- 4 O'clock -
Malam sudah kembali menyapa, dengan berat hati Taehyung harus mengucapka selamat tinggal pada kota Busan yang indah. Ia menatap lampu-lampu jalan lewat jendela spion mobil Namjoon.
Saat ini mereka—Namjoon, Taehyung dan SooAh—akan kembali ke Seoul.
Taehyung duduk di samping Namjoon, sementara SooAh ia biarkan tidur di bangku belakang.
Saar gadis itu sadar, ia meminta Taehyung untuk membawanya pulang ke Seoul sembari menangis. Membuat dua kaka beradik itu kebingungan karena tingkah aneh SooAh.
Apa mungkin ia masih trauma? Taehyung tak tahu.
Namjoon yang tengah menyetir, sedikit mencuri pandang pada kaca spion yang menampakan bagian belakang mobilnya.
"Aku sering menemui gadis itu, setelah pulang bekerja. Di taman yang sering kita datangi saat musim semi." ucap Namjoon yang sudah beralih kembali pada jalanan.
"Maksudmu, SooAh?"
Mata Namjoon melirik kembali ke arah spionnya, "Jadi namanya SooAh?" Taehyung mengangguk sebagai jawaban.
"Iya, dia. Setiap pukul 4 pagi, dia menangis, dan dia selalu membawa sesuatu kesana. Mungkin," Namjoon terhenti. "Sebuah foto?"
Taehyung mengerutkan dahinya kebingungan. Untuk apa SooAh datang sepagi itu kesana? Dan membawa sebuah foto? Apa ini ada hubungannya dengan Jimin?
Ia menatap wajah SooAh dari kaca spion. Sungguh, dibalik manisnya sosok Kwon Soo Ah banyak rahasia yang menyakitkan didalamnya.
Dan Taehyung baru menyadari itu semua, sekarang.
•••
Namjoon menggendong tubuh SooAh memasuki rumah berukuran sedang yang dihuni oleh ia dan Taehyung. Taehyung yang tidak mengetahui alamat SooAh, terpaksa harus membawa SooAh kekediamannya.
Membiarkan gadis itu beristirahat disana sejenak.
Namjoon yang tidak mau terjadi sesuatu pada adiknya karena menggendong SooAh, lantas ia mengajukan diri untuk menggantikan posisi adiknya.
Namjoon memangku tubuh SooAh dengan kedua lengan kekarnya menuju kamar tamu di dalam rumah berwarna putih itu.
Ia menidurkan SooAh secara perlahan, dan menyelimuti SooAh hingga menutupi sebagian tubuhnya.
"Kau pergi lah tidur, biar aku menjaga SooAh disini." tawar Namjoon, seraya melepas mantel tebal yang melekat di tubuhnya.
"Tidak hyung, besok kau harus pergi bekerja. Karena aku, hari ini kau rela menelantarkan pekerjaanmu demi menjemputku di Busan. Sebaiknya kau saja yang istirahat hyung." ucap Taehyung.
Namjoon menatap adiknya ini penuh arti, ia mengulas senyum manisnya hingga sepasang lesung pipi muncul diantara kedua pipi Namjoon.
"Tidak Tae, kau baru saja pulih dari sakit. Jangan memaksakan dirimu. Aku yakin SooAh pasti akan baik-baik saja." Namjoon menepuk-nepuk pundak Taehyung, berusaha untuk menyakinkan adiknya ini.
"Aku tidak akan bisa tidur sebelum aku bisa melihat keadaan SooAh membaik." jawab Taehyung spontan.
Namjoon terhentak sesaat. Ia bisa melihat jelas gurat kekhawatiran di wajah Taehyung. Bukan hanya kekhawatiran, tapi sebuah warna Namjoon jumpai di mata Taehyung.
Sebuah warna baru.
Warna yang mampu Taehyung gelisah, khawatir, bahagia, sedih, dan juga yang lainnya.
Dan Namjoon baru menyadari itu semua.
"Kau menyukainya?"
•••
"Jim, ji-jimin, jimin," igau SooAh dalam tidurnya.
Kepalanya bergerak kesana-kemari. Keringat dingin juga mengucur deras didahi wajahnya.
"Jimin, ji-jimin," igauan SooAh semakin konteks. Raut wajahnya menggambarkan sebuah ketakutan yang besar, sampai-sampai keringat itu mengalir tanpa henti.
"JIMIN!" SooAh langsung terperanjat dengan mata yang membulat.
Dadanya naik turun-berusaha mengatur nafasnya-kemudian diakhiri dengan sebuah hembusan nafas panjang.
"Ada apa denganku ini hah?" SooAh memaki dirinya sendiri.
Tes.
Sebuah air mata berhasil lolos, menerobos benteng dipelupuk matanya. Dan juga benteng hatinya.
Ia menjambak rambutnya kasar. Sungguh, rasanya begitu ngilu saat ia-dengan mata kepalanya sendiri-melihat semua fakta yang nengejutkan itu.
Jimin sudah tiada.
Dia sudah meninggal SooAh, Dan kau harus menyadarinya.
'Tidak! Jimin belum mati! Dia masih hidup, dia belum sempat menepati janjinya untuk menikahiku nanti' batin SooAh, menolak.
Hati SooAh seperti tersayat-sayat, saat memori-memori bersama pria itu terulang kembali seperti sebuah film.
Kenangan indah menjadi dominan dalam teater memori SooAh kini. Harus tersenyum atau menangiskah ia merutuki nasibnya kini.
"Aku dimana?"
SooAh menyeka air mata yang hampir membasahi seluruh wajahnya.
Ia baru sadar kalau kini ia sedang berada di tempat yang sebelumnya belum pernah ia kunjungi. Siapa yang membawanya kemari?
SooAh memejamkan matanya, mengingat kejadian sebelum ia terbangun dari sini. "Taehyung, dia kah orangnya?"
Mata SooAh gincar menyapu seluruh ruangan yang hanya diterangi oleh sebuah lampu tidur yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya.
Lalu ia menghembuskan nafas panjang, kemudian memijat pelipisnya.
Tes.
Tes.
Persetan dengan air mata ini. "Kenapa terus menetes dan menyakitkan?" SooAh menarik baju di bagian dadanya. Dan kenapa semua ini harus terjadi padanya?
•••
Pukul 03:44 a.m
Namjoon, nama pria ini masih sibik dengan kertas-kertas hvs yang penuh dengan gambaran garis para nada yang dihiasi oleh not-not. Bait, not, nada, sudah menjadi santapannya setiap hari. Komposer musik adalah bidang yang tengah ia geluti sekarang.
Hobi yang menjadi sebuah pekerjaan adalah hal yang paling menyenangkan bagi Namjoon. Ia tidak pernah mengeluh sama sekali dengan profesinya, bahkan ia membanggakan profesinya itu.
Sebagai seorang komposer, Namjoon bisa bebas berekspresi dan menuangkan ide-ide jeniusnya.
Merasa tenggororkannya kering, Namjoon membawa gelas kumamon pemberian Yoongi—partnernya—untuk diisi air di lantai bawah, karena kamarnya berada di lantai dua.
Saat kakinya melewati sebuah ruangan dengan celah pintunya yang setengah terbuka. Namjoon berniat untuk menutup pintu ruangan itu—tempat SooAh sedang beristirahat—sebelum turun kebawah untuk mengisi gelasnya.
"SOOAH!"
[tbc]
voment dong
:(
KAMU SEDANG MEMBACA
[kth] 4 O'Clock
Fanfiction[complete] Kim Taehyung si pemuda yang memiliki banyak kekurangan dan Kwon SooAh gadis pemilik wajah jelita, bertemu untuk memberi warna baru bagi Taehyung. Kita bertemu karena takdir dan berpisah karena takdir-kth