BAB 21 : Stay, please

2.1K 65 1
                                    

Hari- hari berlalu semenjak pertemuan Leah dengan Mama Guy. Leah juga sempat berbicara dengan Papa Ferdinan (papanya Guy). Ternyata kediginan sifat Guy menurun dari papanya. Tapi tak jarang juga Leah melihat om Ferdinan tersenyum hangat dan sering gombal dengan Mama Lia. Mirip Guy persis, deh.

Semuanya berjalan seperti biasanya. Bangun pagi dengan indah, pergi ke sekolah, diantar pulang oleh Guy dan semuanya berjalan seperti biasa.

Mama Leah juga sudah pulang dari perjalanannya di negara tetangga.

"Sayang, ganti baju ya, bentar lagi kita mau pergi nih, bentar lagi aku jemput ya." Ucap Guy dari seberang telpon.

"Hmm oke." Ucap Leah.
"Love you."
"Love you, too" ucap Leah sambil tersenyum walau tidak dapat dilihat oleh Guy.

******
Setelah selesai memakai pakaian yang selama beberapa menit lamanya hanya gonta-ganti, akhirnya pakaian yang dipilih Leah tetap simple.

Sudah lama Leah menunggu Guy, tapi mobil guy sendiri bahkan belum muncul.

"Guy belom dateng nih?" Ucap Lili bersama dengan Via dan juga Mama yang ikut menunggu di ruang tamu.

"Iya nih." Jawab Leah sambil melihat arlojinya.

Kring kring kring

Bunyi handphone Leah berbunyi bertuliskan nama Guy disana.

"Halo, Guy. Kok belom dateng sih. Lama amet." Ucap Leah dengan muka cemberutnya.

"Maaf, apa benar ini dengan Leah?" Ucap wanita dari seberang telepon.

"Iya ke apa ya? Ini teleponnya guy kan?"

"Iya, maaf , tuan Guy mengalami kecelakaan. Saya harap anda bisa segera pergi ke rumah sakit Vita."

Seperti tersambar petir, hampir Leah menjatuhkan handphonenya. Handphonenya juga dispeaker sehingga mama, Via, Lili bisa mendengar 0ercakapan mereka tadi.

Mereka langsung pergi ke rumah sakit dengan mata Leah yang sudah berair dan tidak bisa berhenti mengangis.

"Guy." Ucap Leah sambil dipeluk Via dan Lili dan mamanya menyetir di depan.

*****

Sesampainya di rumah sakit, Leah dengan cepat bertanya dimana ruangan Guy dan segera berlari ke sana. Di depan ruang operasi sudah ada Tante Lia dan juga Om Ferdinan.

"Leah, kamu udah dateng nak." Ucap tante Lia sambil menangis dan memeluk Leah.

"Tante, Guy gimana? Dia pasti gapapa kan tante? Iya kan?"

"Kita doakin aja ya sayang."

Setah beberapa jam menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi dengan wajah murung.

"Gimana keadaan anak saya dok? Ucap Om Ferdi angkat suara dulu.

"kami sudah mengusahakan yang terbaik pak. Anak anda sekarang sudah tidak apa-apa. Tapi saya harus mengatakan hal menyedihkan ini." Ucap dokter menghentikan ucapannya.

"Kenapa dok? Kenapa sama Guy?" Ucap Leah tidak sabar.

Dokter Ian yang diketahui namanya merupakan dokter pribadi keluarga Alexander (nama keluarga Guy, kalo kalian lupa nama belakang Guya itu Alexander) menghela nafas sebelum melamelanjutkan kata katanya.

"Karena benturan akibat kecelakaan itu, bisa saya bilang 65% memorinya hilang tapi syukurlah tidak permanen."

"Lalu apa yang harus kami lakukan dok?"
Tanya Leah.

"Kita harus menunggu tuan Guy sadar agar kami dapat mengetahui memori apa yang hilang dan jika memori ini tidak segera disembuhkan bisa- bisa memorinya berubah menjadi permanen."

Leah kembali menangis sampai ngantuk melanda dan dia tidak ingat lagi apa yang terjadi.

*****
Leah POV

Pertama kalinya bangun sinar ruangan menyinari mataku. Apa yang terjadi? Kenapa kok aku ada di kamar rumah sakit.

GUY?!

Seketika aku teringat. Aku segera berlari mencari kamar Guy. Aku melihatnya berbaring lemah. Mataku mulai berair lagi.

65% memori nya terhapus

Kata- kata itu terus tergiang di pikiranku membuat tangisku semakin menjadi.

"Guy?." Panggilku lirih. Nihil. Tidak ada jawaban.

"Jangan begini, Guy. Kamu harus bertahanan. Kamu masih harus sekolah, bentar lagi kita juga bakalan kuliah kan. Kamu nggak mau ngrasakin kaya gitu?" Ucapku sambil menangis.

"Bangun, Guy." Aku terus memanggil namanya.

Perlahan kulihat tangannya bergerak dan matanya mulai terbuka. Guy sadar.

"Guy, bentar ya. Aku panggilin dokter."

Aku segera memanggil dokter dan dokter segera memeriksa Guy. Aku ditemani sahabt sahabtku, mama, tante dan om.

"Siapa namamu?" Dokter mulai menanyakan pertanyaan- pertanyaan kepada Guy. Mungkin prosedur amnesia? Aku tidak tahu.

"Guy Alexander." Jawab Guy.
"Siapa wanita ini?" Sambil menunjuk tante Lia dan selanjutnya Om Ferdinan. Semuanya dijawabnya dengan mudah.

"Siapa gadis ini?" Tanya dokter lagi sambil menunjukku.

"Siapa? Maaf, tapi aku tidak mengenalnya." Jawaban Guy kaki ini membaut duniaku sekaan runtuh. Aku menciba untuk tabah. Ya, aku akan mencoba membuat Guy mengingatku kembali.

Saat di luar kamar, aku menangis dipelukan mama. Semua orang disana masih diingat oleh Guy bahkan Liki maupun Via. Kalau mama, Guy hanya sekali bertemu dengannya jadi maklum jika dia lupa.

"Yang sabar yang nak, tante yakin kamu paati bisa melewati semua ini."

"Iya tante." Ucapku mencoba untuk tersenyum.

Bersambung

*****
Thanks udah mau baca ceritaku sampe sini, kalo ada saran, kritik ataupun apapun itu nggak usah sungkan buat comment.

Jangan lupa buat di vote ya guys!

Xoxo






MENGEJAR COWOK DINGIN[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang