Chapter - 13

652 33 0
                                    

Morran terdiam, tak bisa menjawab karena sekarang nafsu setanlah yang telah berkuasa dengan mempengaruhi otak jernihnya. Nafsu amarah yang sempat terluruh tadi kembali mencuat ke permukaan. Sampai dirinya tiba-tiba tersadar diri saat Wina, memegang kemeja depannya, meremas erat sambil mendongakkan wajahnya yang penuh dengan air mata yang berlinang.

Akhirnya Morran berucap asal saat melihat kesedihan yang nampak dimata Wina. "Aku tak tahu siapa dia. Percayalah padaku sayang. Aku suamimu. Harusnya kau percaya padaku. Dia orang lain." Morran mencoba menahan dirinya lagi saat mengatakan itu di depan Wina dengan sorot tatapan mata sudah yang mulai menggelap.

"Kau bohong," tuding Wina histeris dan melempar barang-barang yang ada dijangkauannya pada Morran. 

Seketika Morran menghindar dan sudah bergairah saat mengatakan "Jangan buat aku kasar padamu Melisa. Kau pasti akan menyesal nanti. Please aku tak bisa kendalikan diri lagi." Morran menghindar dari barang-barang yang dilemparkan Wina padanya lagi dan berusaha untuk mendekat dengan perlahan menjangkau tubuh Wina.

"Jelaskan dulu, baru aku,..Ohh kau mau apa?" Wina meronta-ronta saat Morran tiba-tiba memanggulnya. Kaki Wina menendang nendang dada Morran berharap Morran melepaskan dirinya, tapi nihil. 

Morran seperti kerasukan. Dia membuka kamarnya dengan kakinya sekali sentak. Dengan kasarnya Morran melemparkan tubuh Wina ke ranjang. Mengunci pintu dan membuang kuncinya itu ke sembarang tempat.

"Kau monster, tahu kah kau ?!!. Kau bukan suamiku !! Tak mungkin suamiku bertindak kasar." jeritan Wina terdengar kencang saat tubuhnya sudah berada di atas kasur.

Morran segera menerjang tubuh Wina dan memerangkap tubuhnya dengan tubuh besarnya. Mencium paksa bibir tebal Wina. Wina menendang-nendang tubuh Morran, meronta dan sekuat tenaga menggerakkan kepala, menghindar dari ciuman Morran.

Morran terus menciumi Wina dari semua titik wajah terus perlahan ke bawah hingga cekung lehernya meski Wina masih melakukan perlawanan. Dirinya tersenyum devil saat melihat pemberontakan Wina. Wina dimatanya saat ini terlihat lebih tampak seksi dan berani daripada saat mereka terakhir bercinta dulu di pondok. Hasrat gairahnya keluar semakin meninggi saat mendengar Wina yang sudah mengeluarkan desahan erangannya. 

Meski masih berpakaian lengkap. Mereka berdua tampaknya tak merasakan risih. Hanya dengan berciuman saja sudah membuat mereka berkeringat. Ciuman Morran yang kuat di sekitar leher Wina membuat esok harinya pasti meninggalkan bekas.

Dengan perlahan dan kembali mencium bibir Wina, tangan Morran masuk ke dalam blouse Wina mengelus punggung mulus Wina dan berusaha melepaskan ikatan bra. Dengan sudah tak sabaran  lagi Morran segera merobek dan membuang blouse itu. 

Wina yang tadi sempat terlena akan ciuman Morran sedikit tersadar. Dia tak seharusnya menikmati sentuhan Morran. Dia mulai meronta-ronta lagi menahan diri tapi entah mengapa tubuhnya malah mendambakan sentuhan Morran. Tubuhnya sangat menghendaki sentuhan Morran tapi jiwanya sangat menolak sentuhan-sentuhan itu.

Kemarahan masih bersemayam dalam diri Morran. Raut mukanya yang telah berubah jadi seram dan terlihat kedua sudut mulutnya tertarik membentuk senyum devil-nya. Otaknya bekerja cepat. Dia akan membuat Melisa-nya hamil dan pasti wanita itu tak akan bisa pergi darinya. Dia akan bercinta berkali-kali. Saat Melisa-nya itu hamil pasti membuat wanita itu memohon agar tak meninggalkan dirinya. Suara desahan Wina terdengar lirih, Morran tau wanita itu sudah mulai bergairah kembali.

Tubuh keduanya saat ini sudah sama-sama telanjang, tanpa sehelai benangpun. Wina tak tahu bagaimana tadi Morran dengan cepat sudah bisa menelanjangi dirinya. Saat dirinya memandang ke dalam mata Morran, terpancar aura devil  dan hal itu membuatnya jadi takut. Membuat hatinya meciut seketika dan juga merasa tak akan mampu melawan Morran saat ini. Dia tahu, dia akan kalah. Morran yang dia anggap suami akan memperkosanya kali ini.

"Arrg,....". Erangan yang terlontar dari mulut Morran terdengar keras bagai suara serigala hutan. Jiwa binatang Morran keluar sudah. Morran langsung dengan rakus mencium bibir Wina lagi. Saat mulut wanita itu membuka, lidahnya masuk dan segera melahap, mempermainkan, meraup mulut Wina sambil memainkan payudara Wina, memilin putingnya. Percintaan kasar kali ini membuat Morran menjadi sangat dominan pada hak tubuh Wina. Wina telah menjadi candunya saat pertama kali wanita itu menyerahkan keperawanan padanya.

Tak menunggu lama Morran segera menyatukan tubuh mereka. Suara rintihan tertahan keluar dari mulut Wina, saat miliknya terasa mengetat menjepit kejantanan Morran. Gerakan rancak berirama dari tubuh Morran membuat Wina langsung menuju puncaknya dengan segera. 

Gelombang demi gelombang kenikmatan menerjang keduanya.Keringat bercucuran menghiasi tubuh keduanya hingga Morran akhirnya menyemburkan benihnya di rahim Wina. Hembusan nafas kasar lirih terdengar saat Morran terjatuh di atas tubuh Wina. 

-- next to be continue-- 

Happy Reading

Mengapa Aku (MA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang