Bertemu lagi

1.2K 82 2
                                    

Mengingatnya memerlukan hati yang luas. Dafa dan seluruh kenangan tentangnya. Maka, hari ini semua keresahan harus usai. Hidup perlu bergerak maju, bukan terdiam, meratap seperti bayi kehilangan ibunya.

Aku menatap Gabby sambil tersenyum, dia satu-satunya sahabat terbaik yang kumiliki dua tahun ini. Dia berhak mengetahuinya.

Aku kembali tersenyum, ...

Tujuh tahun lalu aku menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di kota itu. Menjadi siswi pindahan, tinggal di rumah Om Hadikusuma, ayah Gween. Itu skenario yang kuingingkan. Bersekolah di Ibu kota, dan Ayah hanya mengijinkan jika aku menuruti syarat darinya.

Semua lancar pada awalnya, Gween yang selalu diusili Kakaknya merasa sangat senang dengan keputusanku tinggal di rumah tersebut. Kami berbagi banyak hal, bahkan hal-hal paling absurd dari masing-masing. Tidak canggung sama sekali saat menceritakannya.

Namun semua berubah ketika Gween mengenalkanku pada Dafa---anak laki-laki yang disukainya sejak kecil sekaligus teman kak Rendi, kakak Gween.

Aku melihat jelas raut sesal pada Gween. Sikapnya bertambah benci ketika Dafa yang disukainya malah akrab denganku.

Aku meyakinkan Gween, kami hanya berteman, dan dia akhirnya percaya. Tidak ada kebohongan, kami memang berteman tapi tidak setelah perasaan asing itu muncul. Aku sedih saat melihat Gween dan Dafa dekat. Aku tidak suka.

Perasaan itu tumbuh tanpa bisa kucegah.

Usiaku 21 tahun.
Aku sudah bisa membedakan antara perasaan sayang atau sekedar suka. Tapi itu sungguh terlambat. Aku menyesali semuanya.

Seandainya saat itu aku tidak membuat Dafa terluka dan merasa dikhianati, kupikir sampai sekarang kami masih dekat bahkan bisa jadi lebih dekat lagi dari sebelumnya.

.

"Apa kamu nyesel?" Gabby bertanya, aku menoleh, baru menggeleng. Tapi ada rasa yang aneh. Benar, ini yang kuinginkan. Mungkin dengan kepergianku, semua akan kembali seperti semula. Kemudian lambat-laun aku bisa melupakannya. Bagiku, ikatan persaudaraan jauh lebih berharga ketimbang urusan perasaan.

"Jadi kamu berbohong soal Dafa kemarin?" Gabby bertanya lagi. Kali ini aku mengangguk.

"Kemudian pas di toko buku?"

"Entah lah. Aku seperti melihatnya, tapi kurasa tidak," ucapanku mengambang. Dafa tidak mungkin tidak mengenalku, apalagi yang kemarin sedingin itu. Dafa ramah dan mudah tersenyum, sebenci apa pun dia pada orang lain. Lima tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mengenal seseorang.

"Lantas, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?"

Kenapa Gabby berubah cerewet?

Aku menatapnya, "harusnya aku menebak dari awal, jika Gween dan Dafa menikah, seluruh keluarga besar akan berkumpul. Itu artinya, aku termasuk."

Gabby tersenyum getir, menatapku iba.

"Kamu menjadi tokoh jahat di sini," ucapnya

"Tidak apa-apa," sahutku

A

ku menarik nafas, menahannya, kemudian mengeluarkannya bersama beban yang menghimpit dada. Sedikit melegakan.

"Jika nanti kalian bertemu, apa yang akan kamu katakan?"

Itu pertanyaan yang sulit.

Bertemu lagi? Entah lah. Aku selalu merasa tidak siap jika kami bertemu kembali. Aku mengkhianatinya dengan kebohongan yang dikarang Gween dan pada akhirnya Dafa merasa dijebak.

Aku menutup muka dengan ke dua tangan. Rasanya aku ingin menangis hanya dengan membayangkan sikap Dafa padaku, nanti. Dia akan membenciku, lantas aku akan tersiksa dengan rasa bersalah.

"Al, ... " panggil Gabby

"Bisa kah aku menghindarinya?"

Gabby terkekeh, "masalah itu dihadapi. Jika terus menghindar, kamu akan semakin tersiksa. Jujur lah! Akan lebih baik jika Dafa dan sepupumu saling mencintai, "

Aku menatap Gabby tidak mengerti.

"Setidaknya, mereka tetap bersama dan hanya kamu yang patah hati." Gabby menjawab lugas isyarat dari mataku

"Nanti kamu akan mengerti."

Gabby beranjak, meninggalkanku yang masih belum sepenuhnya memahami kalimat barusan.

"Al, ... " panggilnya dari dalam

"Ayo makan!" Ajaknya

Aku memutuskan menyusul Gabby. Biar kupikirkan lagi nanti. Sekarang, mari mengisi perut. Tak terasa aku juga lapar. Melewatkan jam sarapan hanya karena ini hari libur.

***

End
.
.
.
Enggak. Hehehe...
Aku merasa part ini kacau.

Aku mau promosiin cerita baru. Tapi nanti. Kemarin sempat bikin vote untuk nama para tokohnya, belum dipilih. Hehehe,

Cek akun fb. Farin Muis

Oke, semoga ke depan bisa diperbaiki.

Salam datar
LoopiesFM

Janji  Alana (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang