Do Kyungsoo dan Kim Jongin adalah imbas bagaimana semesta bermain dengan takdir.
Takdir selalu berjalan di luar nalar manusia.
Kenyataannya, semesta justru membuat pergi sesuatu yang seharusnya menetap, lalu mendatangkan yang telah lama hilang, dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Backsong: The Script — Hurricanes Anthem Lights — Hide Your Love Away Michael Carreon — The Simple Things
•••
"Kubisikkan sesuatu, kemari...," ucap Kyungsoo yang telah memposisikan bibirnya di depan cuping telinga Somi. Menarik lembut pinggul anak kecil itu untuk semakin mendekat padanya lalu, Kyungsoo membisikkan serangkaian kata yang lebih mirip disebut dengan embusan angin. Membuat tawa kecil dari bibir mungil itu hadir, yang kemudian mampu menularinya untuk ikut tertawa.
Sore itu, di pelataran rumah Luhan, Kyungsoo sibuk tertawa karena Somi berada sangat dekat dengan jangkauannya setelah tiga bulan tidak pernah bertemu; menyalurkan rasa rindunya yang sudah lama menumpuk. Anak perempuan berumur limabelas bulan itu berhasil membuat Kyungsoo jatuh hati pada kali pertama ia menemukan Somi dalam gendongan Luhan, matanya yang bersinar memberikan sebuah afeksi yang menyenangkan baginya.
Karena menurut Kyungsoo, anak kecil selalu mempunyai caranya sendiri untuk mudah dicintai.
"Kamu tidak akan tahu bagaimana dia bertingkah di depan Sehun," ujar Luhan yang muncul dari dalam rumah dengan membawa sebotol susu yang kemudian dia masukkan ke dalam tas khusus perlengkapan Somi. Tangannya masih sibuk di dalam tas saat Luhan kembali melanjutkan dengan suara gumaman, "Dia selalu menarik perhatian Sehun, membuat Sehun mengabaikanku semalaman. Ah, aku tidak tahu... tapi aku membencinya."
"Kalau begitu biarkan dia bermalam di rumahku setelah kita pulang nanti." Kyungsoo mengusulkan tanpa menatap Luhan, ia sibuk mengangkat Somi dan memberikan kecupan kupu-kupu di sekitar perut mungil itu. Menghadirkan gelegak tawa tiada henti yang selalu membuat Kyungsoo ikut tertawa.
Dan kali ini, Luhan turut merasakan bagaimana menggemaskannya Somi.
"Astaga, aku sangat merindukanmu. Kenapa kamu lama sekali datang ke rumah auntymu ini, hm? Kamu tidak rindu padaku? Jahat sekali."
"Kau bisa bermain dengannya sampai besok malam, karena——Ya Tuhanku Semesta Alam, aku bersumpah kakakku sangat menyebalkan, Kyungsoo," seru Luhan jengkel. "Dia selalu tahu bagaimana membuatku marah dan menyumpahinya. Aku juga ingin menghabiskan akhir pekanku bersama Sehun. Tetapi, dia selalu datang dan mengacaukannya karena menitipkan Somi begitu saja padaku," katanya, lalu mendudukkan diri di samping Kyungsoo dan ikut memainkan tangannya di sekitar tubuh Somi.
"Somi baru saja datang tadi siang dan kamu sudah menganggapnya pengganggu, padahal dia ini keluargamu sendiri."
Ucapan bernada sarkasme itu membuat Luhan bungkam. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dengan suara helaan napas panjang. Entah mengapa akhir-akhir ini, perempuan di sebelahnya begitu sensitif. Luhan merasa, Kyungsoo terlalu menjaga jarak pada sesuatu hal yang tidak Luhan mengerti.