Part 8

292 10 0
                                    

Di sebuah perumahan agak besar tempat penimbunan minyak,terapat sebuah kelompok yang tinggal disitu. Mereka dikenal sebagai buronan dan sekaligus teroris.Mereka terlihat sedang berkemas-kemas sembari membawa rakitan bom dan membawa beberapa perlengkapan alat dalam tas.

“Ketua Farid, persiapan sudah lengkap”. Ujar seseorang.

“Baiklah, kita akan berangkat sekarang”. Balas atasan teroris tersebut sembari berangkat diikuti para pasukannya.

“Ketua, bagaimana dengan Kei? Apa dia sudah dapat kabar?”

“Tidak tahu, tapi sepertinya aku kehilangan kontak dengannya”. Balas atasan tersebut.Sebelumnya, atasan mereka pernah mengutus seseorang untuk memata-matai daerah lokasi yang menjadi target pengeboman.

“Sudah satu tahun kita tidak ke sana, aku masih dendam dengan master karate itu”. Ujar anggota kelompok tersebut.

“Galuh… Apa kau masih baik-baik saja. Aku harap Kei tidak melukaimu sama sekali”. Gumam Farid dalam hati.

--SKIP—

Jalan mulai sepi, Kinal, Melody, dan Sisil tertidur lelap di kamar. Tidak begitu pada Galuh, dia terlihat melamun di depanpintu rumah.

“Kenapa gue gak bisa tidur ya?”. Gumam Galuh.Tiba-tiba Nabilah bangun dari tidurnya keluar menuju pintu depan rumah Galuh.

“Ngapain kok keluar malam-malam? Tidur sana, kan kamu masih sakit”. Ujarnya.

“Nggak ah, aku gak bisa tidur. Aku masih kepikiran kejadian yang menimpa Andela”. Tutur Galuh.

“Aku lihat, temanku. Teman semasa kecilku, mati terbunuh dengan tragis. Aku merasa menyesal tak bisa melindunginya”.Galuh terlihat putus asa dengan menyandarkan kepala di pilar rumah.

“Kamu gak perlu menyesal, itu bukan salah kamu juga”. Ujar Nabilah.

“Kamu masih belum pulih, kamu masih perlu banyak istirahat”.Nabilah mengantarkan Galuh masuk ke dalam rumah.Seseorang terlihat sedang bersandar di balik semak-semak dan kemudian lari setelah mendengar pembicaraan Galuh dan Nabilah.

“Suara apa tadi Bil?”

“Nggak tau, mungkin suara kucing kali”. Balas Nabilah.Mereka pun tak menghiraukan masalah tadi, mereka tak tahu jika yang mengintip pembicaraan tadi ialah Kei, anak buah Akbar.

”Atasan, semua terkendali”. Ucap Kei melalui alat komunikasi.Malam itu memang jalan kompleks depan rumah Galuh terlihat sepi, komplotan orang-orang pengebom tadi mulai berdatangan tanpa sepengetahuan penduduk sekitar.Mereka mulai memicu ledakan bom itu dan meletakkannya di tanyah lalu mereka mulai berlindung di semak ataupun tembok.

*Duaaarrrrr….*

Suara bom pun berbunyi dan meledakkan arel sekitar dengan prakiraan radius 10 meter. Bahkan semak-semak dan mobil pun juga ada yang terbakar.Semua orang bangun dan mulai panic, ada yang berlali luluh lantah keluar rumah, ada yang menyembunyikan diri dan lain-lain.Semua jalan mulai kosong dan areal sekitar hanya dikuasai pasukan teroris itu.

“Ada apa tadi?”. Gumam Nabilah sembari keluar dari rumah Galuh.

“Nabilah awas….”. Teriak David melihat seorang teroris melempar bom dan David pun mendorong Nabilah hingga terhindar dari lemparan bom.

*Duarrr..*

Bom pun meledak dan mementalkan mereka berdua, Nabilah hanya terpental ke tanah rerumputan. Namun David terlontar jauh di tanah agak keras.

“Akbar, sisakan bom di perlawanan kita nanti”. Tutur Farid atasan teroris itu.

“Siap atasan”. Jawab Akbar.Mereka pun mulai beranjak meninggalkan jalan tersebut, namun seorang lelaki remaja terlihat sedang berdiri menghalangi langkah mereka.

Cinta Dan PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang