On playlist : Euphoria - JK
Asya mendudukkan diri di kursi pinggir aula. Gadis itu menghela keringat nya, lelah. Dengan sapu yang Ia sandarkan di kursi sebelahnya, gadis itu berusaha memejamkan mata sejenak.
Setelah pertemuan pertama ekskul teater barusan, cewek itu tiba-tiba disuruh Salwa untuk membersihkan ruang aula yang barusan dipakai.
Sendirian.
Asya membenarkan posisi tubuhnya. Gadis itu terlonjak saat pipi nya tersentuh bends dingin yang membuat mata nya kembali terbuka.
"Nih, buat lo."
Arel menyodorkan sebotol minuman jeruk. "Ngapain lo tidur di aula? Nggak punya rumah?"
Asya berdecak. Menerima botol dari Arel, kemudian meneguk nya perlahan. "Lo nggak lihat gue bawa apa?" Tanya nya menunjuk sapu dengan mata.
"Lah? Sejak kapan lu bantu Bang Deden bersihin aula?" Tanya Arel menyebutkan salah satu penjaga aula sekolah.
Asya mencibir. "Lo sendiri ngapain ke sini?"
"Lah, gue kan ketua OSIS. Bebas lah mau kemana juga," jawab Arel sombong.
Asya berdecih. "Dikata sekolah punya nenek lo kali ya, Kak. Seenak jidat kesana kemari," timpal nya. "Lo kenapa bisa tahu gue ada di sini? Padahal gue ngabarin lo aja nggak, ya, Kak," tanya nya lagi.
"Inilah yang dinamakan kekuatan cinta, Sya," jawab Arel melankolis. "Nggak deh, bercanda," lanjutnya. "Tadi ketemu Kay. Dia yang bilang lo ekskul teater hari ini."
Asya mangut-mangut. "Oh..."
"Mau pulang sekarang?"
Asya menegak. Arel kini sudah memegang sapu dan melempar nya ke sembarang arah. "Bareng gue aja, ayo. Jok belakang kosong, tuh. Nggak ada yang dudukkin," ujarnya memberi kode.
Asya mengulum bibir nya ke dalam. Gadis itu belum juga beranjak ikut berdiri. Justru merunduk sambil memainkan jari-jari tangannya.
"Duluan aja deh, Kak," kata nya. "Gue dijemput sama abang," lanjutnya meski tak yakin hari ini Andara akan menjemput nya ke sekolah lantaran semalam cowok itu belum juga pulang dari indekos teman nya.
Arel menautkan alis. Tak yakin dengan jawaban adik kelasnya itu. "Oh," jawabnya. "Jalan ke depannya bareng aja. Sekolah udah sepi. Nggak baik jalan sendirian."
Asya menurut. Kemudian meraih tas ranselnya dan berjalan keluar aula.
"Mana abang lo? Lama banget gak datang-datang," celetuk Arel yang sejak tadi duduk kalem di atas motornya. Ikut menunggu kehadiran Andara bersama Asya.
"Ah, anu..." Asya mengulum bibir. "Udah di jalan, kok. Macet katanya," jawab nya beralibi. "Kakak duluan aja. Ngapain masih di sini?" Tanya nya mengusir halus.
"Lo sendirian. Emang berani?" Kata Arel menantang. "Liat, tuh pos satpam kosong. Satpam nya lagi keluar nyari makan," katanya menunjuk pos yang kosong itu dengan dagu.
Asya mengedikkan bahu nya. Gadis itu membuka aplikasi chat dan membuka pesan dari Andara.
Andara : Woy, dek
Andara : gue gak bisa jemput sori.
Andara : Lu ngabarinnya pas gue mau mulai kelas
Andara : ini gue izin ke toilet buat ngabarin Lu
Andara : Naik angkot atau gojek aja ya, dek
Andara : nanti pulangnya gue bawain martabak telor bebek. Empat telur, 'kan?Asya berdecak. "Elah, ngeselin amat," gumam nya kelepasan, kembali memasukkan ponsel ke saku nya.
"Ha? Siapa yang ngeselin? Gue?" Sahut Arel menunjuk dirinya sendiri.
Asya menggeleng. "Bukan," jawabnya cepat membuat Arel membulatkan mulut nya kecil sambil mangut-mangut.
"Abang lo nggak bisa jemput, ya?" Tebak cowok itu asal.
Asya gelagapan. Tebakkan Arel seratus persen bena dan cewek itu hilang akal untuk berbohong atau sekedar mencari alasan supaya kakak kelas nya itu pulang meninggalkan nya.
"Ah, iya.." katanya pasrah. Mengusap tengkuknya tak enak.
Arel tersenyum kecil. Lagi-lagi ekspresi gadis itu tiba-tiba saja jadi menggemaskan di mata nya. "Bareng gue aja. Udah sore, Sya," kata nya mengajak sekali lagi. "Gue kasih gratis, kok. Nggak pake tarif," kata nya lagi. "Eh, tapi kalau mau bayar ya pake cinta aja gue nerima kok, heheh."
Asya tersenyum tipis. Jadi berkecamuk sendiri dengan pikirannya kini. Ia menghela napas. Mulutnya tidak lagi bisa mengeluarkan alasan untuk menolak karena dua faktor :
1. Karena otaknya kehabisan ide untuk mengeluarkan alibi lagi.
2. Karena intonasi dari ucapan Arel serta mata lekat nya yang memandang nya dalam. Jadi Asya seakan dikunci, tidak bisa bergerak kemana-mana."Banyak mikir. Nih, ah pake sendiri," kata Arel tak sabar menunggu, menyerahkan helm pada Asya yang malah diam menatap helm.
"Diem-diem aja. Ini kode mau gue pakein?" Tanya Arel dengan nada meledek. "Oke, oke. Untung gue peka," lanjutnya lantas mulai memasang helm di kepala Asya.
"Udah, ayo naik cepetan!"
Asya mengangguk pelan. Menaiki motor perlahan. Dalam hati berdoa semoga tidak ada yang lihat supaya tidak terjadi apa-apa dengannya, Arel, dan ekskul teater yang baru saja berhasil Ia selami.
***
Salwa memasuki kamar seraya membungkus rambut panjangnya yang basah karena keramas dengan handuk kesayangan nya. Ia bersenandung kecil. Membuka laci meja nya dan mengeluarkan buku catatan ; berniat melanjutkan catatan biologi nya yang sempat tertunda kemarin.
Ia berdecak setelah ponselnya beberapa kali berdenting. Gadis itu melongos, menarik ponselnya mendekat, kemudian membuka pop-up pesan dari Maurin.
Maurin : sent a photo
Maurin : gue liat pas pulang sekolah tadi
Maurin : kebetulan gue nunggu Mischa dulu hadap Bu Erin
Maurin : mau diapain enaknya, Wa?Salwa mengeram. Membanting kecil ponselnya.
Dia tidak habis pikir kalau gadis itu masih dengan berani melanggar kesepakatan tadi. Padahal jelas-jelas ada tiga yang jadi taruhannya ; dirinya sendiri, ekskul teater, dan sang ketos kesayangan.
a/n : maaf geng baru nongol kemarin ngurusin sekolah dulu. 😘

KAMU SEDANG MEMBACA
'A' Senior
ספרות נוערArel,ketua OSIS SMA Nusa 3.Ganteng iya,pinter iya,bijak iya,cool?Beuh,jangan ditanya!Pecicilannya Arel minta ampun,bikin semua anak-anak SMA Nusa 3 meragukan jati diri Arel sebagai seorang ketua OSIS. Gimana jadinya,kalau Arel yang notabenenya ketua...