Pagi yang cerah, matahari sudah terbit. Semua orang mulai melakoni aktivitas pagi, termasuk juga pagi itu, Yuvia yang terlihat ceria pagi itu.Setiap pagi bila hari libur, dia selalu pergi ke taman Kesukaannya ialah memetik bunga yang terlihat bagus baginya.
“Hari ini hari spesialku, semoga aja Ezra nggak lupa”. Gumam Yupi sembari memetik bunga matahari.
“Yupi..”. Ucap seseorang.
“Eh.. Anan. Kamu ngapain disini?”. Balas Yuvia.
“Harusnya aku yang nanya gitu kamu ngapain disini?”. Balas Anan balik.
“Iya ya hehe, aku tiap pagi kalo libur selalu kesini cari bunga”. Balas Yuvia cengengesan.
“Owh gitu, eh tadi kamu lihat Galuh ada di sekitar sini nggak?”. Tanya Anan.
“Iya aku liat tadi dia lari pagi bareng Nabilah sama Sisil ke arahjalan raya”. Jawab Yuvia.
“Oke makasih Yupi. Aku mau cari Galuh dulu”. Anan pun pergi meninggalkan Yuvia.
Pagi itu juga, Ezra terlihat sedang berjalan. Dia berjalan menujutaman, karena dia tau bila hari libur tiap pagi Yuvia selalu berada di taman.Namun di depan rumah Ve langkahnya terhenti, Ezra melihat Ve sedang terlihat berjalan mondar-mandir kebingungan.
“Dia kenapa?”. Pikir Ezra sembari focus melihat Ve.Ezra pun memberanikan diri dan masuk ke dalam pintu gerbang rumah Ve.
“Kamu kenapa Ve kok kayaknya keliatan bingung gitu?”. TanyaEzra.
“Eh Ezra… Kamu bisa nyetir mobil gak?”. Tanya Ve agak terlihat panic.
“Bisa, emangnya kenapa Ve?”.Balas Ezra.
“Anterin aku ke rumah sakit yuk, supir aku lagi gak ada”.
“Loh, emang siapa Ve yang sakit?”.
“Kakak aku Zra… Dia abis kecelakaan”
.“Yaudah, ayok cepetan masuk mobil”.Mereka pun dengan bergegas segera berangkat,
Ve terlihat terburu-buru saat mengunci pintu rumah.Dalam perjalanan Ve terlihat sangat khawatir terlihat dari mukanya yang panic, Ezra pun hanya mengamati dari spion atas sembari sedikit bicara.
“Kok kamu kelihatannya panic gitu, emang mama kamu gak ada di rumah sakit?”. Tanya Ezra.
“Nggak, mama aku masih kerja di luar kota”. Balas Ve dengan nada merintih.
Ezra pun hanya diam saja setelah mendengar jawaban Ve, rasa khawatir campur aduk tertancap dalam pikiran Ve. Sebab ia tak tahu harus berbuat apa.
Selang setengah jam akhirnya mereka sampai di rumah sakit,dengan segera Ve turun dari mobil dan bertanya pada suster yang ada disana.“Suster, pasien bernama Sendy Ariyani ada dimana sus?”.
“Ooo, yang barusan terlibat laka lantas tadi ya. Ada di ruang IGD sekarang, jalannya lurus ke depan lalu belok kiri”. Balas suster itu.
“Makasih sus”. Dengan segera, Ezra dan Ve segera menuju ruang IGD.
“Kak Sendy…”. Teriak Ve saat membuka pintu.
Air matanya pun menetes, tangis pun pecah dan kekhawatiran Ve benar-benar terjawab dengan keadaan kakaknya yang tak sadarkan diri.
“Kak.. Kak Sendy bangun kak..”. Rintih Ve sambil duduk disamping Kakaknya yang sedang tidak sadarkan diri.
“Ve, udah Ve…. Kamu harus sabar”. Tutur Ezra.
“Apa kalian keluarganya saudari Sendy?”. Tanya Dokter.
“Iya pak, saya adiknya”. Jawab Ve sedikit terisak tangis.
“Mari ikut saya, ada hal penting yang harus kita bicarakan”. Mereka pun mengikuti dokter ke ruang dokter.
Ezra dan Ve pun duduk di kursi depan meja dokter.
“Kakak saya luka apa Dok?”. Tanya Ve.
“Saudari Sendy terkena benturan yang agak keras di lengannya, beliau juga kekurangan banyak darah.
" Boleh saya tahu apa golongan darah Saudari Sendy?”. Balas dokter.
“O dok”.Dokter pun terdiam setelah mendengar jawaban Ve.
“Kenapa Dok?”. Tanya Ve terlihat kebingungan.
“Jadi begini mbak, kami kehabisan stok darah O, kita harus secepatnya dapat pendonor yang bersedia”. Ucap dokter.
“Ya sudah Dok, terima kasih”.Mereka pun beranjak keluar.
--SKIP—
Di bawah pohon, terlihat tiga orang yang tak asing di mata Anan. Anan pun menghampiri mereka betiga yang sedang duduk di bawah pohon.
“Galuh…”. Teriak Anan.
“Eh lu Nan, darimana lu? Mana utang gue”. Balas Galuh sembari menadahkan tangan.
“Jangan mikir itu dulu kek, ada berita mendadak nih”. Balas Anan.
“Berita, apa Nan?”. Tanya Nabilah.
“Tadi kakaknya Ve kecelakaan, gue denger dari Ezra”. Balas Anan.
“Kak Ezra, kok dia bisa tau”. Tanya Sisil.
“Gak tau juga, pokoknya kakaknya ve butuh transplantasi darah segera nih”. Balas Anan tergesa-gesa.
“Ribet amat sih, ayo cabut langsung ke rumah sakit”. Balas Galuh tak mempedulikan pembicaraan mereka sembari menyeret tangan Nabilah.
“Ihhh sabar dong sayang”. Ucap Nabilah.
“Kalian duluan aja, aku tadi bawa Yuvia”. Teriak Anan sembari berlari menuju motornya.Galuh, Sisil, dan nabilah pun dengan segera pergi menuju rumah sakit.Mereka bertiga pun akkhirnya sampai di rumah sakit setelah setengah jam perjalanan naik bus, dengan segera mereka berlari menuju IGD.
“Oiiiiii….”. Teriak Galuh yang berlari menghampiri Ezra dan Ve.
“Ve, gimana kakak kamu?”. Tanya Nabilah.
Ve hanya diam dan menggeleng-gelengkan kepala dan masih terlihat sembab mukanya.
“Kak Sendy butuh pendonor sekarang, kita harus sesegera mungkin cari orang yang bersedia”. Balas Ezra.
“Emang golongan darahnya apa?”. Tanya Nabilah.
“Tadi kata dokter sih O”. Balas Ve.
“Gimana nih Kak Biyah…”. Sisil juga ikut sedih.
“Kakak gak tau juga dek”. Balas Nabilah.
Dengan keadaan yang sepertinya begitu memaksa, Galuh mulai menggenggamkan tangan dan mencoba menyampaikanisi hati nuraninya.
“Golongan darah aku O, biar aku saja yang donorin darah. Ayo cepet temuin dokter sebelum terjadi apa-apa”. Ucap Galuh dengan tegasnya.
“Galuh…”. Ve pun mendongakkan kepalanya.
Seketika semua teman disekelilingnyamelihat ke arah Galuh.
“Galuh… Apa yang kamu pikirkan sebenarnya sih?”. Gumam Nabilah.
To be continued......
Author: Galuh Candra Pradipta
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dan Pengorbanan
FanfictionCinta? Mungkin bagi setiap orang cinta adalah sebuah alasan untuk saling mengasihi, Dan setiap orang yang kita cintai atau pun yang mencintai kita tak hanya mengharapkan sebuah kata kata cinta yang keluar dari mulut. Namun memerlukan sebuah bukti. P...