Chapter - 1

1.4K 52 0
                                    

Hatinya sedang berbunga saat dirinya menelpon kekasihnya. Kekasih yang satu tahun belakangan ini mengisi hari-harinya dalam suka maupun duka. Kekasih yang sebentar lagi akan menjadi tunangannya.

" Aku mau besok berangkat dulu Ke Pontianak sayang," ucap Wina sambil memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Mengambil beberapa lembar pakaian, peralatan make up, peralatan mandi dan lain-lain.

"..."

"Iya sayang, pasti aku akan hati-hati dan tak mungkin kecantol pria lain, janji"

"..."

"Ya udah ya, aku harus istrahat dulu, pesawatku nanti malam. Dan jangan lupa antar aku,"

"..."

"Bye, see you, muach"

Wina merebahkan tubuhnya diranjang ukuran queen yang ada di dalam  kamar apartemennya. Fikirannya melayang, teringat saat pertama bertemu Yoga, calon tunangannya sebentar lagi. Pria paling baik, pengertian tulus mencitainya apa adanya. Selama hidup sendiri di Jakarta, sosok Yogalah lah yang paling membekas di hati di bandingkan pria lain yang pernah dikenalnya semasa hidupnya.

Sejak Wina bisa berjalan dan berbicara hidupnya di kelilingi teman sebaya, senasip di panti asuhan. Siapa orang tua yang tega membuangnya, dia pun tidak tahu. Dari seorang bocah kecil menyedihkan sekarang menjadi model profesional. Kariernya cemerlang berkat Yoga, seorang  pria yang dengan sabar menjadi teman, sahabat sekaligus kekasihnya dalam satu tahun terakhir ini.

Wina tersenyum, tak mudah menjadi sekarang, menjadi seorang model selebriti yang terkenal. Menjadi sessosok wanita dewasa yang telah malang melintang di dunia permodelan. Wajahnya yang bisa di bilang membuat seorang  pria berpaling tiga kali padanya.

Menjalani profesi sebagai seorang model papan atas, banyaklah lelaki belang yang sekedar menggodanya, menggoda dengan menjadikan istri kedua, bahkan ada brondong yang mau menjadikankanya istri. Di hati Wina cuma ada satu nama saat ini, yakni Yoga. Meski dibilang wajahnya tak rupawan seperti para pria yang dikenalnya, tapi wajahnya cukup manis hingga membuatnya tak bisa berpaling ke lain hati.

Wina memeluk guling seakan itu Yoga, sambil tersenyum perlahan matanya terpejam. Menggapai tidurnya ke alam mimpi.

**

"Hati-hati sayang, ingat tiga minggu lagi pesta pertunangan kita," seorang pria berkata sambil mencium dahi Wina dengan sayang.

"Pasti sayang, aku pasti menjaga diri baik-baik, akan selalu mencintaimu," Wina memeluk kekasihnya, Yoga dengan erat, air matanya tiba-tiba keluar tanpa terasa, seperti akan berpisah sangat lama.

"Ayo masuk, nanti kamu bisa ketinggalan pesawat, ". Yoga melepaskan pelukan Wina dan menghapus air matanya. "Aku janji tak akan main wanita, ayo hapus matamu, kamu cuma tiga hari kan di Pontianak? Aku janji akan masih setia menunggumu, siapa juga yang mau dengan wajah pas-pas kayak aku," ujar Yoga sambil memasang senyum manisnya untuk wanita yang dicintainya itu.

**

Matanya masih menatap lurus kedepan. Hatinya berdesir saat melihatnya, sesuatu membuatnya tak bisa berpaling dari makhluk didepannya. Terlintas kembali bayang-bayang masa lalu yang membuka luka lama. Penyesalan masa lalu, merobek kembali sisi gelap yang yang sudah dua tahun belakangan ini terpendam dengan damainya.

Haluan nafasnya menjadi kasar, jantung berdetak kencang? Apa dirinya masih dianggap gila ? apa dirinya sangat meresahkan keluarga, membuat malu hingga pembuangannya di hutan belantara ini agar menjadi sosok yang lebih baik. Tidak arogan, tidak kasar, dan tidak mencemarkan nama baik keluarga.

Dalam hatinya dia masih tidak mau menerima kekalahan hidup. Hampir satu tahun dirinya berjuang sendirinya di hutan ini. Dia harus berubah, berubah untuk sesosok makhluk hidup yang ada di depannya sepertinya, tapi dirinya tidak yakin apakah bisa dan dirinya harus mencobanya mulai hari ini.

Suara rintihan kecil terdengar lemah di depannya. Sosok itu membuka matanya perlahan dan dia melihat betapa sempurna bola mata bernetra coklat bening itu.

"Kau sudah sadar, akhirnya hampir tiga hari kau berbaring seperti mayat hidup," ucap pria itu sambil beranjak mendekati seorang wanita.

Wanita itu hanya terdiam, seolah-olah raga dan nyawa masih belum bersatu, membuatnya seperti patung yang bisa bernafas dengan mata terbuka terlihat sayu.

"Hei, apa kau dengar? lihat aku. " Pria itu melambaikan tangannya di depan wanita tersebut. Wanita mengangguk "Aku dimana?" pertanyaan pertama yang terdengar dari suara wanita itu yang terdengar merdu di telinga pria itu. Suara yang mampu membuat hatinya berdesir kembali, bergetar tak karuan detak jantungnya terasa.

"Kau ada di pondok ku, kutemukan kau di pinggir sungai kemarin, tepat tiga hari lalu dari hari ini. Namamu siapa? Tanya pria itu. Tidak ada tanggapan respon sama sekali dari wanita tersebut.

Apa dia baik-baik saja atau aku harus bawa dia ke klinik terdekat atau juga aku harus,..arkghhh ini 

Kebingungan menguasainya saat ini. Entahlah bagaimana dia akan menyadarkan wanita itu sekarang.


*to be next continue...

Mengapa Aku (MA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang