On playlist : iKON - Apology
"Faiz, nilai laporan Kita sempurna, tau! Katanya buku yang Kita ulas bagus!" Seru Asya kegirangan saat memasuki kelas.
Faiz tidak menjawab. Cowok itu malah diam menatap Asya yang kini sedang membuka map miliknya untuk mencari kertas lembar kerjaan mereka kemarin.
"Apa? Kenapa? Cantik, ya gue?"
Faiz berdecih. "Lo nggak kenapa-napa, Sya?" Tanya nya tak yakin.
Asya menautkan alis. Dalam hati tak mengerti perkataan Faiz barusan. "Gue sehat-sehat aja, kok. Alhamdulillah," jawabnya kalem. "Nih, liat tuh nilai nya! Siapa dulu, dong yang milih novelnya???? Gue!!!!" Seru nya lagi membanggakan diri, mengulurkan kertas ke hadapan Faiz.
Faiz melongo. Menerima kertas itu dan meletakkan nya di atas meja tanpa membaca nya sama sekali. Ia yakin kalau pagi ini, Asya pasti belum cek instagram sama sekali.
"Sya, pagi ini lo belum buka sosial media apa-apa, ya? Instagram, gitu?" Tanya Faiz.
Asya menggeleng. "Kenapa emang?"
Kan, bener.
"Ck, mendingan lo buka instagram sekarang, deh," sarannya.
"Lah? Ada hal yang penting banget, emang? Ogah! Nanti kuota gue habis!" Tolak Asya tidak mau.
Faiz menghela napas. "Buka sekarang deh kalau lo mau semuanya cepet selesai," ujarnya serius.
Asya melongo. Makin tidak mengerti apa yang barusan dikatan Faiz membuat cowok itu menghembuskan napas, kemudian merogoh ponsel putih miliknya. Membuka laman instagram dan mengacungkan ponselnya tepat dihadapan Asya.
"Udah, liat?"
Asya menganga. Dia nggak tahu harus bicara apa dan....
Apa yang dia takutkan akhirnya terjadi.
***
Asya berpamitan dengan yang lain. Katanya mau ke taman sekolah, mau numpang ngadem sebentar karena kantin semakin lama semakin panas. Apalagi istirahat kedua.
"Pada mau ikut nggak?" Kata Asya mengajak yang lain.
Firda hendak membuka mulut, ingin menjawab pada Asya kalau ia mau ikut. Tapi segera mengatup lantaran mengerti tatapan Kay yang menyuruhnya untuk diam saja.
"Nggak, Sya. Kita mau di sini aja. Masih laper, hehe," jawab Firda pada akhirnya.
Asya mengangguk. "Duluan, ya!" Pamitnya segera pergi.
Cewek itu duduk di bangku pojok taman. Benar-benar sepi dan sendirian. Asya memainkan ponselnya. Ia mendengus lantaran sosial media milik nya terus-terusan diserang banyak orang. Ada yang memberi dukungan, tapi tak sedikit juga yang memberi hujatan.
Ah, lagipula siapa, sih yang dengan 'iseng' menyebarkan foto saat kemarin Asya diantar pulang oleh Arel disertai caption yang mengompori? Yang bilang Asya merebut Arel dari Salwa, Asya anak baru yang numpang tenar dan segala macam.
Asya merunduk dalam. Yang ada dipikirannya saat ini hanya satu nama ; Salwa.
Asya tersentak. Refleks mendongak saat pipi kanannya ditempeli sesuatu yang dingin. Ia menoleh yang kemudian berdecak. Tak merespon apa-apa saat ada seseorang yang ikut duduk di sampingnya.
"Maaf..."
Arel mencicit. Tanggannya terulur menyerahkan sekaleng minuman soda untuk Asya. Namun Asya diam. Cuma melirik sejenak ke arah kaleng dan kembali mengalihkan pandangan tak peduli.
"Gue nggak haus. Buat kakak aja," tolaknya ketus membuat Arel menarik tangannya sambil mengulum bibir nya ke dalam.
"Alasan lo kemarin nyari-nyari alasan buat nolak gue antar pulang tuh karena lo tau bakalan kayak gini, ya?" Tanya Arel menebak dengan hati-hati.
"Iya," jawab Asya singkat.
Arel mendesah. Cowok itu sekali lagi merasa bersalah sudah menjerumuskan Asya ke dalam masalah yang seharusnya tidak pernah Asya dapat andai saja gadis itu tidak pernah bertemu dengan dirinya.
"Tapi lo jangan khawatir. Sumpah gue bakalan nepatin kata-kata gue kalau gue bakal --"
"Bakal ngelindungin gue, gitu?" Potong Asya mulai geram.
Asya berdecak. Kini menolehkan kepalanya penuh menghadap Arel dengan raut wajah datar, membuat cowok itu sedikit tersentak."Kakak bukannya ngelindungin tapi malah bikin semuanya tambah rumit, tau nggak?"
Asya menghela napas. Mengusap wajah gusar. Ia meneguk saliva nya. Sadar kalau emosi nya sudah tidak terkontrol saat ini. "Kak, kayaknya Kita jaga jarak dulu, deh..."
Arel membulatkan mata sempurna. Merasa tertohok begitu saja dengan ucapan Asya barusan.
"Lagipula selama ini Kita nggak terhitung dekat, kan? Kakak cuman berniat baik aja gara-gara gue anak baru, 'kan?" Tanya Asya bertubi-tubi. "Habis kejadian ini, gue bisa hilang kesempatan buat ikut andil di festival Bahasa nanti. Apalagi kalau gue masih kelihatan dekat sama lo, semuanya makin runyam."
Arel mendengus. "Lo egois," kata nya. "Lo mikirin diri sendiri sampai lo nggak mau tahu gimana perasaan gue kalau Kita jauh."
Mata Asya memanas. Bibirnya bergetar seketika mendengar ucapan Arel barusan. "Kakak nggak tahu, 'kan kalau Kita masih begini kakak juga kena batunya?"
Asya menghela napas. "Jauh dari gue bakalan bikin lo jauh dari masalah dan gosip yang aneh-aneh. Gue nggak mau citra lo sebagai ketos jadi anjlok gara-gara gue," kata Asya lirih.
"Gue nggak keberatan!" Tandas Arel. "Gue nggak ngerasa citra gue turun atau gimana kok, sumpah!" Kata nya sambil mengacungkan jarinya berbentuk 'V'.
"Kakak nggak bakal ngerti kalau posisi di teater itu posisi yang paling gue mau," kata Asya.
"Lo juga nggak bakal paham kalau lo cewek yang gue mau, Sya."
Asya mengatup. Arel kini memandang nya sendu.
"Jangan jauh, Sya. Gue nggak bisa."
a/n :
Iya tahu ini pendek sengaja biar kalian esmoZi heheh luv me :) Coba dengerin bagian nya June dengan menghayati. Akan sama dengan apa yang Asya dan Arel alami heheh.
KAMU SEDANG MEMBACA
'A' Senior
Teen FictionArel,ketua OSIS SMA Nusa 3.Ganteng iya,pinter iya,bijak iya,cool?Beuh,jangan ditanya!Pecicilannya Arel minta ampun,bikin semua anak-anak SMA Nusa 3 meragukan jati diri Arel sebagai seorang ketua OSIS. Gimana jadinya,kalau Arel yang notabenenya ketua...