'Berbaikan'

1.1K 94 1
                                    

Kejutan yang menyenangkan. Sekarang aku berada di tengah-tengah keluarga, membaur bersama. Untuk sementara kami terlihat seperti keluarga besar yang hangat, banyak tawa, dan canda. Lihat lah, di sebrang ada Dafa. Dia tampak sumringah, senyum selalu tersungging, membuat sesak.

Seluruh keluarga memuji pasangan tersebut, aku semakin sesak. Aku menggenggam erat tangan Mama, meminta rasa nyaman. Mama tersenyum, tidak ada yang akan meragukan ikatan antara Ibu dan anak.

"Aku ingin istirahat," ucapku

Ayah menoleh, dan dapat kulihat dari ekor mata, Dafa ikut menoleh, termasuk orang-orang yang kebetulan berada di satu ruangan. Aku sempurna menjadi pusat perhatian.

"Aku juga." Kak Rendi beranjak lebih dulu. Bahkan tanpa sopan santun kakak langsung ke kamarnya di lantai dua

"Anak itu kapan berubah?" Ayahnya mengeluh, aku masih  bertahan.

Baru akan melangkah, Om Hadikusuma---ayahnya Gween dan Kak Rendi kembali menahan, "Al, duduklah dulu!"

Aku kembali duduk di samping Mama.

"Daf, Om dengar kamu punya adik, kenalkan pada Al. Siapa tau mereka cocok."

Raut muka Dafa tak terbaca, dia tersenyum tapi seperti menahan sesuatu.

"Itu ide yang bagus." Ayahnya Dafa yang justru menyahut. Tertawa.

Dalam hati aku memohon agar ada yang menyelamatkanku dari sini.

"Al, kamu belum punya pacar kan?" Tante Diana kali ini yang bertanya, beliau Ibunya Gween.

Semua orang menatapku, menanti jawaban.

Kemudian aku menggeleng pelan, "aku sudah ada seseorang." Ucapku selanjutnya

Jeda. Waktu seolah berhenti.

"Wah, ... sayang sekali. Padahal Om tadinya berharap kamu dan Gween bisa iparan." Om Fathir, ayahnya Dafa tersenyum.

"Kamu punya pacar, sayang?" Mama kali ini turut bicara, aku mengangguk patah-patah.

Ke dua orang tuaku memahami isyarat ini. Mereka memahami betul jika aku tidak menyukai perjodohan, memaklumi kebohongan yang kukarang.

"Kenapa kamu tidak mengenalkannya pada kami, Al?" Gween mengintrogasi---dia sedikit curiga. Bukankah kami sama?

"Dia sibuk," jawabku sekenanya.

"Apa dia teman kantor?" Tante Diana turut bertanya

Aku lagi-lagi mengangguk, pelan.

"O, ya Gween, sampai di mana persiapan kalian?" Ayah bertanya, mengalihkan topik

Aku bersyukur pada Tuhan.

Gween mau tak mau menjawab pertanyaan Ayah, dan setelahnya semua orang tertarik untuk mendengarkan. Aku terselamatkan.

.

Author pov.

Tanpa disadari oleh siapa pun ada seseorang yang mulai jengah di ruangan tersebut. Siapa lagi kalau bukan Dafa, dia tadinya berencana menyakiti Alana, tapi setelah pengakuan barusan. Dia justru sedikit tidak terima, ternyata Ann sudah melupakannya. Dafa mendekati Gween karena dulu Ann sangat menyukainya. Dia tahu Ann akan tersakiti. Tapi gadis itu malah meninggalkannya, mengkhianati perasaannya.

Dafa tersenyum kecut.

.

Alana memasukkan telpon pintarnya ke saku. Gabby menghubungi, khawatir kenapa dia tidak pulang? Dan siempu berkali-kali minta maaf karena baru bisa menjawab panggilan.

Alana akan kembali ke kamar tapi suara berat mengintrupsinya untuk berhenti.

Mereka bersisihan, masing-masing menatap ke luar.

"Begini kah caramu menyapa sahabat lama?" Dafa tak menoleh, dia tidak suka melihat Alana yang tidak menutupi keresahannya saat ini. Apa bagi Alana, dia sangat menyebalkan?

"Aku tidak tau harus apa," itu pengakuan Alana, gadis berusia 23 tahun tersebut jujur. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa pada Dafa. Takut lebih mendominasi.

"Ann, ... "

"Panggil aku Al!" Lirih, sangat lirih Alana mengucapkannya. Dia tidak mau orang lain salah paham pada mereka.

"Kenapa?" Pertanyaan Dafa mengambang. Dia tidak  memiliki keberanian  untuk bertanya kenapa dulu Alana mencampakkannya?

Alana membisu.

"Kuharap kau bahagia, Ann." Setelah mengatakannya Dafa berlalu, dia tidak bisa lama-lama di dekat Alana. Dia takut perasaan itu kembali, menjadikannya laki-laki yang lemah.

Alana masih terpekur, tak ada niat beranjak. Pertahanannya hancur. Dafa meninggalkannya (lagi) dengan terluka.

***

Oh, hai ...
Kembali hadir dengan lanjutan yang masih gaje dan datar. Tapi nggak pa-pa kan? Author masih kudu belajar banyak.

Part. ini khusus untuk teman yang katanya balikan sama mantannya. Well, jujur sih aku nggak begitu suka, tapi kan sebagai teman cuma bisa mendo'akan yang terbaik.
Author curhat 😄

Nah, author mo jelasin kenapa nggak sering update. Begini, LoopiesFM lagi bikin proyek tulisan baru. Serakah nggak sih? Padahal baru dua ja udah kelabakan bagi waktu.

Oke, author nggak boleh curhat di sini sebenarnya, karena ruang gajenya hanya boleh di efbi 😂

Salam
LoopiesFM

Janji  Alana (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang