(12) Taman Kota

528 81 0
                                    

- 4 O'clock -












Namjoon membawa mobilnya melesat ke jalanan kota yang sepi dari penggunannya."Mana mungkin dia kabur. Jika memang, lalu pergi kemana ia sekarang?"

Namjoon menepikan kendaraannya, kemudian mengerem secara perlahan. Ia menyenderkan kepalanya pada setir mobil yang masih ia genggam saat ini.

Otaknya diminta untuk bisa bekerja lebih keras lagi, untuk bisa melacak keberadaan gadis itu sekarang. Jika Taehyung tahu tentang ini, ia pasti akan sangat mencemaskan keadaan gadis itu sekarang.

Maka dari itu, Namjoon secara diam-diam pergi dari rumah tanpa sepengetahuan Taehyung untuk mencari SooAh.

Drrt!

Namjoon merogoh kantong jaketnya, ia mendapati sebuah panggilan yang ia terima dari Min Yoon Gi.

"Halo hyung, ada apa?"

"Namjoon-ah maaf menganggumu pagi-pagi seperti ini. Aku hanya ingin bertanya, bagaimana dengan musik yang sudah kita aransemen kemarin?"

"Ahh itu, sudah aku kerjakan tadi. Kau tidak usah khawatir hyung, aku sudah menyempurnakannya. Nanti siang, aku akan memberikannya pada PD-nim."

"Terimakasih, Namjoon-ah. Kau, belum tidur?"

"Tidak hyung aku belum tidur, aku sedang mencari seseorang."

"Mencari seseorang? Pukul 4 pagi seperti ini? Ck. Kau ini aneh Namjoon"

"Aku tid—"

'Pukul 4?'

"Hyung, aku tutup dulu telefonnya."



•••



Namjoon merekatkan mantel tebal untuk menyelimuti tubuhnya dari suhu dingin pagi buta seperti ini. Bukan hanya satu, tapi ia membawa dua mantel sekaligus.

Tentunya ia tidak akan memakai mantel yang tengah ia genggam itu kini.

Melainkan, untuk seseorang yang tengah duduk disebuah bangku kayu, dengan salju putih yang menjadi penghias rambut hitamnya, dan juga tangan kosong yang hampir mati rasa di makan suhu udara.

Kakinya segera bergerak, meninggalkan sebuah jejak kaki diatas putihnya salju yang tak henti menghujani bumi dini hari ini.

Srret!

Namjoon memakaikan mantel itu di punggung SooAh, sontak SooAh terperanjat dan langsung berbalik kearah belakang.

"Ya! Kau siapa?!" bentak SooAh.

Mata sembab, hidung merah, dan pipi basah sudah berhasil dengan singkat membuat Namjoon bisa menarik kesimpulan secara singkat.

"Kim Namjoon imnida, aku kakak Taehyung." dahi SooAh mengerut, ia menatap pria ini dari ujung sepatu hingga ujung rambutnya.

'Tidak mirip sama sekali,'

"Aku yang membawamu pulang kembali ke Seoul bersama Taehyung di Busan. Kau Kwon SooAh kan?"

'Dia tau namaku.'

SooAh mengangguk membenarkan apa yang Namjoon ucapkan. Tanpa berkata sepatah kata lagi, SooAh kembali pada posisi sebelumnya—duduk diatas bangku—yang dituruti oleh Namjoon.

Masing-masing dari mereka tidak ada yang mau membuka mulut untuk memulai pembicaraan. Diam dan bungkam, mungkin cocok untuk suasana hening seperti ini.

Disinilah mereka berdiri. Taman Kota. Taman yang sudah berdiri sejak lama itu, banyak memberi kenangan indah pada setiap pengunjungnya.

Termasuk mereka berdua. SooAh dan Namjoon.

"Aku sering sekali melihatmu datang kemari setiap dini hari seperti ini. Apakah pernah terjadi sesuatu disini? Sehingga kau selaku datang kemari setiap pagi kemudian menangis?" uap mengebul dari hidung dan mulut Namjoon ketika mulutnya dipergunakan untuk berbicara.

SooAh melirik Namjoon sesaat, kemudian menghela nafasnya kasar. "Tidak ada apa-apa, aku hanya iseng saja datang kemari untuk mencari udara segar."

Namjoon mengendus sambil tersenyum tipis, "Alasan yang tidak masuk akal. Coba berikan aku alasan yang masuk akal jika kau ingin berbohong seperti itu. Aktingmu payah."

SooAh menyipitkan matanya, menatap Namjoon dengan sangat intens. Dia aneh. Pria ini sangat berbeda dengan Taehyung, apa jangan-jangan dia sedang menipunya?

Mulai sekarang SooAh harus berhati-hati dengan pria ini.

Namjoon menempelkan kedua telapak tangannya, lalu digeseknya secara bersamaan dengan gesekan yang berlawanan arah. Sehingga menimbulkan rasa hangat disana.

"Saat musim semi, aku dan Taehyung sering datang kesini untuk membeli eskrim dan duduk menatap kolam air mancur bersama. Taehyung dan aku selalu melakukan itu setiap tahunnya, dan Taehyung bilang kalau dia sangat menantikan masa-masa itu. Dan taman ini, tentunya adalah tempat penuh kenangan bagi aku maupun Taehyung," Namjoon mengakhiri ceritanya dengan sebuah senyuman kecil, jika harus membicarakan tempat ini, hati Namjoon pasti tidak akan jauh dari kata bahagia.

"Mungkin bagimu itu hanya hal sepele atau biasa-biasa saja. Tapi bagiku dan Taehyung, itu adalah hal yang lebih dari luar biasa." lanjutnya.

SooAh yang sedari tadi diam membatu, hanya mendengarkan apa yang Namjoon ucapkan tanpa ingin  meresponnya sedikitpun.

Otaknya kini mulai berputar. Semua orang selalu mendapat kenangan indah atau manis jika datang kesini. Tapi mengapa SooAh tidak bisa merasakan itu semua? Jika melihat taman ini, kemudian masuk kedalamnya- seluruh hatinya hancur berkeping-keping?

Kenapa hanya kenangan buruk yang hanya bisa SooAh ingat? Lalu dimana kenangan indah SooAh dulu?

Jawabannya adalah melebur. Kenangan itu sudah melebur menjadi satu. Indah, buruk, senang, sedih semuanya sama saja, hanya rasa hampa yang SooAh rasakan jika harus mengorek kembali kenangan itu.

"Kau sangat beruntung Kim Namjoon-ssi," SooAh tersenyum kecut. "Aku pasti bukan salah satu orang yang beruntung seperti dirimu."

Namjoon tertawa kecil. "Kau sudah sangat beruntung bisa bertemu dengan Taehyung. Memang terkesan agak menyombongkan diri, tapi percayalah kau akan bisa merasakan apa yang aku rasakan saat ini."

SooAh terdiam kehilangan kata-katanya. Otaknya masih berusaha untuk mencerna semua kalimat-kalimat yang Namjoon ucapkan tadi.

SooAh baru menyadari kalau selama ini ia terlalu terobsesi pada sosok Park Jimin, hingga melupakan orang-orang yang secara sengaja atau tidak sengaja selalu memberinya cinta dan dukungan.

SooAh melakukannya tidak secara frontal, tapi secara halus dan lembut.

Hatinya seperti terketuk, mengisyaratkan bahwa ia harus segera bangkit dari keterpurukannya.

Semua harus berubah.

Kenangan indah dimana Jimin selalu membawanya bermain di taman ini, hingga kenangan buruk dimana Jimin mengucapkan salam terakhirnya disini, harus segera SooAh hapus dari memorinya.

Tidak mungkin selamanya SooAh harus berdiam diri ditempat yang sama, ia harus menyonsong hidupnya di masa depan nanti.

Meski tanpa kehadiran sesosok Park Jimin di sampingnya.














[tbc]
mup on dong:"

[kth] 4 O'ClockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang