BAB 22 : PERJUANGAN

2K 70 1
                                    

Leah POV

Sudah beberapa minggu beralu tapi Guy tetap belum mengingatku. Mirisnya nasibku. Dilupakan oleh orang kucintai selain mama dan papa juga sahabatku.

Aku sudah mencoba berbagai cara agar Guy dapat mengingatku. Berkali-kali aku bertanya apa dia sungguh melupakanku dan aku malah mendapatkan tatapan dingin dan sinis darinya.

Hari ini aku akan pergi ke rumah Guy. Ya, Guy sudah boleh pulang ke rumah setelah beberapa hari di rumah sakit. Aku rutin menjenguknya setelah pulang sekolah.

*****
Guy POV

Gadis itu lagi, gadis itu lagi. Mirisnya nasibku selalu bertemu dengan gadis ini setiap hari. Siapa lagi kalo bukan Leah.

Tersenyum sendiri sambil berbicara banyak hal yang pastinya tidak kumengerti. Kuakui dia cantik, lugu, polos. Hanya saja sifat dinginku kepada semua cewek tetap sama.

Tapi kenapa, sejak beberapa hari ini, saat dia tersenyum hatiku menghangat. Kadang aku juga senyum-senyum sendiri saat melihat tingkah konyolnya.

Bukan, aku tidak mencintainya. Kupastikan itu. Bukan karena masa lalu yang kelam atau apalah itu. Hanya saja memang aku tidak mencitainya. Terkadang aku sendiri membenci tingkah lakunya.

"Ooiya, Via sama yang lain ada di bawah. Emang kamu nggak mau maen sama mereka?." Ucap Leah yang hanya kujawab dengan dehaman. Lihat kan, dia tersenyum hanya karena aku berdeham.

"Yaudah kalo butuh apa- apa bilang ama aku ya. Aku turun dulu." Ucapnya sambil tersenyum. Cih, dia pikir aku anak kecil.

Saat dia turun, suasana di kamar menjadi hening. Jujur, aku suka saat-saat Leah berbicara padaku walau hanya kubalas dengan tatapan saja. Tidak seperti suasana sekarang yang sunyi dan ahh, pokonya nggak enak.

Turun aja mendingan.

Aku menyusul Leah menemui Via dan kawan-kawan. Aku tahu aku hilang ingatan, tapi semua orang tidak membiarkanmu mengetahui memori apa yang hilang didalam otakku ini.

Aku memang diberi tahu kalau Leah merupakan salah satu dari ingatan ku yang hilang, tapi aku nggak dikasih tahu Leah itu siapaku. Toh ya gak penting sih.

Teman-temanku (Via, Kiki, Lili,Dion ) selalu saja mendorongku untuk lebih akrab dengan Leah. Memangnya aku anak kecil harus dipaksa berteman.

Sudahlah. Tidak usah dipikirkan.

Setelah aku keluar dan menuju ruang tamu. Disana aku melihat semua teman-temanku, termasuk Leah bermain ps disana.

"Eh, Guy. Ada perlu?" Aduh, leah lagi-lagi berbicara padaku. Aku menggelengkan kepala dan ikut duduk dengan mereka semua.

"Oo oke." Ucapnya sambil tersenyum dan pergi ke dapur. Yah, baiklah. Cepatlah pergi.

*****
Author POV

"guy, jalan-jalan kek. Bosen tau nggak sih di rumah lo. Nggak ada apa-apanya." Ucap Kiki yang diangguki semuanya. Leah masih berkutat di dapur karena mengupas apel untuk Guy. Yah, walaupun tidak diminta sih oleh Guy.

"Yaudah, gapapa. Mau kemana?" Tanya Guy.

"Ke tamam aja yuk. Disana adem, anyem, tentrem." Ucap Dion alay.

"Yaudah, ayo. Le, kamu ikut kan?" Tanya Lili.

"Iya, tapi Guy suruh makan buah apel ya dulu." Ucap Leah sambil menatap Guy.

"Nggak mau. Emangnya ngapain juga aku makan apel. Nggak ada gunanya. Trs lo lagi, kaya mama gue aja."

"Ya soalnya sama tante disuruhnya gitu yaudah aku lakuin deh. Emangnya kamu nggak mau sembuh."

Akhirnya dimulailah perdebatan kecil antara Guy dan Leah.

"Yaudah deh, gue makan. Cerewet sih lo." Ucap Guy dengan wajah seperti anak habis kalah pertandingan.

Leah tersenyum kecil melihat Guy menghabiskan apelnya.

Susasana di taman seperti biasanya. Tidak ramai juga tidak sepi. Normal.

Kiki, ,Via, Lili dan Dion berpura-pura pergi membeli makanan meninggalkan Leah dan Guy yang sedang mencari tempat duduk.

"Guy, kata tante nanti tidurnya nggak boleh kemaleman, terus jangan lupa buat sering-sering makan buah kata dokter. Jangan lupa juga minum obat biar cepet sembuh."

"Iya iya. Bawel amat sih lu." Ucap Guy dingin. Leah tersenyum manis mendengar tanggapan Guy. Setidaknya lebih baik daripada saat Guy tidka berbicara dan malah mendiamkannya.

"Ooiya, sama nanti sama tante disuruh check-up keadaan kamu." Ucap Leah mengingatkan.

"Eh, Le. Lo risih banget sih. Ngomong banyak banget. Ini itu lah segala macem. Pusing tahu nggak sih dengerin lo ngomong terus." Ucap Guy yang membuat hati Leah teriris. Ingin rasanya menangis tapi ditahannya karena tahu Guy yang saat ini dihadapannya bukanlah Guy yang biasa dia kenal.

Oleh karena itu, dia harus berjuang lebih agar bisa mendapatkan hati Guy kembali.

"Karena aku sayang sama kamu." Ucap Leah lembut.

"Iya ya, gue udah tahu dan gue yakin lo udah pasti jawabn gue apa."

Ya. Leah pasti tahu. Karena Guy yang ini membenci dirinya. Tapi dia tetap akan berjuang dan malah mengembangkan senyumnya seceria mungkin. Dengan tulus.

"Guy, sambil nunggu aku critain ya momen-momen aku sama cowok yang aku cinta."

"Lha, katanya lo, lo sayang ma gue. Gimana sih." Ucap guy memotong.

"Itu kan sayang. Sayang sama cinta itu beda." Ucap Leah. Sebenarnya tujuannya adalah agar dia bisa membantu Guy mengingat momen2 mereka berdua. Hanya saja alasannya saja yang membuatnya beda.

Leah mulai menceritakan momennya bersama Guy (cuman namanya disamarin sama Leah biar Guy nggak tahu kalau Leah sebenarnya bercerita tentang mereka berdua. Bukan dirinya dengan orang lain).

Dimulai saat mereka pertama kali bertemu, kemudia kejadi di Bali, lalu Guy menyatakan cintanya. Berlanjut saat Guy dan Leah date bersama dengan Lili dan Dion, usaha mereka mempersatukan Via dan Kiki, berlibur bersama, dan moment-moment yang sudah membuat mata Leah berair.

Hal itu membuat hati Guy teriris, rasanya menderita melihat gadis didepannya ini mau mengangis.

"Kalau mau nangis keluarin aja, jangan ditahan. Biar bebanmu sedikit terangkat." Pertama kalinya setelah Guy setengah amnesia, dia memanggil Leah dengan 'kamu' dan bukannya 'lo'.

Akhirnya mau tidak mau, Guy menyenderkan kepala Guy ke pundaknya dan Leah menangis dalam diam. Dia harus kuat. Guy membutuhkannya walaupun dia masih melupakannya. Dia harus kuat.

***
Sorry ya guys, pendek.
Jangan lupa vomment ye!😂

Xoxo👋

MENGEJAR COWOK DINGIN[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang