Faiz melangkah tenang memasuki rumahnya. Cowok itu melepas sepatu nya, kemudian meletakkan di rak sepatu dekat pintu. Ia melangkah lagi menuju sofa warna cokelat di ruang tengah. Meletakkan ranselnya disana, dan menghempas diri nya yang lelah.
Suasana rumah sepi. Ia yakin kedua orang tua nya belum kembali dari rumah sakit karena ada pasien yang harus dioperasi. Mbok Sum keluar dari dapur sambil membersihkan tangannya yang kotor dengan serbet.
"Sudah pulang, Den Faiz?" Tanya nya mendekat.
Faiz mengangguk. Cowok itu beranjak, hendak ke kamar mandi. Namun langkahnya tertahan karena melihat buku catatannya tergeletak di atas meja di dalam kamar orang tua nya yang tidak terkunci.
Faiz melangkah masuk. Lantas meraih buku catatan lama nya kemudian berniat untuk keluar. Tapi pandangannya terpaku pada salah satu foto yang terlihat setelah Faiz mengangkat buku catatannya.
Faiz mengernyit. Cowok itu memandang bingung foto yang berisi dua bocah laki-laki yang mukanya hampir mirip. Mereka berdua tertangkap kamera saat sedang tertawa lepas sambil masing-masing memegang mainan.
Faiz meraih foto itu. Membalik foto itu dan membaca tulisan yang tertera disana.
Dua jagoan Mama Papa 🖤 - R
"Den, Saya pulang du -"
Mbok Sum mematung di ambang pintu setelah melihat Faiz memegang foto itu. Cowok itu kemudian menoleh, mendekat ke arah orang yang sudah bersamanya bertahun-tahun. Mengacungkan foto ke udara, sambil menatap minta penjelasan.
"Ini siapa, Mbok?" Tanya nya.
Mbok Sum tersentak. Wanita paruh baya itu tak bisa bicara apa-apa. Mulutnya kelu, kehabisan kata-kata. "Jawab, Mbok! Ini siapa?!" Seru nya naik pitam.
"Maaf, Den. Lebih baik tanya sama Ibu atau Bapak langsung. Saya takut salah ngomong," ujar Mbok Sum. "Saya pulang dulu. Nanti malam ke sini lagi. Permisi," pamit nya, seperti menghindari pertanyaan Faiz.
Faiz menghela nafas kasar. Cowok itu menatap tajam lembar foto yang ada di tangannya. Rasa penasarannya menjalar, berusaha mencari tahu siapa anak kecil yang bersama nya di sana.
"BANG FAIZZZZ!"
Faiz tersentak. Buru-buru menyelipkan foto itu ke dalam buku catatannya, kemudian keluar dari kamar tak lupa menutup nya rapat. Ia melongos. Mendapati adik perempuannya kini sudah ada di lantai bawah.
"Bang, punya stabilo atau apa pun yang berwarna pastel, gak?" Tanya nya. "Lo pikir gue cewek, apa nyimpen begituan? Nggak, nggak ada," tukasnya.
Faiza -- atau lebih sering dipanggil Iza mendengus. "Biasa aja kali, Bang. Emosian banget lo kayak nenek-nenek PMS," cibirnya.
"Emang buat apaan, sih?" Tanya Faiz sedikit penasaran. "Pacar gue, ulangtahun besok," jawab Iza seketika membuat Faiz terbelalak.
"Bocah aja belagu," cibirnya kemudian meraih ranselnya kemudian menaiki tangga menuju kamar.
***
"Gimana tadi sekolah? Aman-aman aja, 'kan?" Tanya Arham sambil menyendok nasi ke piringnya.
Faiz mengangguk. Sebenarnya dalam hati, Ia menahan diri untuk bertanya soal foto tadi. Tapi cowok itu memilih diam dan cukup menganggukkan kepala kalau ditanya.
"Kalau Iza, gimana? Aman-aman aja, 'kan?" Tanya Arham gantian pada putri nya itu. "Tenang, Pa. Everything is fine!" Seru nya semangat, kemudian menyuap kentang goreng nya.
"Udah punya pacar,Pa si Iza," celetuk Faiz membuat Iza menoleh padanya. Adiknya itu melebarkan mata, dalam hati rasanya ingin mengulek mulut abang nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
'A' Senior
Teen FictionArel,ketua OSIS SMA Nusa 3.Ganteng iya,pinter iya,bijak iya,cool?Beuh,jangan ditanya!Pecicilannya Arel minta ampun,bikin semua anak-anak SMA Nusa 3 meragukan jati diri Arel sebagai seorang ketua OSIS. Gimana jadinya,kalau Arel yang notabenenya ketua...