xiii

10K 714 185
                                    

🎶 Charlie Puth - Attention 🎶

📍17++📍

Hari kesatu...

"Mana Salad?" Tanya Sasuke pada Sakura setibanya dia di meja makan bundar yang hanya terdiri dari empat kursi.

Wanita yang tengah sibuk menggoreng telur itu pun menoleh, tersenyum manis pada lelaki yang tengah menggendong bayi mungilnya. "Bukunya ada yang tertinggal di kamar," jawab Sakura.

Sasuke duduk di salah satu kursi, menimang Sakagami yang gusar dalam gendongannya. Bayi itu bangun lebih dulu dibanding kedua orang tuanya. Jika saja Sakagami tidak menjerit karena mengompol mungkin pagi ini Sasuke dan Sakura akan kesiangan.

Pemandangan yang tak pernah membuat Sakura bosan, di mana ada Sasuke dan bayi mereka—Mereka? Ya! Mereka. Dia dan Sasuke, suaminya!!—terjebak dalam situasi yang kelihatan sangat akrab dan menghangatkan hati setiap manusia yang menyaksikannya.

Sungguh rasanya tak mengira lelaki jahat, bermulut tajam, suka menghina, kurang ajar, sialan dan—brengseknya—tampan itu adalah seorang pria yang amat menyayangi anak-anak—terlepas dari fakta bahwa sebenarnya lelaki itu juga amat menyayangi Sakura.

Dalam benak Sakura bertahun-tahun silam jauh sebelum dia dan Sasuke bisa menikah dan memiliki dua anak, wanita itu mengira Sasuke adalah pria bebas yang tak suka terikat dengan aturan rumah, tak suka direngeki anak-anak kecil yang punya kebiasaan-kebiasaan menyebalkan, tak suka disibukkan dengan ocehan istri yang tiada habisnya. Sekarang, setelah melalui serentetan cerita panjang, Sakura jadi tahu bahwa pemikiran singkatnya terhadap Sasuke dulu adalah salah.

Sasuke yang ada di hadapannya adalah Sasuke yang sangat membuatnya tergila-gila dalam segala hal. Sasuke tak malu membantu membawakan tas milik Sakura saat mereka pergi keluar atau mendorong stroller bayi atau membawa kantong belanja yang isinya keperluan wanita atau berbelanja keperluan rumah tangga atau berbelanja keperluan anak-anaknya, sekali pun banyak mata yang memandangnya aneh karena lelaki setampan Sasuke mau dijadikan pembantu oleh wanita biasa-biasa saja semacam Sakura

Menurut Sakura laki-laki di hadapannya itu adalah yang terbaik untuknya. Kepala keluarga yang bertanggung jawab,. Pria yang tak bisa berada di luar rumah lebih dari 10 jam—semenjak Sasuke pindah ke Osaka. Seorang Ayah yang mengerti apa yang dibutuhkan anaknya tanpa perlu diminta.

Mungkin bagi sebagian wanita Sasuke sempurna sebagai seorang pria, tapi tidak bagi Sakura. Dibalik itu semua ada beberapa kelakuan Sasuke yang tak disukai oleh Sakura. Laki-laki itu sangat tidak romantis sekali, suka membuat Sakura jengkel dan menurut Sakura, Sasuke itu jahil sekali, sengaja membuat Sakura jengkel dan mengamuk.

Beberapa hari setelah melahirkan Sakagami, Sakura mendapat satu set perhiasan dari Sasuke sebagai hadiah bagi Sakura atas kelahiran Sakagami, Sakura senang dengan itu tapi cara Sasuke memberikan membuat Sakura ilfeel alias ilang feeling.

Laki-laki pada umumnya pasti akan mengenakan perhiasan tersebut dengan manis, sampai membuat pipi si wanita merona karena malu. Tapi Sasuke? Ah, sudah jangan ditanya, itu akan membuat Sakura meledak lagi.

"Boruto?"

Lamunan panjang Sakura buyar ketika mendengar suara Sasuke. "Huh?"

"Mana Boruto?"

Sakura nyaris menjatuhkan spatulanya. Benar, mana Boruto?

Astaga! Bagaimana bisa dia lupa kalau di rumahnya sekarang ada Boruto??

"Tunggu sebentar. Aku lupa membangunkannya," ucap Sakura dengan nada panik yang tak dapat disembunyikan. Sakura meletakkan telur setengah matang di atas piring Sasuke dan melepas apronnya tapi cepat-cepat Sasuke berdiri lalu menarik tangan Sakura, menyerahkan Sakagami pada Ibunya.

SINGLE New GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang