#Tujuh Belas

3.7K 193 16
                                    

On playlist : Try - Asher Book

"Mau lo apa, sih, Wa? Nggak capek ngusik hidup orang terus?"

Salwa mendelik. Ia sudah duga kalau Arel akan langsung mendatangi nya, mencarinya kemana saja untuk membicarakan masalah hari ini. Salwa kini tertawa sinis. Melipat kedua tangan di dada. Menatap Arel meremehkan.

"Lah? Gue mah nggak ngusik. Emang Asya nya aja yang kegatelan," jawabnya santai sambil memainkan kuku jari.

"Asya nggak kegatelan. Gue yang naksir dia, gue yang ngejar-ngejar dia napa lo jadi sewot, dah?" Tanya Arel geram.

"Ya sewot, lah!" Seru Salwa. "Dari awal MOS lo sama gue udah dinobatkan jadi pasangan serasi. Terus kenapa lo jadi belok sama Asya helowwwwww??? Semprotnya tidak terima.

"Ya masih mending gue belok nya ke Asya. Dia cewek, cantik. Daripada gue belok ke Vanza sama Areon? Gila kali," sahut Arel kalem. "Lo nggak usah aneh-aneh bisa nggak, sih? Urusin aja diri lo sendiri," lanjut Arel.

"Ya nggak bisa, lah! Gue dari dulu udah suka sama lo! Masa nggak paham juga?!" Kata Salwa gemas.

"Gue dari dulu nggak ada rasa sama lo masa nggak ngerti juga?" Balas Arel dengan nada bicara Salwa barusan.

Salwa tersentak. "Asya nggak bakalan bisa ikut andil buat festival Bahasa gara-gara lo nolak gue," ancamnya.

Arel menautkan satu alis. "Lo cuman ketua ekskul, Wa. Gue ketos nya," ujar Arel memperingatkan. "Gue bisa ngajuin ke pembina ekskul teater, Bu Mira. Kebetulan dia lagi ngidam punya anak kayak gue. Jadi pasti nurut," lanjut Arel tenang, kemudian berbalik kembali ke kelas. Sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana, cowok tampan itu tersenyum miring.

Dia tidak akan kehabisan ide untuk membantu Asya dan membuat mereka kembali dekat,

bahkan lebih dekat dari sebelumnya.

***

Asya membuka pintu rumahnya. Ia mengernyit saat mendapati kedua orangtua nya, Andara dan wanita itu -- oh, ralat maksudnya Tante Lita duduk berkumpul di ruang tamu. Garis wajah mereka serius, bahkan terkesan dingin dan menyeramkan.

"Asya? Udah pulang?" Tanya Ranti basa-basi.

Asya tersenyum tipis seraya mengangguk. "Aku ke kamar dulu. Permisi," ujarnya sopan.

"Sya, bentar," cegah Andara. "Lo duduk di sini dulu. Ada hal penting yang semuanya harus tahu," kata Andara serius.

"Maaf, Asya ada tugas dan harus diserahkan besok," kata Asya menolak halus. "Kalian biacara aja. Nanti kalau udah selesai, baru kasih tahu Asya. Permisi," kata nya kemudian berjalan cepat menaiki tangga menuju kamar.

Asya menutup pintu kamarnya pelan, kemudian mengunci nya. Gadis itu melempar tas sembarang arah. Segera bersih-bersih dan berganti baju, kemudian lanjut membuka buku pelajaran.

Asya merunduk fokus di tengah-tengah hening. Ponselnya sengaja Ia matikan supaya tidak terganggu dengan notifikasi yang masuk. Tapi tetap saja cewek itu tidak bisa konsentrasi. Masalahnya di sekolah, Salwa, Arel, kemudian pembicaraan keluarga nya sore ini membuat pikirannya bercanda dan tak tenang.

Pintu diketuk. Gadis itu melongos. Berdecak, kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka kunci nya.

"Dek, lo kenapa nggak ikut ngomong di bawah aja, sih?" Sungut Andara berjalan masuk ke dalam kamar.

"Gue ada tugas, Abang... Gue nggak mau buang-buang waktu," jawabnya lesu. "Dah, lo mau apa ke sini, Bang? Gue mau lanjut nugas lagi," tanya nya to the point.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 'A' SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang