#Enam

4.3K 261 2
                                    

"Ini jadinya gimana?"

"Terserah, gue ngikut aja."

Asya menghela nafas berat. Ia menekan bibir bawahnya sambil melempar pandang mengintimidasi kepada Faiz.

"Mau resensi buku apa?"

"Terserah."

"Novel?"

"Panjang,ah. Ribet."

"Buku non fiksi?"

"Bosen."

"Terus mau apa?"

"Terserah."

"Ck, ribet banget sih? Ini gak mau, itu gak mau. Lo mau nya apa?! Ngomongnya terserah mulu dari tadi. Berasa ngomong sama cewek tau gak?!" Amuk Asya sambil mendorong buku paket nya.

Faiz melongo. Cowok dingin itu agak terkejut juga. "Weh, santai-santai. Jangan ngamuk," ujarnya menenangkan. Tangannya merapihkan buku paket yang Asya dorong barusan.

"Buku novel aja. Panjang gak apa-apa deh," lanjutnya mengalah.

Asya menghela nafas lagi dan lagi. Ia kembali meraih buku paket nya, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada.  "Yaudah, mau kapan ngerjainnya?"

"Terse-"

"Jangan terserah! Gue gak mau!" Potong nya saat Faiz mau menjawab. "Iya udah, pulang sekolah," ucap Faiz akhirnya.

"Tapi gue pulang dulu, ya. Mau ambil novel nya sekalian," ujar Asya. "Langsung aja, elahhh," sahut Faiz malas-malasan.

Asya mengangkat alis, "Lo emang bawa novel nya hari ini?" Faiz menggeleng. "Tinggal beli aja ribet," cibir nya kemudian. "Emang mau ngerjain dimana,sih?" tanya Asya.

Faiz cuman mengedikkan bahu, "Gak tahu," ujar nya.

Ya ampun! Rasanya darah Asya sudah naik sampai ke ubun-ubun kalau begini caranya!

"Ck, pokoknya gue nanti pulang dulu. Titik!" Seru Asya kemudian beranjak kembali ke tempat duduk nya.

"Sett, deh. Itu si anak baru hedon juga," gumam nya.

***


"Oi, Asya!"

Asya melongos. Rasa nya sudah bosan dirinya terus-terusan bertemu dengan Arel -- atau lebih tepatnya terus menerus diganggu oleh ketos gila nya itu. Seruan Arel yang barusan menyita perhatian orang-orang yang hendak pulang menuju pintu gerbang dan beralih menatap Asya dengan tatapan menghujat.

"Aih, ngapain sih teriak-teriak?!" tukas Asya sebal seraya menghentakkan kaki nya ke aspal.

"Elah, manggil doang masa gak boleh?" ujar Arel. "Pulang naik apa lo?" Tanya nya kemudian.

Asya berdecih, "Kepo amat, sih Kak!" Seru nya tanpa menjawab. "Lagian ngapain nanya-nanya? Emang mau antar pulang?" Tanya nya bercanda.

"Hm, boleh. Kebetulan jok motor gue kosong. Areon lagi bawa motor sendiri hari ini. Jadi lo bisa nebeng," ujar Arel menyetujui ucapan Asya barusan.

Asya menggeleng cepat. "Oh, nggak, nggak. Tadi gue cuman bercanda," elak nya. "Udah ya Kak. Gue buru-buru. Ada kerja kelompok siang ini, " ucap Asya berusaha menghindar sebisa mungkin.

"Oh, gitu? Yaudah gue antar aja lo ke tempat kerkom. Gimana?"

"Oh.. eung.. gak u -- "

"Asya kerja kelompok nya sama gue. Lo gak perlu repot-repot nganter,"

"Loh, Faiz?"

Dan saat itu juga rahang Arel seketika mengeras. Tatapan tajam Ia lempar ke arah Faiz yang kini sudah berdiri menyodorkan helm nya kepada Asya.

 'A' SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang