Dari Mata - Jaz
Asya menggigit pulpen milik nya. Gadis itu sedang berpikir keras mau memilih ekskul apa yang akan Ia ikuti. Tadi siang Tasya berbaik hati sudah menuliskan daftar ekskul yang ada di sekolah supaya Asya bisa mudah memilih lengkap dengan kontak ketua tiap-tiap ekskul. Beberapa ekskul sudah Asya coret,tanda Ia tidak tertarik. Beberapa diantaranya adalah futsal,basket,bela diri,robotic,Karya Ilmiah Remaja,marching, drum band, dan cheers.
Asya pusing sendiri. Gadis itu menutup buku catatan kecilnya dan melempar ke sembarang arah. Asya berusaha memejamkan mata nya,lelah. Mau nya tidur,namun tertahan oleh keributan yang bersumber dari lantai bawah rumahnya. Gadis itu menghela nafas. Dengan malas melangkah menuju pintu kamar dan melihat apa yang terjadi di lantai bawah.
"Kamu kalau gak mau ikut peraturan rumah keluar aja! Gak usah balik lagi!"
Andara menatap Papa nya dalam. Dada nya naik turun,nafas nya tak teratur. Andara sudah menahan emosi supaya tangannya tidak ringan mendarat di pipi sang Papa. "Kamu anak gak tau diuntung,ya! Udah capek-capek Mama sama Papa sekolahin,malah jadi gak bener! Mau jadi apa Kamu?!"
Andara menyeringai, "yang pastinya Aku gak mau jadi Papa," jawabnya membuat Andre -- sang Papa naik pitam. "Udah lah. Daripada Papa capek-capek ngurusin Aku,Asya sama Mama disini,lebih baik Papa urus aja keluarga kecil Papa yang baru. Kasihan istri muda Papa lagi hamil," ujar nya menyindir.
Andre makin naik pitam. Dengan ringan Ia daratkan tamparan di pipi Andara dengan keras. "Mulut mu itu kayak gak pernah disekolahin,ya!" seru Andre makin naik pitam.
Asya memejamkan mata. Mata nya terasa panas,menahan bulir bening supaya tidak tumpah. Lagi-lagi Papa dan Kakaknya harus bertengkar seperti ini.
"Udah,masuk kamar aja. Tidur sana. Besok sekolah,"
Ranti menepuk pundak Asya,berusaha menenangkan putri nya itu. "Tapi Ma.." Ranti menggeleng,tidak mau mendengar bantahan Asya, "tidur. Nanti juga mereka berhenti sendiri," ujar nya tegas. Asya menghela nafas,mengangguk patuh dan berbalik masuk ke dalam kamar.
***
Arel berjalan ringan di koridor. Cowok itu baru saja kembali dari ruang OSIS,piket bersama Areon dan membawa beberapa tumpuk proposal. Tiba-tiba cowok itu berhenti,mendapati adik kelas nya kemarin sedang berdiri di depan mading.
"Woi!"
Arel berlari kecil menghampiri, "bantu bawa ini lagi,dong!" goda nya mendekat. Asya mendelik. Merasa Arel sok kenal ladahal mereka baru bertemu kemarin. Itu pun tidak sengaja. "Apa,sih Kak," gumam nya tak jelas,bergeser menjauh dari Arel.
Asya emang gitu,anaknya songong. Mau sama siapa juga kalau belum kenal ya judes,sengak sengak gimana gitu.
"Dih,pundung," sahut Arel. Cowok itu menautkan alis melihat Asya kembali memperhatikan daftar ekskul di sekolah. "Lo belum join ekskul emang?" tanya nya. "Belum,lah. Masuk juga baru kemarin," jawab Asya. Pandangannya tetap lekat pada papan mading.
Arel mengangguk mengerti. Sambil membenarkan posisi tumpukkan proposal di tangannya,Ia ikut melempar pandangan pada papan mading. "Lo udah tahu mau ikut ekskul apa?" tanya Arel. Asya menggeleng tanpa menoleh.
"Oh,yaudah," ujar Arel. "mending bantu gue bawa ini lagi kayak kemarin. Kali aja di jalan kepikiran mau ikut apa," ujar Arel menawari. "Oh, no no no. Mending balik ke kelas aja," tolak Asya tanpa basa-basi dan segera meninggalkan Arel.
KAMU SEDANG MEMBACA
'A' Senior
Roman pour AdolescentsArel,ketua OSIS SMA Nusa 3.Ganteng iya,pinter iya,bijak iya,cool?Beuh,jangan ditanya!Pecicilannya Arel minta ampun,bikin semua anak-anak SMA Nusa 3 meragukan jati diri Arel sebagai seorang ketua OSIS. Gimana jadinya,kalau Arel yang notabenenya ketua...