XI

1.8K 272 21
                                    

"Jangan lakukan ini..."

"Jimin...," gumam Seulgi.

"Liat keadaan lo, Seul... lo udah lemah banget. Jangan dipaksa," kata Jimin.

"Balikin..."

Jimin menggelengkan kepalanya dengan keras. Pertanda bahwa dia tak akan mendengarkan apapun yang dikatakan Seulgi.

"Akhiri aja Seul, jangan sakiti dirimu sendiri," kata Jungkook begitu dia masuk ke kamar yang dipakai Seulgi. Tidak hanya Jungkook. Ada Hoseok, Namjoon, Yoongi dan Seokjin. Mereka berkumpul dikamar itu.

"Diam dan berikan," Seulgi mulai serius dengan perkataannya.

"Enggak! Jangan! Biarin gue kayak gini. Lo diem aja. Jangan lanjutkan kekonyolan ini," kata Jungkook lagi.

"KALIAN KALAU NGGAK TAU APA-APA, MENDINGAN DIAM AJA!! LAGIPULA, SAMA AJA. KALIAN NAHAN BUKU ITU ATAU ENGGAK, KARENA AKU TETAP AKAN MATI!!!"
Semua terdiam. Seulgi tak pernah semarah ini. tapi kali ini dia benar-beanr marah. Matanya menyiratkan seberapa marahnya dia, karena semua menghalanginya untuk membaca buku itu.

"Sama aja. Aku udah terikat dengan buku itu. Jika aku tak membacanya disaat buku itu terbuka, sama aja itu juga akan mempercepat kematianku. Baca atau tidak aku sama-sama akan mati. Tapi, setidaknya jika membacanya aku masih memiliki keyakinan kalau aku akan berhasil. Jadi, kumohon...," Seulgi mulai melembutkan nada bicaranya.

Mau tak mau, Jimin mengembalikan buku itu. Seulgi menerimanya dengan tersenyum. Buku yang sempat terhenti di segel kedelapan, berganti halaman dengan sendirinya saat ditangan Seulgi. Semua takjub melihatnya.

Buku terbuka di segel yang keempat belas. Seulgi mulai membacanya. Tangannya semakin gemetar. Keringat dipelipis sebesar biji jagung. Hoseok dengan cekatan mengipasi Seulgi dan mengelap keringatnya dengan tissue. Yoongi segera mendekati Seulgi. Dia mendorong sedikit Jungkook yang menghalangi jalannya.

Diambilnya tangan kanan Seulgi. Sedangkan dia membiarkan tangan kiri Seulgi yang sedang dialiri infus memegang buku itu. Yoongi mengusap-usap tangan Seulgi. Bukan mencari kesempatan dalam kesempitan. Tapi itu dilakukan untuk memberi kekuatan agar Seulgi bisa bertahan. Cahaya biru sedikit keluar dari usapan-usapan jemari Yoongi.

Buku tertutup dengan sendirinya bersamaan dengan Seulgi menutup matanya. Dia ambruk ke badan Hoseok yang sedari tadi duduk disampingnya. Hoseok kaget namun berusaha untuk menahan badan Seulgi. Akhirnya, Jimin membantu Hoseok untuk menidurkan Seulgi.

"Dia baik-baik saja kan, Yoon?," tanya Seokjin.

Yoongi mengangguk. "Dia hanya pingsan. Masih ada enam lagi. Kuharap pengertian dari kalian berdua," kata Yoongi menunjuk Namjoon dan Hoseok. "Dia akan kami bawa ke kastil sampai urusannya dengan buku itu selesai."

Namjoon mengangguk pasrah. Memang saat ini kekuatan healer dari Yoongi lah yang dibutuhkan untuk menguatkan Seulgi. Mau tak mau ya dia harus mau.

*

Hari demi hari berlalu begitu cepat. Kini tinggal tiga hari menuju ulang tahun Yeri yang ke tujuh belas. Semua tinggal di kastil kecuali Namjoon, Hoseok dan Seulgi. Sesekali ketiga orang itu mendatangi kastil Vairi untuk melihat keadaan Jungkook.

Dibandingkan sebelumnya, Jungkook mengalami banyak kemajuan. Dia banyak belajar. Dari cara ilmu bela diri bahkan cara menajamkan fungsi seluruh inderanya. Adanya Yoona disana juga menguntungkan bagi Jungkook. Yoona yang memiliki latar belakang penyihir, dengan senang hati membantu Jungkook untuk belajar ilmu sihir.

Keyakinan dari Yoona adalah, tak akan ada yang mustahil jika kita mau berusaha keras. Adanya segel itu, jika kita mau mempelajari sihir dengan sungguh-sungguh pasti tetap akan ada efeknya. Pasti akan ada yang berhasil meski Cuma sedikit.

VAIRI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang