Chapter - 10

765 39 0
                                    

Wina cuma menyahut pertanyaan dari Morran hanya dengan mengangguk.

Saat Morran akan merengkuh tubuh Wina, wanita itu menghindar dan menepis tangan Morran yang juga akan mengelus pipinya lembut. "Ada apa denganmu sayang?"

"Jelaskan semua ini," kata Wina sambil merentangkan tangannya. "Kenapa kau membawaku diam-diam ke Jakarta?. Saat terbangun aku sudah ada di kamar itu," tunjuk Wina pada sebuah ruangan.

Morran menghela nafasnya kembali. Butuh kebohongan apa lagi yang harus dia jelaskan ke wanita itu.

"Dengarkan aku dulu. Kita duduk dan aku akan menjelaskannya secara baik-baik. Jaga emosimu sayang," ucap Morran sambil mengajak Wina duduk di sofa ruang tengah.

Wina mengikuti Morran yang duduk di ruang tengah apartement itu. Memposisikan dirinya duduk di seberang, tak mau dirinya di dekat pria itu sekarang. Saat ini dirinya tak ingin dekat- dekat dengan pria itu meski dia suaminya. Dia butuh penjelasan dari sekarang.

"Saat itu, setelah aku mendapatkan wartel dan dapat menelfon rumah, baru aku ketahui mamaku sakit. Aku panik dan hari itu juga aku mau mengajakmu langsung tapi saat kulihat kau tertidur pulas, aku tak ingin membangunkannmu. Pesawat jet pribadi papa menjemput kita setelah aku memberikan lokasi keberadaan kita. Dan selanjutnya seperti yang kau lihat, kita sudah sampai di Jakarta tapi kau masih tertidur sayang."

"Apakah semua itu benar Morran, sepertinya kau masih menyimpan sesuatu yang kau rahasiakan?" selidik Wina.

"Aku mengatakan yang sebenarnya sayang."

"Aku akan mengajakmu menengok mama dan kedua orangtuamu setelah kau kembali sehat."

"Kau lihat aku tak apa-apa, jadi besok antar aku ke rumah kedua orangtuaku. Meski aku tak ingat mereka, aku akan mencoba berusaha membuat mereka bahagia dengan kembalinya aku, melihat wajahku dan memeluk tubuhku dengan sayang. Kau harus antar aku!" tegas Wina.

Morran terdiam mendengarkan perkataan Melisa-nya. Kesedihan tak bisa dibendungnya. Kebohongan telah dia ciptakan pada wanita itu. Dirinya tak akan sanggup kehilangan jika suatu saat wanita itu tau siapa dirinya lagi dan pergi darinya dengan meninggalkan luka.

Wina tak tahu sekarang harus berbuat apa untuk nanti kedepannya. Sekarang kehidupannya hanya bergantung pada pria yang ada di depannya. Air matanya tak sanggup dia sembunyikan lagi. Mengalir pelan membasahi pipinya.

"Kau menangis sayang. Ada apa?"

Wina mengusap air mata yang tiba-tiba menetes itu.

"Tak apa Morran. Aku hanya bingung mulai sekarang. Apa yang aku lakukan setelah aku kembali ke Jakarta. Apa aku bisa memulai aktivitasku seperti dulu lagi." lirih Wina.

Morran berjalan, begeser, mendekati Wina dan merengkuh tubuh wanita itu. Mengecup puncuk kepala dan menyandarkan kepala Wina di dadanya. "Kita akan memikirkannya nanti. Aku akan tetap bersamamu, mendampingimu dalam suka maupun duka," bisiknya.

**

"Ayah, ibu. Melisa sudah kembali. Melisa kangen kalian," Wina memeluk wanita separuh baya yang dia anggap ibunya itu. Tak lupa dia juga memeluk seorang pria paruh baya yang ada di samping yang dia anggap sebagai ayahnya. Air mata tak terasa sudah membasahi pipinya. Air mata kebahagian untuk kedua orangtuanya yang ada di depannya.

Kedua orang itu juga terlihat menangis lirih tak bersuara.

"Meski Melisa tak ingat kalian berdua, tapi Melisa kangen kalian. Melisa saat ini akan memulai awal lembaran baru dengan ini suamiku. Ayah, ibu kalian sudah merestui pernikahan kami bukan?" lanjut Wina seraya menarik tangan Morran agar lebih dekat dengannya.

"Iya nak. Kita berdua sudah sangat setuju kamu bersanding dengan nak Morran. Dia pria yang sangat pantas buatmu." Wanita itu berkata sambil tersenyum ke arah Morran.

"Kita berdua merasa bersyukur sayang, kamu dan Morran akhirnya kembali dalam keadaan sehat-sehat saja. Selama kamu menghilang, kami selalu cemas memikirkannmu. Selalu berdoa untuk keselamatanmu dan doa kami di jawab oleh Tuhan. Akhirnya kamu kembali nak," ucap laki-laki setengah baya yang bernama Rudi, orang suruhan Morran untuk melakukan drama sandiwara.

"Bastian, carikan aku orang untuk menjadi orang tua Wina pura-puranya,"

"Untuk apa kau lakukan itu, nanti ayahmu akan tahu,.."

Belum selesai berucap, Morran memotong pembicaraan itu, "Kerjakan saja sekarang. Aku sangat membutuhkanmu saat ini. Setelah dapat kabari aku secepatnya." Morran langsung mematikan sambungan .

Sebelum mengajak Wina kerumah orangtuanya, Morran mendatangi satu orang pria dan satu orang wanita yang nantinya akan dianggap Wina sebagai orang tua kandung Melisa-nya. Rencana disusunnya rapi. Dan kedua orang itu langgsung mengangguk mengerti. Mereka telah siap memainkan drama sandiwara karena bayaran yang akan mereka terima sangatlah besar.

---- Tobe next continue..-----

Mengapa Aku (MA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang