Do Kyungsoo dan Kim Jongin adalah imbas bagaimana semesta bermain dengan takdir.
Takdir selalu berjalan di luar nalar manusia.
Kenyataannya, semesta justru membuat pergi sesuatu yang seharusnya menetap, lalu mendatangkan yang telah lama hilang, dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Current track (in mulmed) Naked (acoustic) — James Arthur
••••
Jongin menarik napas panjang dan menahannya selama beberapa detik sebelum menghelanya secara perlahan. Matanya terpejam erat, lalu kembali mencoba memusatkan perhatiannya ke jalanan. Setidaknya, untuk hari ini, Jongin harus rela menghabiskan waktu sepanjang hari hampir menjelang malam hanya untuk mendapatkan jawaban Kyungsoo. Tetapi, tingkah Kyungsoo yang terus merubah posisi duduk, membuatnya heran sendiri.
Dia seperti tidak mengenal sosok Kyungsoo yang seperti ini.
Perempuan itu terkadang bersikap seperti biasa, lalu berubah seolah menjaga jarak pada satu waktu, kemudian kali ini berubah seolah Jongin pantas untuk dijauhi.
Karena Jongin merasa Kyungsoo seperti ketakutan jika di dekatnya.
"Apa kamu sudah memberitahu paman ke mana kamu akan pergi hari ini?"
Kyungsoo terkesiap, melirik Jongin dengan pandangan gugup melalui bulu mata. "Apa?" tanyanya.
"Kamu." Jongin menoleh, mengulurkan tangan dan menyalakan musik untuk mengisi kekosongan di antara mereka. "Ini lagu kesukaanku akhir-akhir ini. Omong-omong aku tadi bertanya apa kamu sudah memberitahu paman tentang——"
"Sudah," jawab Kyungsoo cepat dan menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Kamu selalu memberi kabar pada beliau?"
"Ya."
"Bagaimana caranya?"
Kyungsoo menoleh, menatap Jongn dengan kening berkerut. "Maksudmu?"
"Terkadang kita ada di waktu yang bahkan tidak bisa menyentuh ponsel sedetik pun. Kita terlalu sibuk mengurusi pekerjaan sampai harus melupakan." Lelaki itu memberikan tatapan panjang pada Kyungsoo setelah berhasil membelokkan mobil. "Seberapa penting komunikasi menurutmu, Kyungsoo?"
"Tidak peduli sesibuk apa pun kamu, jika menurutmu seseorang itu penting bagi hidupmu pasti kamu akan melakukannya. Hanya sebuah pesan atau mungkin telepon itu sudah sesuatu hal yang sangat menyenangkan jika kita sedang menunggu, karena ada rasa khawatir yang kapan saja bisa mengacaukan semuanya."
"Tapi bagaimana jika kita benar-benar sibuk? Benar-benar sangat sibuk," tanya Jongin sekali lagi sembari menggerakan telunjuk dan jari tengahnya membentuk tanda kutip.
"Pasti ada waktu," jawab Kyungsoo yakin. "Seperti kamu membutuhkan jeda waktu antara makan dan minum. Pasti selalu ada waktu."
Kenyataannya, di sepanjang perjalanan Kyungsoo tidak pernah merasakan jantungnya berdetak dengan baik. Kedua tangannya yang ia tangkup sedaritadi sudah basah karena gugup. Dan, setiap kali Jongin mengajaknya berbicara, entah mengapa merupakan salah satu hal yang ingin Kyungsoo hindari.