Do Kyungsoo dan Kim Jongin adalah imbas bagaimana semesta bermain dengan takdir.
Takdir selalu berjalan di luar nalar manusia.
Kenyataannya, semesta justru membuat pergi sesuatu yang seharusnya menetap, lalu mendatangkan yang telah lama hilang, dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Backsong: (Current track in mulmed) Samsons - Penantian Hidup
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kyungsoo tidak ingat kapan tepat terakhir kalinya ia mempunyai keinginan untuk membunuh seorang Kim Jongin. Mungkin di saat mereka berada di atap sekolah yang sama, dengan emosi yang meledak-ledak, juga tidak perlu merasa bersalah jika pada akhirnya diantara mereka ada yang terluka.
Semaunya, sejak awal Kyungsoo mengenal Jongin dan hal pertama yang membuatnya membenci lelaki itu adalah sikap semaunya lelaki itu; bossy——menganggap semuanya bisa berubah sesuai dengan keinginannya. Itu adalah satu dari sekian banyaknya daftar mengapa Kyungsoo membenci Kim Jongin.
Sebab, bagaimana bisa Jongin berubah pikiran secepat itu?! Rasa-rasanya Kyungsoo ingin membongkar isi kepala Kim Jongin dan mengaturnya dengan susunan yang benar, siapa tahu lelaki itu sudah mengubahnya dan mengisinya dengan hal-hal menyebalkan.
"Ayolah, Kyungsoo."
"Tidak."
"Kyungsoo… temani aku ke dalam."
Kyungsoo mendengkus. Mengutuk kejadian beberapa saat yang lalu, dalam hati bertanya mengapa ia bisa sempat terlena dengan ajakan lelaki itu? Kyungsoo ingat, setelah Jongin mengatakan serentetan kalimat——yang menurutnya sangat terkutuk——diantara mereka hanya di isi dengan keheningan, namun secara tiba-tiba berubah menjadi tatapan panik ketika Jongin menarik tangannya untuk berdiri dan pergi dari kedai itu.
Dan, tanpa mengatakan sepatah kata, Jongin sudah membawanya pergi. Lalu, beberapa saat setelahnya sudah membelokkan mobil yang mereka tumpangi ke sebuah parkiran restoran lain yang lebih luas. Tampak elegan dan terang, ornamen-ornamen di dalamnya setara dengan warna emas yang menyilaukan, kesan restoran mewah memang benar-benar tersemat di sana.
"Hanya temani aku masuk, aku janji——"
Kyungsoo bergeming. "Aku tetap tidak mau."
Jongin mendesah. Mengulum bibirnya ke dalam selama ia memejamkan mata. Sudah lebih dari sepuluh menit mereka hanya berdiam diri di dalam mobil, dan sudah lebih dari sepuluh menit itu juga dia sudah berusaha membujuk Kyungsoo untuk ikut masuk ke dalam.