Part 1

2.7K 45 8
                                    

Hari senin, ya hari saat semua kegiatan baru dimulai. Termasuk seorang murid SMA yang hari itu sedang bangun kesiangan. Seorang gadis duduk di bangku kelas 2 SMA, bias dibilang dia juga pintar namun karena kesibukannya lah yang membuatnya agak malas sekolah.

"Non, ayo cepetan berangkat....". Ucap seorang supir.

"Bentar dong Pak, ini juga baru mau kemas-kemas". Jawab gadis itu dengan culasnya.

"Tadi ibu Non udah bilang kalo saya suruh nganterin Non kurang dari jam setengah 7". Balas supir itu tetap mengelak.

"Sabar napa sih, ngomel mulu dari tadi". Ucap gadis itu tanpa menyadari apa kata supir taksi itu.

"Ini udah jam 7 kurang 5 menit non". Balas supir.

"Iye.......". Teriak gadis itu dengan berjalan santai menuju mobil

.Akhirnya dia pun berangkat sekolah dengan diantar oleh supirnya,

sementara di sekolah upacara bendera sudah dimulai.

"Upacara....". Ucap Muhan dengan lesu.

"Kenapa lo? Kayaknya gak semangat gitu?". Tanya Anan

"Panas, item, kumut". Balas Muhan dengan datarnya.

"Laki takut kepanasan....". Sindir Anan

"Enakan kalo ada upacara kali, kali aja ntar Yuvia pingsan". Ucap Ezra.

"Dasar lo...". Ucap David sembari memukul Ezra.

"Ayo baris". Ajak Anan.

Mereka semua pun akhirnya menuju halaman utama dan mengikuti upacara bendera hari senin, semua siswa pun berbaris dan terlihat kompak mengikuti upacara bendera.

"Mana Galuh?". Tanya Nabilah.

"Iya tuh, pacar lo dari tadi kagak nongol". Sambung Naomi.

Mereka berdua menengok samping kanan-kiri mencari dimana aku berada. Dan...

"Ehh lihat tuh...". Seru Yuvia menunjuk ke arah Galuh.

"Itu kan Galuh? Sejak kapan dia jadi petugas upacara?". Tanya Nabilah terkejut melihat Galuh.

"Sejak tadi lah Bil....". Balas Naomi.

"Ihhh gue serius". Ucap Nabilah.

"Diem woi, ini upacara". Sahut David.

"Ish... Iya-iya". Ucap Naomi.

Sementara di luar, gadis yang tadi berangkat terlambat sudah di cegat satpam di depan gerbang. Gadis itu pun turun dari mobil.

"Dek, berdiri disitu". Ucap satpam.

"Kenapa Pak, saya salah apa?". Tanya gadis itu.

"Pake nanya, adek telat 10 menit. Upacara udah dimulai". Balas satpam itu.

"Yah, Cuma telat gitu aja dimarahin". Gumam gadis itu.

"Ya makannya, kalo gak mau dimarahin jangan berangkat telat". Bentak satpam.

"Iya deh Pak". Jawab cewek itu culas.

Tak lama kemudian guru BK datang menuju gerbang, dan menanyai bebrapa pertanyaan pada cewek itu.

"Kenapa kamu telat?". Tanya guru BK.

"Ya biasa lah Pak, bangun kesiangan". Jawabnya.

"Kamu berangkat naik apa?". Tanya guru BK lagi.

"Ya tau sendiri lah Pak, saya kan bawa supir pribadi". Jawab gadis itu dengan pedenya.

"Saya nggak mau tahu apa alasan kamu, pokoknya nanti ikut saya ke ruang BK". Tutur guru BK itu sembari kembali ke ruang BK nya.

"Sial amat sih gue hari ini". Gumamnya sembari berdiri tegak di depan gerbang.

Dia pun mendapat hukuman berdiri di depan gerbang hingga upacara selesai, dan selang beberapa waktu pun upacara selesai. Semua murid masuk ke kelas.

"Hahh akhirnya selesai juga". Keluh Muhandas sembari duduk santai di kursi.

"Yahh... udah nunggu-ngunggu Yuvia pingsan malah ternyata gak pingsan juga". Ucap Ezra terlihat patah semangat.

"Panas.... Hahhh... hhhhh". Ucap Galuh dengan nafas terengah-engah.

"Nih....". Ucap Nabilah sembari memberikan air minum.

"Makasih sayang". Balasku sembari meminum air itu.

"Semangat dong, masak lemes gitu". Seru Nabilah sembari duduk di sampingku.

Selang beberapa saat, guru Bahasa Inggris pun masuk dan semua murid duduk rapi. Namun suasana terlihat janggal waktu Veranda bersama guru Bahasa Inggris itu.

"Selamat Pagi pak....". Ucap semua murid secara serentak.

"Selamat pagi, silahkan duduk". Ucap guru.

Veranda pun juga ikut duduk dibangkunya, semua murid tersorot kearahnya melihat dia datang terlambat.

"Kenapa telat Ve?". Tanya Galuh.

"Bukan urusan lo, lagian gue juga capek habis syuting". Balas Veranda dengan nada sombong.

"Sombong amat tuh anak, mentang-mentangartis jadi bertingkah seenaknya". Gumam Nabilah.

"Udah deh Bil, lagian juga namanya artis kan capek juga". Balas Galuh sembari memalingkan wajah Nabilah ke depan.

Pelajaran pun berlangsung, semua murid terlihat serius memperhatikan. Kecuali Veranda, dia ketiduan pulas tanpa memperhaitan guru sama sekali hingga dapat teguran dari guru.

"Veranda....."

"I... Iya pak". Jawab Veranda gugup.

"Ada apa kamu? Dari tadi kamu tidur tanpa memperhatikan pelajaran". Bentak Pak Guru.

"i.. Iya maaf pak"."Kalo kamu sakit langsung aja ke UKS, jangan tidur di kelas"

.
"Iya Pak". Veranda terlihat lesu dengan rasa sebal.

--SKIP-

   Sepulang sekolah rumah Galuh terlihat sepi, hanya ada kakaknya yang sedang duduk santai menonton TV.
Memang semenjak ibunya Galuh pergi bekerja di luar negeri dia hanya tinggal bertiga di rumah bersama Melody kakaknya, dan adiknya yaitu Sisil, dan masih ada salah satu kakaknya lagiyaitu Kinal yang bekerja di luar kota sebagai pengusaha tekstil.
Sementara ayahnya adalah seorang perwira TNI, dan sudah 4 tahun tidak kunjung pulang karena harus menyelesaikan misi Negara.

"Kok baru pulang?". Tanya Melody.

"Tadi abis nganterin Nabilah kak". Balas Galuh sembari berjalan menuju kamar.

"Tadi ada kiriman dari tukang pos, katanya dari ayah". Ucap Melody sembari memberikan sebuah amplop.

"Hah... Palingan juga cuman kiriman uang bulanan". Balas Galuh seakan tidak semangat.

"Buka dulu kek"Galuh pun membuka isi amplop itu dan ternyata benar isinya kiriman uang bulanan.

"Bener kan kak". Ucap Galuh.

"Bentar....". Melody pun mengambil selembaran kertas dari dalam amplop.

"Ada suratnya dek..."

"Biar aku yang baca kak..."

.'Galuh.... Maaf ayah tidak bisa pulang tahun ini. Ayah tahu, sekarang umur kamu sudah 16 tahun kan? Sewaktu kecil, kamu selalu ingin pegang senjata tajam, ingin ikut berperang. Tapi sekarang sudah saatnya kamu memilikinya, ini pisau potong kesayangan ayah. Bila kamu rindu ayah, peganglah pisau ini sebagai gantinya keberadaan ayah. Pergunakanlah benda ini demi menolong orang'
Itulah isi suratnya.

"Pisau ini dek?". Melody membawa sebuah kotak yang berisi pisau potong ukuran standart

Galuh pun menggenggam pisau itu erat-erat.

"Sampai kapanpun aku akan terus berlatih hingga akhirnya akubias menjadi Tentara Perwira seperti ayah...."

To be continued.....
Author:Galuh Candra Pradipta

Cinta Dan PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang