNGI DIRI KALIAN, SEMOGA BERHASIL.

"Apa-apaan ini?!" teriakku emosi.

"Kita akan mengikuti perintah dalam selebaran itu. Selagi ada peluang untuk bisa pergi ke tempat yang lebih aman, kita akan pergi ke sana" timpa Oscar.

Aku tak membalas omongannya, ku remas kertas itu dengan penuh emosi dan ku lemparkan begitu saja.

"Apa yang salah denganmu?" tanyanya

PERSONA : the PlagueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang