xviii

7K 620 70
                                    

🎶 Dua Lipa - Homesick 🎶

"Dia sudah tidur?" Sasuke hanya mengangguk menyahuti pertanyaan Itachi yang ternyata masih menunggu Sasuke keluar dari kamar.

Sekarang pukul 2, Sasuke terbangun karena merasa haus dan terbeban membuatkan sebotol susu hangat untuk Sakagami. Dia ingat betul saat ini dia tidak sedang bersama Sakura yang biasanya akan terbangun hanya demi mengusap punggung Sakagami atau menyusui Sakagami bila anak itu mengigau mendapat mimpi buruk.

Sebisa mungkin dia tak mau membuat Sakagami terbangun karena akan repot jika Sakagami terbangun dan tidak menemukan Mamanya bersamanya. Dipastikan anak itu akan menangis kesetanan lagi.

"Pulanglah. Jangan seperti Sakagami yang mengadu pada orang tua jika mendapat masalah dengan orang lain." Itachi turut meneguk segelas air yang baru saja dia tuang.

"Aku tidak bisa membiarkan anak-anakku diajak selingkuh oleh wanita itu," jawab Sasuke datar.

"Wanita itu istrimu. Kau sudah terlalu tua untuk bertengkar seperti ini dengan Sakura. Harusnya kau mengalah--"

"Kenapa harus aku? Karena yang salah adalah aku. Itulah yang sebenarnya ingin kau jabarkan," potong Sasuke sarkas sebelum Itachi selesai dengan kalimatnya.

"Karena Sakura seorang wanita. Dia lebih muda dari pada kau, sebagai seorang lelaki dan tua, harusnya kau lebih pandai mengendalikan emosimu. Jika dia bersalah tugasmu adalah membenarkannya, bukan meninggalkannya," ucap Itachi tak peduli Sasuke mendengarnya atau tidak.

"Dan jika aku bersikap lunak padanya dia akan terus menerus mengulang kesalahan yang sama. Aku laki-laki Itachi dan kau juga! Kurasa tidak ada orang yang mau dikhianati oleh orang kepercayaan mereka."

Itachi menggeleng, dia terkekeh melihat betapa konyol adik laki-lakinya ini. "Sakura tidak sedang mengkhianati. Kau yang sedang cemburu!"

"Ck. Jangan bilang kau tertarik dengan Sakura sampai-sampai membelanya seperti ini."

Ucapan Sasuke sukses membuat emosi Itachi merangkak naik. Laki-laki yang lebih tua beberapa tahun dari Sasuke itu menghentak gelasnya di atas meja marmer, hingga membuat Sasuke menoleh.

"Aku tidak sedang membelanya. Aku hanya sedang mengingatkan padamu seperti apa kau saat sifat beast-mu muncul," jawab Itachi.

"Kupikir itu bukan urusanmu dan tidak ada untung ruginya untukmu," sanggah Sasuke.

"Dan kau akan mengalami kerugian jika salah dalam bertindak dan salah mengambil keputusan! Terserahmu Sasuke, aku hanya mengingatkan." Dengan itu Itachi melenggang meninggalkan Sasuke seorang di dapur.

***

"Ma,"

Sakura menoleh ke belakang, kemudian bergerak merubah posisi tidurnya untuk menghadap pada Sarada yang belum terlelap.

"Kenapa belum tidur?" Wanita itu menyingkirkan helai rambut Sarada yang menghalangi mata anak itu.

"Kenapa Saka belum kembali?" Dia balik bertanya. Tak ada yang dapat dijawab oleh Sakura selain melempar sebuah senyum paksaan.

"Esok hari ketika kau bangun, Saka pasti sudah ada di sini." Bohong. Sakura tau sekali dia sedang berbohong. Dia tau sekali tidak mungkin secepat itu Sakagami bisa kembali ke sini, tidak mungkin Sasuke meredakan amarahnya secepat itu.

"Kenapa Mama dan Papa bertengkar?"

Pertanyaan itu menghentikan kegiatan Sakura mengusap punggung Sarada.

"Apa Mama dan Papa ingin bercerai?"

Lagi-lagi pertanyaan Sarada membuat Sakura terkejut.

"Apa setelah bercerai nanti aku akan ikut Mama dan Sakagami akan dibawa Papa?"

SINGLE New GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang