Asya Azizah Daniya

7K 355 2
                                    

"Yang lagi lari itu siapa,Bu?"

Bu Dewi melihat ke arah lapangan. Melihat rekannya -- Pak Mar sedang mengawasi seorang siswa berlari keliling lapangan. "Oh,itu anak kelas dua belas yang kerjanya memang terlambat terus. Padahal dia ketua OSIS,lho," ujar Bu Dewi menjelaskan sedikit.

Asya hanya mengangguk sambil mulutnya membulat tanda Ia mengerti sekaligus tidak mau tahu lebih lanjut. "Yasudah,ayo Ibu antar ke kelas. Kalau mau lihat-lihat sekolah lagi,bisa minta antar Ibu saat jam istirahat atau minta antar teman kelas,ya," ujar Bu Dewi memimpin jalan menuju kelas Asya.

Asya mengikuti langkah Bu Dewi masuk ke dalam kelas yang gaduh nya terlalu. Bu Dewi hanya geleng-geleng,kemudian mengetuk-ngetuk penghapus papan tulis ke permukaan papan sehingga membuat seisi kelas menjadi tenang.

"Pagi,semua. Maaf Saya agak terlambat masuk ke kelas karena mengurus teman baru kalian," ujar Bu Dewi melirik ke arah Asya yang berdiri tak jauh di sampingnya. "Kamu boleh memperkenalkan diri Kamu secara singkat,Asya," lanjutnya.

Asya mengangguk. Menggigit bibir nya takut-takut. Asya ingat kata Bunda kalau grogi atau gugup,yang Asya lakukan cukup memejamkan mata,kemudian menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan. "Halo,semua! Nama Saya Asya Azizah Daniya,kalian bisa panggil Asya atau apa pun senyamannya. Saya pindahan dari Malang karena pekerjaan Ayah yang dipindahtugaskan ke Jakarta. Semoga Kita bisa berteman baik."

Ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan setelah Asya memperkenalkan diri. Membuat gadis itu meringis sekaligus bingung. "Sudah,sudah. Kenalannya nanti aja waktu jam istirahat. Sekarang Asya silahkan duduk di bangku yang kosong itu dulu,ya. Sementara," ujar Bu Dewi.

Asya mengangguk. Melangkah dengan gugup menuju bangku nya. Di sebelahnya duduk seorang gadis sebaya sedang berbicara dengan kedua temannya yang duduk di depan.

"Nama gue Tasya,"

Asya tersentak. Mendapati gadis dengan nama Tasya itu tersenyum ke arah nya dengan tangannya maju. "Eh..oh..Asya," jawab Asya menyambut jabatan tangan Tasya.

"Woi,Kay,Firda!"

Dua orang gadis yang duduk di depan Asya menoleh. Yang satu berambut pendek,dengan wajah judes dan hansaplast di pelipis kanannya. Yang satu nya lagi berwajah manis dengan kuncir dua berpita. "Asya,kenalin ini Kay,dan yang ini Firda," ujar Tasya memperkenalkan.

Asya hanya mengangguk seraya tersenyum. Dalam hati tak ada masalah dengan Firda,namun merasa sedikit takut dengan tampang Kay. "Woy,kenapa? Lo takut sama gue,ya?" ujar Kay seakan tahu dari ekspresi wajah Asya.

Kay berdecak, "santai aja,kali. Gue gak gigit," ujarnya meninju kecil lengan Asya membuat Asya sedikit tersentak,namun sesaat kemudian berhasil adaptasi dengan keadaan.

***

Asya duduk di kantin bersama degan Tasya,Kay dan Firda (pastinya). Sejak tadi Asya hanya diam menyimak obrolan ketiga teman baru nya itu. Asya sesekali tersenyum,namun memilih kembali menyantap makan tanpa menimbrung apa-apa.

Asya teringat sesuatu. Cewek itu mengunyah pelan makanan di dalam mulutnya,dan menelannya perlahan. "Gue mau nanya," ucap Asya angkat bicara. Ketiganya serempak menoleh, "oh? Nanya apa?" ujar Kay.

Asya menggigit bibir,takut lancang. "Itu,tadi waktu mau ke kelas 'kan gue lihat ada yang lari di lapangan...", "ah,iya itu ketua OSIS," potong Tasya. "Namanya Arel,kenapa,Sya?" tanya Firda. "...lo suka?" tebaknya lagi.

Asya membulatkan mata. Cepat-cepat menggeleng,menelan makanannya perlahan, "Nggak,nggak! Cuman nanya doang,kok."

***

Asya berjalan sendirian menyusuri koridor kelas sepuluh. Ia baru saja kembali dari toilet. Cewek itu sempat nyasar dan lupa arah menuju kelasnya. Padahal,hanya tinggal lurus,belok kiri dan naik tangga dari arah toilet. Teman-teman baru nya bukannya tidak mau menemani,namun harus tetap berada di kelas lantaran ada pengumuman penting yang ingin Bu Dewi sampaikan.

Bruk!

"Eh,maaf maaf. Gak lihat,"

Asya tersungkur ke lantai. Gadis itu memang sedang melamun. Asya meringis kecil,namun gadis itu tidak apa-apa dan segera berdiri kemudian merapihkan seragamnya. "Sori,nih. Gue bawa buku banyak,jadi gak terlalu lihat jalan di depan," ujar cowok yang menabrak Asya.

Ia kembali merapihkan tumpukkan buku-bukunya dan siap untuk membawa kembali ke kelas. "Eh,anak kelas sepuluh,ya? Yang tadi jalan sama Bu Dewi bukan?" tanya nya. Asya mengangguk tepat. Cowok itu malah memberikan sebagian tumpukkan buku dari tangannya pada Asya.

"Anak didik nya Bu Dewi 'kan berarti? Bantuin bawa,nih. Ini punya kelas lo," seru nya. "Tapi gue anak baru. Buku gue juga gak ada disini," ujar Asya protes. "Ck,gak apa-apa elah. Bawa aja. Lagipula ini setengah-setengah sama gue."

Sosok menyebalkan itu berjalan lebih dulu di depan Asya. Asya menggerutu,menghentak kaki nya kesal dan berjalan cepat berusaha mensejajarkan. "Kakak yang tadi lari di lapangan,ya?" tanya nya. Arel tertawa ringan, "iya,kenapa?" tanya nya.

Asya menggeleng, kemudian melanjutkan berjalan menuju kelas. Sampai di ambang kelas,Arel mengetuk pintu sopan, "permisi,Bu. Mau balikkin buku," ujar nya menyusul Asya yang sudah lebih dulu menaruh tumpukkan buku di atas meja dan kembali duduk. "Ah,iya. Terimakasih,Arel," ujar Bu Dewi.

"Woy,yang tadi bantuin gue!" teriaknya dari depan kelas. Asya menegak, "makasih," lanjutnya seraya tersenyum kemudian berlalu keluar kelas.

Asya menyeringai, "lah,ngakak."

Apaan dah Asya ngakak-ngakak ga jelas.

 'A' SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang