Hai

1.2K 94 3
                                    

Semua begitu cepat dan mendadak. Aku tidak akan siap dan tidak akan pernah siap.

Gween datang berkunjung. Membuatku dan Gabby saling berpandangan. Tentu saja dia mengetahui alamatku, kami tak sepenuhnya putus komunikasi. Hanya kupinta darinya agar merahasiakannya pada Dafa.

Seperti biasa, Gween selalu tampil cantik. Tubuhnya yang lebih tinggi dari banyaknya perempuan, hidung bangir, dan juga rambut hitam yang memesona kalangan adam. Kalau aku yang sesama perempuan saja memuji, tidak berlebihan bila banyak laki-laki menginginkannya.

"Boleh aku masuk?" Gween bertanya setelah cukup lama aku dan Gabby mendiamkannya di teras

Aku mengangguk, membukakan pintu lebih lebar, mempersilahkan masuk, kemudian mengikutinya.

Lihatlah. Gaya berjalannya sangat anggun. Berlenggak-lenggok seperti model papan atas.

Gween memerhatikan setiap sudut ruangan. Mengamatinya secara detail. Mungkin menilai cara hidupku setelah meninggalkan rumahnya.

Tiba-tiba Gween berhenti, membuatku mengerem mendadak. Untung saja tidak sampai menabraknya. Tidak lucu kan?

Gween mengamatiku dari atas sampai bawah, membuat risih. Ini bukan kontes kecantikan.

"Kau terlihat lebih gelap dan, ... kurang gizi." Sindirnya

Aku menahan kesal. Apa-apaan dia? Datang-datang mengoceh sembarangan. Kurasa Gabby di sebelah juga ikutan kesal.

"Pernikahanku dipercepat. Seluruh keluarga besar berkumpul, kau juga."

Pijakanku sepertinya amblas. Aku butuh pegangan.

Apa katanya tadi?!

Gween tersenyum penuh kemenangan.

"Masih ada waktu sebulan. Kau bisa mempersiapkan diri, -----dan hati tentunya." Senyum itu. Aku sangat membencinya.

Setelah mengatakan itu dia mendekatiku, membisikkan kata-kata yang menyakitkan.

.

Gween sudah pergi. Tidak. Aku tidak mengusirnya. Dia pergi sendiri dengan baik-baik, aku tidak perlu repot meneriakinya seperti di sinetron-sinetron.

"Al, ..." Gabby mendekatiku. Dia khawatir setelah mendapatiku berdiam diri cukup lama

"Aku baik-baik saja." Ucapku menenangkannya. Tapi itu bohong. Rasanya aku ingin menangis. Menghilang ke tempat yang tidak ada seorang pun mengenali. Aku rindu rumah.

Gabby memelukku. Menenangkan dengan kata-kata penghibur. Tapi, air mata justru semakin deras.

.

Aku sudah menghabiskan sebotol air mineral, tapi orang yang kutunggu belum juga datang.

Mengenai kemarin, meski tidak bisa membohongi kalau aku sedang patah hati bukan berarti yang kulakukan adalah meratap sepanjang hari.

Pagi ini matahari sangat hangat. Hanya manusia bodoh yang memilih meringkuk di tempat tidur sambil menangis. Aku tidak akan melakukannya, maka kuterima ajakan teman untuk berolahraga bersama. Tapi lihat lah, si pembuat janji datang terlambat setengah jam.

"Hhmmm, ..."

Aku menoleh ke asal suara. Bukan temanku. Melainkan seorang yang entah siapa?

"Menunggu seseorang?" Tanyanya.

Aku mengangguk demi kesopanan. Orang itu tidak terlihat jahat.

"Sepertinya temanmu tidak akan datang," ucapnya

"Tidak. Dia akan datang meski terlambat." Sahutku.

Aku mulai tidak nyaman saat dia menatapku dari atas sampai bawah. Mirip Gween kemarin.

Orang itu tersenyum.

"Namaku Azka," dia mencoba mengajak salaman tapi aku tidak menyambut uluran tangannya.

Jeda cukup lama sampai akhirnya dia menarik tangannya kemudian menggaruk kepala yang pastinya tidak gatal.

Dalam hati aku tersenyum. Dia mungkin berfikir aku bisa ramah pada orang asing. Salah besar.

Aku tetap diam, tidak menghiraukannya sampai seseorang memanggilku.

"Al, ...."

Tebakanku benar kan? Temanku datang sambil terengah-engah.

"Sorry, tiba-tiba saja ban sepeda bocor. Padahal tadi baik-baik saja."

Temanku, Dewa namanya menatapku lewat isyarat mata yang seolah bertanya, 'siapa orang di sebelahmu?'

Aku mengendikkan bahu, "bukan siapa-siapa. Ayo pergi!"

Aku menarik Dewa menjauh sebelum anak itu bertanya banyak hal. Aku bukanlah narasumber yang baik hati. Aku malas menerima pertanyaan-pertanyaan tidak penting.

Orang tadi yang mengaku bernama Azka pun beranjak ke mobilnya. Samar kulihat teman-temannya menertawakan yang entah apa. Masa bodoh. Bukan urusanku.

***

555 kata. Lumayan banyak ya?

Bagian ke 7 untuk Alana...
Jangan bosan buat baca cerita-ceritaku yang lain.

Masih dengan tulisan datar dan penuh typo. Semoga ada yang berkenan mengkritisi.

Dapat salam dari Dafa 😄 katanya, "tunggu aku bentar lagi." Mbuh apa maksudnya?

LoopiesFM

Janji  Alana (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang