#Dua

7K 317 5
                                    

Best Part - Daniel Caesar ft H.E.R



"Ya ampun! Asya magadir!"

Cewek itu langsung melesat masuk kamar mandi. Masa bodo mau bersih atau nggak,yang penting masih bisa masuk ke dalam sekolah. Setelah mengenakan seragam,Asya turun tergopoh. Menghampiri sang Mama yang sedang sibuk membereskan meja makan.

"Ma,Papa mana?" tanya nya dengan nafas tergopoh-gopoh. Ranti menahan gerakkannya, "sudah jalan barusan," jawabnya. "Kalau Andara?" tanya nya. Kali ini penuh harap. "Lah,abang 'kan gak pulang. Nginep di kos temannya," jawab Rianti kembali menyisihkan sendok garpu dan mengumpulkan di satu wadah.

"Om Bagyo?" tanya Asya mulai panik. "Gimana,deh Kamu? Om Bagyo 'kan sudah bilang kalau hari ini gak bisa jemput. Mau antar istrinya kontrol ke dokter," ucap sang Mama membuat Asya meringis. "Udah,sana. Cepetan jalan ke depan,nunggu angkot. Mesen gojek pun percuma,gak dapet-dapet. Jam segini lagi jam nya sibuk," lanjut Rianti.

Asya mengangguk. Mencium tangan sang Mama dan langsung melesat keluar menuju jalanan depan untuk menunggu angkot lewat. Gadis itu menghentak-hentakkan kaki gelisah. Waktu terus berjalan dan bel sekolah hampir berbunyi. 'Kan gak lucu kalau Asya terlambat,padahal baru seminggu sekolah.

Motor hitam melaju pelan,mendekat ke arah Asya. Mata nya memicing,kemudian kembali menungu tanpa peduli motor siapa itu. Asya menggigit bibir,penuh harap ada keajaiban pagi ini.

"Sya?"

Arel berdiri tepat di sampingnya. Cowok itu mendekat. "Nunggu angkot?" tanya nya. "Nggak,gue nungguin jodoh kok gak lewat-lewat,ya?" jawab Asya sebal. Arel tertawa renyah, "lah,ini jodohnya dah datang. Ngapain nunggu lagi?" sahut Arel seraya menunjuk dirinya sendiri. "Dih," delik Asya. "Sana,dah Kak. Kalau Kakak ajak ngomong terus,nanti angkot nya gak datang-datang!" usir Asya . "Lah...emang tadi gue gak datang dan gak ajak lo ngobrol angkot nya datang?" tanya Arel.

Asya mengatup,menggerutu dalam hati. Emang iya,sih. Sejak tadi juga angkot nya gak lewat-lewat. "Ya,maksud gue tuh lo berisik," jawab Asya. "Bareng gue aja. Daripada lo telat?" tawar Arel,menyerahkan satu helm ke hadapan Asya. "Duh,gak usah deh Kak. Ngerepotin. Duluan aja," tolak Asya berusaha se halus mungkin.

"Beneran,nih? Gak nyesel? Dua juta rupiah loh..." ujar Arel jenaka,berusaha memastikan. "Iya,Kak. Serius,duluan aja," ujar Asya lagi. "Oh,yaudah kalau gitu."

Arel bersandar pada motornya sambil melipat kedua tangan di depan dada, "gue tungguin sampe angkot nya datang."

Asya menegak. Mata nya melebar melihat Arel yang kini sedang bersiul sambil menatap jalan raya dihadapannya. Gadis itu merasa lebih tidak enak lagi kalau begini caranya. Apalagi Asya bukan siapa-siapa. Hanya anak baru yang bisa dicap tidak tahu diri sudah banyak merepotkan sang ketos nya.

"Eung... Kak Arel duluan aja. Gue gak enak.." cicit Asya. "Gak,ah. Gue tungguin sampe angkotnya datang," ujar Arel keras kepala. "Nanti lo telat,gue nya gak enak," lanjut Asya lagi. "Ya,gak apa-apa. Kalau telat terus dihukum pun gak masalah. Orang bareng sama lo," ujar Arel masih dengan nada tak berdosa.

Hening,tidak ada percakapan lagi selang beberapa menit. Asya makin gelisah. Duh,ini angkotnya mana,sih? Sedangkan Arel berdiri saja dengan santai. Sesekali bersiul tanpa takut akan terlambat ke sekolah. "Lima menit lagi bel," ujar Arel. "Bareng gue aja,udah,Sya. Lo nya juga percuma nunggu angkot gak lewat-lewat dari tadi," bujuk Arel lagi.

Asya ragu. Dia benar-benar merasa tidak enak kalau merepotkan Arel begini. Apalagi kalau ada yang lihat,terus nanti salah paham dan gosip yang aneh bisa saja tersebar.

"Lo gak enak nya karena takut ngerepotin atau karena takut kalau nanti ada yang mikir aneh-aneh lihat kita datang ke sekolah berdua?" tanya Arel seakan tahu pikiran Asya.

"Tenang aja. Kalau ada yang macam-macam nanti gue yang maju."

Asya berdecak. Kalau begini terus caranya,kalau Arel terus-terusan ada,yang terjadi nanti malah hati nya ambyar.

***

"WAWAAAA!"

Gadis tinggi itu berdecak. Langsung membekap mulut sahabatnya itu ketika duduk di sampingnya. "Berisik banget,Sal," protesnya.

Salsa terkekeh. Gadis itu mengeluarkan kotak bekal yang barusan Ia ambil di pos satpam. "Nih,nyokap gue bawain satu buat lo," ujar nya mendorong satu kotak bekal warna biru ke hadapan Salwa. Senyum Salwa merekah,seraya membuka kotak bekal tersebut, "baik amat gak kayak anaknya," ujar nya begitu saja.

Salsa mencibir. Cewek itu langsung melahap satu buah sushi masuk ke dalam mulutnya. Salwa juga tak ketinggalan,melahap perlahan makanan yang dibawakan oleh sahabatnya itu.

"Eh, ekskul teater gimana,Wa? Gue denger lo jadi ketua nya lagi?" tanya Salsa menanyakan tentang ekskul teater yang berdiri lagi. "Hm,gitu deh. Tadinya gue gak mau. Cuman gue pikir-pikir kok ya sayang banget kalau gue gak ngambil kesempatan ini. Toh juga gue sempet ikutan waktu kelas sepuluh,cuman bubar. Dan,sekarang ada lagi jadi yaudah," jawab Salwa panjang lebar.

Salwa Gissela Reskia atau biasa dipanggil Salwa adalah primadona sekolah. Sejak cewek itu masuk sekolah,para kakak kelas sudah banyak yang mengagumi nya. Sampai sekarang,cewek itu bisa setiap hari dapat kiriman hadiah dari para penggemar rahasia nya.

Tapi sejak kelas sepuluh,Salwa tidak pernah goyah dengan kedatangan laki-laki yang selalu bilang menyukai dirinya. Gadis itu tidak pernah terhasut oleh banyak nya laki-laki yang mengajak nya berpacaran.

Karena Salwa sudah punya orang yang Ia jadikan pelabuhan dari perasaannya.

"Salwa!"

Agnes masuk dengan hebohnya. Menghampiri Salwa dan Salsa yang sedang santai berbincang. Gadis itu terengah-terengah. "Bentar,gue minum dulu," ujar nya meneguk air mineral yang Ia bawa sejak tadi.

"He? Kenapa,deh?" tanya Salwa. Agnes menghembuskan nafas, "lo telen dulu makanannya biar gak keselek," ujar Agnes. Salwa menautkan alis,namun menelan perlahan makanan yang dikunyahnya. "Udah,nih. Apaan?"

"Lo tahu gosip si anak baru? Asya kelas sepuluh bahasa?"

Ehe Asya baru masuk sekolah dah kena gosip aja. Daebak!

 'A' SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang