BAB 1

6.3K 490 6
                                        

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Seharusnya, sore itu menjadi waktu bersantai bagi Kyungsoo setelah seharian mengajar. Tetapi, kali ini berbeda.

Dengan tubuh tegap dan kaki menyilang disertai satu buah bantal berbulu di atas pangkuannya, Kyungsoo bergerak gelisah. Kedua matanya terus bergerak memindai ruang kamarnya yang bercat biru muda. Sesekali dia mendesah dengan bahu yang meluruh pasrah.

“Mungkin dunia akan cepat berakhir,” ujarnya untuk seseorang di balik telepon.

Benda berbentuk pipih itu sesekali berpindah dari tangan kanan ke tangan kiri.

Kyungsoo mengerutkan kening dan mengerucutkan bibir. Tampak gemas sendiri dengan pembahasan yang sedang dilakukannya bersama Luhan, salah seorang guru yang merangkap menjadi teman baiknya di sekolah.

“Kamu hanya perlu datang, Kyungsoo,” usul Luhan untuk kesekian kalinya.

“Tidak! Appa mengatakan dia ada di sana.”

“Lalu?”

“Aku tak ingin bertemu dengannya, Luhan. Lebih baik kamu memberikanku ide untuk membuat alasan kepada appa,” kata Kyungsoo disertai ringisan kecil. “Manusia itu pasti tetap menyebalkan seperti dulu. Aku——oh, sebentar...” Kata-katanya tertahan seiring tubuhnya yang menegak waspada. Indra pendengarannya menangkap suara ketukan di luar pintu kamar yang masih berlanjut sampai detik ia bangkit dari ranjang.

“Ada apa?” tanya Luhan, penasaran.

Appa,” balas Kyungsoo. Sedetik kemudian, dia telah menyembunyikan ponselnya di bawah bantal.

Sepanjang tapak kakinya melangkah untuk mendekati pintu, Kyungsoo sudah merancang berbagai macam alasan untuk menolak datang. Atau, sedikit memberikan rayuan agar ayahnya mau merelakannya bermalas-malasan di kamar.

Begitu pintu terbuka, hanya kepalanya saja yang sengaja menyembul di balik pintu. Membuat lelaki bertubuh tambun dengan kumis tipis di hadapannya mengernyitkan kening.

“Kamu belum bersiap-siap, Kyungsoo?” tanya Kyuhyun, heran bercampur bingung. Matanya menelisik penampilan wajah anak terakhirnya dengan seksama. Perempuan itu justru tampak baru saja bangun dari tidur panjangnya.

“Kita akan berangkat,” lanjutnya.

Appa....”

Kyuhyun menaikkan salah satu alisnya ketika mendengar suara rengekan Kyungsoo.

“Bagaimana jika aku di rumah saja?” pinta Kyungsoo, dia mengerjap berkali-kali dengan senyum yang dikulum semanis mungkin. Semoga berhasil, doanya dalam hati. “Ya, Appa?”

“Kamu menginginkan appa pergi seorang diri?”

Kyungsoo tercekat. Merasa sedih dan kesal di waktu yang bersamaan. Ayahnya selalu memakai jurus yang sama; mengatakan bahwa ayahnya selalu sendiri.

Back at One [ √ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang