Do Kyungsoo dan Kim Jongin adalah imbas bagaimana semesta bermain dengan takdir.
Takdir selalu berjalan di luar nalar manusia.
Kenyataannya, semesta justru membuat pergi sesuatu yang seharusnya menetap, lalu mendatangkan yang telah lama hilang, dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Backsong [current track - in mulmed] Little Mix — I Love You.
•••
Kyungsoo mengeratkan pejaman mata selagi ia menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Jok mobil sudah ia atur sedemikian rupa agar bisa mengistirahatkan tubuhnya yang terbaring karena kelelahan, perjalan empat jam yang ditempuh olehnya menguras semua energinya.
Kyungsoo tetap menggigil meski pun ia sudah membalut tubuhnya dengan tiga lapis pakaian sekaligus, termasuk jaket yang sedang dieratkannya saat ini.
Kyungsoo mendesis lirih akibat ngilu pada kepalanya kembali terasa, ia memiringkan tubuhnya ke sisi lain yang bertepatan di mana jendela kaca jendela mobil terbuka. Matanya mengerjap, melirik arloji, dan mengembuskan napas panjang setelahnya. Jongin sudah meninggalkannya selama satu jam. Dan selama itu pula Kyungsoo resah dalam istirahatnya.
Lelaki itu masih ada di dalam, di rumah sakit.
Perempuan itu termangu, menatap rintik-rintik gerimis yang mengenai jendela kaca mobil. Aroma petrichor membelai indra penciumannya, tetapi tidak menghasilkan ketenangan apa pun seperti yang biasa ia dapatkan ketika hujan atau gerimis datang. Pikirannya terlalu sibuk memikirkan bagaimana keadaan nenek Kim. Ia ingat, Jongin berubah sangat panik saat mereka baru saja menempuh seperempat perjalanan yang ada. Berita nenek Kim masuk rumah sakit membuat fokus lelaki itu terpecah.
Terberai begitu cepat; satu detik menatap jalanan, satu detik kemudian melirik ponsel.
Terus seperti itu sapai akhirnya Kyungsoo berinisiatif untuk memegang kendali atas mobil yang mereka tumpangi.
"Tidak, Kyungsoo. Kamu sedang sakit, aku tidak akan membiarkanmu menyetir." Saat itu Jongin berkata seperti tak mempunyai arah pembicaraan yang pasti. Matanya memerah. Lelaki itu panik, mungkin juga sedih, atau marah pada keadaan. Kyungsoo tidak tahu.
"Diam, Kim Jongin!" Kyungsoo terpaksa membentak dengan suara serak, kendati setelahnya dia harus terbatuk karena kering melanda kerongkongannya. "Aku tidak mau kita sama-sama masuk rumah sakit karena sifat keras kepalamu itu. Jangan pikirkan aku, aku sudah merasa lebih baik jika yang kamu khawatirkan adalah aku. Tenanglah, Jongin... biarkan aku menyetir sementara kamu bisa fokus untuk mendapatkan kabar dari paman Jongdae."
Perasaan Kyungsoo semakin tak menentu kala angin menerpa kulitnya. Larik-larik instrumental piano yang beberapa waktu lalu menemaninya dari kesepian, kini terasa sangat mengganggunya. Lagi, ia melirik arlojinya. Sudah lebih dari satu setengah jam lelaki itu meninggalkannya di area parkir rumah sakit yang rindang dengan pepohonan lebat seorang diri. Memang, jika dipermasalahkan, ini bukanlah kesalahan Jongin. Kyungsoo sengaja beralasan jika pening di kepalanya semakin bertambah saat Jongin mengajaknya untuk masuk ke dalam.