(29) Bertahan atau Menyerah?

837 70 8
                                    

- 4 O'clock -











SooAh pov

Deburan angin mengehempaskan rambutku keudara. Matahari bersinar sangat terik siang ini. Daun-daun di pohon mulai menguning, pertanda musim sudah berganti.

Musim pasti selalu berganti, namun perasaan ini tidak akan berganti. Semua masih seperti dulu, masih sama. Tidak ada yang berubah.

Aku masih saja dirundung rasa bersalah. Aku masih belum bisa melupakan Taehyung dari ingatanku. Setiap aku berusaha melupakannya, ia selalu hadir kembali dan membuatku kembali jatuh padanya.

Buat kami tenang disini.

Aku sudah berusaha mencobanya, namun percuma saja. Namun, aku tidak mempunyai kekuatan untuk bangkit kembali.

Aku sendirian dan kesepian. Terbelenggu dalam kekacauan yang sewaktu-waktu bisa membunuhku. Aku stres, dan depresi. Bukan hanya kau yang pergi terlalu cepat, kedua orang tuaku juga.

Mereka memilih untuk menjalani hidupnya masing-masing.

Mereka tidak pernah memikirkan kebahagiannku, hanya karir dan tahta yang ada di pikirannya. Aku sangat merindukan mereka, disaat terpuruk seperti ini aku butuh pelukan dan masukan dari mereka.

Bahkan untuk menanyai kabarku saja haram baginya. Mereka terus mengirimiku uang tanpa ingin pulang kembali ke rumah. Aku tidak butuh uang, aku hanya butuh kasih sayang.

Apa yang harus aku lakukan sekarang Tae? Kau tidak ada lagi di sisiku untuk berbagi atau sekedar menggenggam tanganku. Pada siapa aku harus bersandar Tae?

Aku seperti orang gila yang berlari di tengah padang pasir. Aku berlari kesana kemari tak tentu arah, tak punya tujuan.

Selain dirimu, siapa lagi yang harus aku percaya? Jungkook? Pria itu menyerah, dan aku tidak habis pikir padanya.

"Maaf untuk semuanya. Berhentilah bertemu dengan brengsek ini, kau baik dan aku buruk. Maka jangan pernah mendekati aku lagi, aku hanya takut kau dan orang-orang disekitarmu terluka. Mari kita akhiri ini SooAh, selamat tinggal."

Itu yang dia katakan sebelum ia menghilang dari pandanganku. Rumor yang beredar Jungkook masih bersekolah di tempat ini, namun aku tidak pernah melihat batang hidungnya sekalipun.

Ya, begitu lah penderitaanku. Kau lihat Jimin, Taehyung? Tidak ada kata bahagia dalam kamusku. Semuanya berisi penderitaan yang tak henti aku alami setiap detiknya.

Aku sudah lelah dengan semua ini, aku bosan.

Apakah aku memiliki dosa sebanyak itu? Hingga Tuhan terus menyiksaku seperti ini?

Rooftop sekolah masih menjadi favoritku. Aku sering sekali datang kesini meski hanya sekedar duduk santai selama 5 menit untuk mencari udara segar.

Namun, memori indah tentangmu selalu berputar seperti sebuah film dalam benakku saat kaki ini tak terasa sudah menginjak tempat yang dulu menjadi tempat favorit Taehyung.

Seperti deja vu.

Meski sinar matahari begitu terik menyegat, rindangnya pohon berhasil melindungiku dari paparan sinar surya.

Aku merogoh sebuah benda dari dalam rompi. Sebuah kotak kecil berwarna silver dengan hiasan manik-manik bintang disekitarnya.

Ini adalah hadiah pemberian Taehyung, tapi sampai saat ini aku belum membukannya sama sekali. Aku hanya ragu dan takut.

[kth] 4 O'ClockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang