xvii

8.3K 668 156
                                    

🎶 Dua Lipa - Homesick 🎶

"Sebenarnya ada apa? Kenapa kau menangis di pinggir jalan seperti itu?" Setelah mobil yang dikemudikan oleh Deidara berjalan beberapa meter barulah lelaki itu memberanikan diri untuk bertanya pada Sakura. Meskipun rasa penasarannya tinggi tapi dia bisa membaca situasi bahwa tak layak rasanya jika langsung bertanya pada Sakura yang sudah sepatutnya ditolong lebih dulu.

Sakura menghapus air matanya yang masih mengalir di pipi, membenarkan posisi Sakagami yang duduk di atas pahanya dengan benar. "Aku ingin pulang tapi aku tidak punya uang untuk naik kendaraan umum."

"Kau dicopet?"

"Tidak. Aku meninggalkan tasku di resepsi pernikahan teman suamiku."

Deidara membuka mulutnya kemudian menutupnya kembali. Bagaimana dia bisa lupa kalau Sakura sudah bersuami, padahal sudah jelas sekali Sakura membawa bayi.

"Lalu kenapa kau meninggalkan tasmu? Apa ada masalah?"

Sakura mengangguk. "Bagaimana bisa selama ini aku dibodohi oleh laki-laki brengsek itu! Tanpa sepengetahuanku dia selingkuh dan sialnya selingkuhannya itu jauh lebih sempurna dari pada aku!"

Ya. Jika kau lebih sempurna dari pada wanita itu, tak mungkin suamimu berselingkuh darimu. Batin Deidara turut berduka mendengar cerita Sakura.

"Kau yakin wanita itu selingkuhannya? Mungkin saja ada kesalahpahaman antara wanita itu dan suamimu?"

"Tidak! aku yakin sekali mereka berselingkuh! Kau tahu, wanita itu sengaja menyiram wajahnya dengan air dari gelasku agar semua orang mengira bahwa aku kurang ajar terhadapnya. Sungguh Dei, aku sama sekali tidak menumpahkan air itu ke wajahnya, tapi laki-laki bangsat itu membentakku dan mengatakan aku sudah mempermalukannya! Sialan, sebenarnya siapa yang malu di sini? Harusnya aku yang malu karena suamiku membela perempuan lain saat aku—istrinya—dipermalukan di muka umum!" cerocos Sakura panjang lebar tanpa peduli apakah Deidara paham akan ceritanya atau tidak.

Pelan-pelan Deidara pahami cerita yang keluar dari mulut Sakura. Inti dari cerita itu adalah suaminya ketahuan berselingkuh dan di depan umum suaminya lebih memihak si selingkuhan tersebut dari pada Sakura.

"Aku turut prihatin."

Sakura hanya mengangguk. "Terima kasih."

Agak sedikit canggung, sudah bertahun-tahun lamanya mereka tidak bertemu dan kini mereka lagi-lagi bertemu di saat situasi sedang kacau seperti sekarang. Sebenarnya Sakura malu harus merepotkan Deidara padahal dulu dialah yang terang-terangan menghindari Deidara. Tapi mau bagaimana lagi? Sakura sedang terdesak, dia bingung harus melakukan apa karena ponsel dan dompetnya semuanya ada pada Sasuke. Jadi, dengan senang hati saja Sakura menerima bantuan yang ditawarkan Deidara.

"Sekarang kau mau ke mana? Tunjukkan rumahmu akan kuantar kau pulang," tawar Deidara.

"Aku tidak tahu. Rasanya aku belum siap berhadapan dengan Sasuke,"

Deidara mengangguk kecil. Dia bisa memahami bagaimana perasaan Sakura yang hancur oleh karena Sasuke dan menurut Deidara adalah hal wajar jika Sakura masih belum sanggup bertemu dengan Sasuke.

"Kalau begitu, apa kau keberatan kalau kita mampir makan siang dulu?"

"Terserah kau saja." Sakura menjawab tanpa semangat sedikit pun.

***

"Hey, Sarada, sebenarnya kau ini suka pada Boruto kan?"

Sarada menggeleng. "Tidak. Papa melarangku pacar-pacaran. Aku masih belum lulus sekolah dasar."

Mitsuki memutar bola matanya. Mulut Sarada mengaku tidak tapi jika memang tidak, seharusnya Sarada tak perlu menangis sampai seheboh tadi hanya karena melihat Boruto berduaan dengan kakak kelas mereka.

SINGLE New GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang