025

13K 784 2
                                    

" HAPPY BIRTHDAY , NAAYLA ZAHRA . " katanya sendirian lalu sepotong kek coklat disuapkan ke dalam mulutnya . Tak sangka tahun itu dia menyambut hari lahirnya tanpa Ayden Kaiser di kafe kegemaran mereka . Naayla mengeluh sebelum mengerling ke arah skrin telefon , ibu bapa dan abangnya memberi ucapan selamat hari lahir padanya begitu juga beberapa rakan yang lain tetapi tidak lelaki bernama Ayden Kaiser itu .

Loceng pintu kafe berbunyi menandakan ada pelanggan lain yang masuk , pekerja-pekerja di situ tiba-tiba menyanyikan lagu Happy Birthday . Terkejut Naayla dibuatnya , dia terus menoleh ke belakang .

" Raiz ... " nama itu meniti di bibir perlahan apabila melihat lelaki yang ditunggu-tunggu selama ini akhirnya berdiri di ruang yang sama . Raiz Affan dengan sejambak bunga ros ditangan langsung tidak menyedari gadis tersebut disitu . Seorang gadis berhijab putih muncul dari belakang Raiz , dia tersenyum manis walaupun matanya ditutup dengan sehelai kain hitam . Naayla hanya memerhati mereka berdua duduk di sudut kafe yang dihias cantik .

" Happy Birthday , Meera . " ucap Raiz setelah membuka kain yang menutup mata gadis bernama Meera di hadapannya . Tiba-tiba Naayla rasa sebak melihat lelaki itu bersama perempuan lain . Tak sangka dia bertemu dengan lelaki itu dengan seorang gadis dan bukan dia yang berada di sisinya .

Tetapi boleh juga dikatakan Meera itu cuma kawan dia kan ?

" Thank you , Raiz . " fikiran positif dia itu terus melayang pergi apabila melihat Meera mencium pipi Raiz sekilas .

Matanya mengerling ke arah jari mereka berdua yang tersarung cincin yang sama .
Automatik semua kenangan dia bersama Raiz di sekolah sejak umur yang masih muda berlayar di mindanya .

" I'm not going to leave you , Naayla Zahra . " kata Raiz sebelum memanjat tingkap stor kosong .

" Tak baik tau ambil gambar orang tanpa kebenaran . " kata Raiz Affan sambil menunjuk gambarnya yang dikeluarkan dari dompetnya .

" Hold me and never let me go , okay ? " wajah Raiz Affan menghias pandangannya .

" If you ever feeling lonely , just look at the moon . Trust me , someone is looking at it too and maybe you share the same story with them . " Naayla mengerling ke arah Raiz yang sedang memerhati bulan terang tersebut .

" But Naayla , moon can be a nightmare too . "

Naayla bangun untuk keluar dari kafe tersebut , matanya berpaut seketika dengan mata milik Raiz . Namun diabaikan , dia terus beredar dalam keadaan hujan lebat . Tidak pula dia mendail nombor Aliya memandangkan dia menyuruh Aliya yang menghantarnya tadi . Gadis itu memberanikan diri berjalan seorang diri pada lewat malam tersebut . Tidak tahu kenapa hatinya berasa amat sakit , mungkin sudah lama dia menaruh perasaan pada Raiz atau dia tak sangka selama ini sia-sia dia menunggunya ?

Jalan raya kosong itu tidak lagi kesunyian apabila fikirannya melayang memikirkan tentang apa yang dilihatnya tadi . Begitu juga kakinya yang melecet akibat kasut tumit tinggi tidak berasa sakit ataupun pedih . Naayla duduk di atas jalan raya yang basah dengan air matanya yang masih mengalir di pipi .

" Kau cakap ada something nak beritahu ? Apa dia ? " tanya Raiz yang baru keluar dari dewan peperiksaan , selesai menjawab kertas akhir SPM . Naayla tiba-tiba berdebar , dia berdehem hilangkan janggal sambil membetulkan beg galasnya . Raiz menjongketkan kening hairan , dah kenapa gadis ceria itu seolah-olah tidak tentu arah ? Dia ada buat salahkah ?

Naayla menggaru kepala yang tidak gatal , berkali-kali dia menunduk dan memandang mata Raiz . Aduh ! Semalam dia dah berlatih tau , tiba-tiba hari ini kelu lidah pula .

" Kau kenapa ni ? Aku tak makan orang tau , Naayla . " kata Raiz lagi , Naayla mengeluh sebelum memandang tepat padanya . " Sebenarnya kan , aku- " apabila melihat Raiz yang memberi perhatian sepenuh kepadanya , dia terus berhentikan ayat . Dia memandang sekeliling , kelihatan Ayden Kaiser yang menunggunya sambil berpeluk tubuh di tepi kantin sekolah .

Pandangan dikembalikan pada Raiz , " Aku suka kau . Dari dulu . " sambungnya . Raiz sekadar mengangguk .

" Kau marah ke ? "

Kali ini Raiz tersenyum halus lalu mengeluh perlahan sebelum dia beredar meninggalkan Naayla Zahra sendirian tanpa jawapan . Dia cuma anggap Naayla sebagai kawannya , tidak pernah lebih dari itu apatah lagi Naayla juga merupakan kawan rapat Ayden .

Apabila dia ditinggalkan , Ayden terus menghampirinya lalu merangkul leher gadis itu . Lelaki itu memandang wajah Naayla , dia sudahpun menangis . Cengeng betul !

" Shhh . Hey , hey look at me . " kata Ayden sambil memegang bahu Naayla , badan dibongkokkan sedikit agar sama paras dengannya . " I know you're hurting , but you're not alone okay ? " sambung Ayden .

Tiba-tiba sebuah motorsikal hitam berhenti bersebelahannya yang sedang mengimbau kenangan terakhir sewaktu sekolah , seorang lelaki yang memakai serba hitam bersertakan topi keledar hitam menghampirinya . Sehelai jaket hitam dihulurkan , Naayla mendongak memandang lelaki misteri itu .

" Let's go . " katanya , tanpa berfikir panjang Naayla membonceng motorsikal tersebut kerana suaranya tidak asing bagi Naayla . Apabila motorsikal itu memecut laju , Naayla memegang erat jaket lelaki tersebut sambil menutup matanya sampailah mereka tiba di hadapan rumah miliknya . Bagaimana lelaki itu tahu dimana dia tinggal ?

" Awak siapa eh ? " tanya Naayla sambil memerhati wajahnya yang ditutup cermin topi keledar , lelaki itu menunduk menghalang wajahnya dilihat . Baru sahaja dia hendak beredar , Naayla berdiri di hadapan motorsikal tersebut sambil mendepakan tangan . Dia yakin itu merupakan lelaki yang meninggalnya sebulan yang lalu .

Lelaki misteri tetap berdiam diri manakala Naayla masih setia menunggu jawapan walaupun di dalam hujan lebat tersebut .

" Ayden Kaiser . " dia cuba beredar namun nama yang disebut Naayla terus menghentikannya . Dia mengangkat wajahnya , dia mahu menyeka air mata gadis itu namun dia sudah dilarang seseorang untuk mendekatinya . " Aku tunggu kau . " kata Naayla dengan suara tersekat-sekat menahan tangisan terus mengalir .

" Aku selalu harapkan kau muncul depan aku tapi tak pernah . " luahnya lagi . Lelaki itu menahan diri sendiri untuk mendekatinya . " You didn't call . You didn't text . Nothing . " bertubi-tubi kenyataan yang diberi kepadanya . Akhirnya topi keledar itu ditanggalkan , Naayla memandang tepat ke wajahnya .

" Is this how little you think of me , Ayden Kaiser ? " tanya Naayla . Dia terus meluahkan segala yang dipendam lama , mungkin emosinya semakin tidak terkawal apabila satu demi satu datang padanya . " Aku tak penting pun dalam hidup kau . " Ayden Kaiser tersenyum halus mendengar pemikiran gadis di hadapannya .

" Aku patutnya sedar dari dulu . " Ayden meraup wajahnya apabila Naayla berkata sedemikian .

" No one knows how much I cared for you . Guess what ? I think I've been holding myself back from falling in love with you all over again . Aku tak pernah sedar yang aku dah anggap kau lebih dari seorang kawan sampailah ada orang ugut nak ambil kau daripada aku . And that time , I realized you're the one . "

" The reason I'm not giving up . "

KAISER : The Hidden KingWhere stories live. Discover now