Fourteen • Andai

714 87 0
                                    

"Seperti apa Cinta yang tulus?
Ya seperti kita, berdekatan namun tak mengikat. "

- Azhira Silla Testasora.

------- ~ ------

Gadis itu bersandar di pinggir pagar berukuran setinggi pinggangnya. Menyilakan kedua tangannya di depan dada dengan tatapan kosong yang ada di depannya.

Cila benar-benar bingung apa yang harus dia lakukan, dengan apa yang terjadi siang tadi, pasti besok elsa akan menghajarnya dengan berjuta-juta celotehan dari bibir manis elsa.

"Lebih baik gue di pihak bagas, apa gue nyatuin elsa supaya pacaran sama bagas ya?" Cila beranjak untuk duduk.

"Gue tau bagas pasti bisa merubah sifat pasangannya lebih lebih yang dia suka, toh.. Bagas welcome waktu dia belum tau elsa matre kan itu artinya ada kesempatan elsa." gumam cila.

"Tapi masak iya walaupun dia nggak sama gue, gue biarin dia sama orang yang benar-benar gue benci."

"Dulu waktu ospek elsa udah ngerebut bang nevan dari gue, sekarang? Gue harus berdebat sama elsa lagi?"

Flashback on.

Hari pertama masuk sekolah.. Dimana panitia tlah berkumpul di satu aula besar dengan setelan memakai almet berwarna merah marun.

Cila terpana akan sosok yang menyuruhnya segera bergabung bersama siswa siswi lainnya.

Ya, dia adalah nevan. Seseorang yang ramah dengan penampilan cool-nya membuat siapa saja akan terpukau.

Namun, karena ketidak fokusan cila saat menatap nevan, membuat dirinya harus tersungkur di hadapan nevan. Ia sengaja di tabrak oleh seorang siswi tak lain adalah elsa yang ingin masuk.

"Ups." ujar elsa.

"Eh astaga, kamu ga papa?" sontak nevan langsung berjongkok membantu cila berdiri.

"Eng-enggak papa kak, gue bisa kok." jawab cila.

Elsa tersenyum sinis. "Yaela kak, gitu aja mah gausah ditolong. Kalaupun dia bilang nggak papa paling cuma menarik simpati kakak."

Cila menatap elsa dengan tatapan sinis.

"Kenapa liatin gue gitu. So, lo kira gue salah? Gue liat kok dari tadi lo peratiin kak nevan. Bilang kalo lo suka! Noh orangnya disebelah lo." bentak elsa.

Seketika muka cila memerah, memang benar jika dia menyukai kak nevan. Apalagi dengan care-nya kak nevan, semakin membuat cila membawa perasaan.

"Eh btw makasih kak, Gue duluan." cila tersenyum lantas berdiri mendekati elsa "TERSERAH!"

Perkataan itu lantas membuat elsa mengerang.

Saat jam istirahat elsa mencoba menghampiri cila yang sedang beristirahat di sebuah bangku Taman.

"Eh cila." cila menoleh.

Elsa sudah berada di hadapannya. "Lo jangan mimpi ya bisa dapetin kak nevan. Dengan cara songong lo tadi, gue semakin yakin besok lo bakal nangis ngeliat gue bakal jalan bareng kak nevan."

Cila yang mendengar langsung menutup buku yang ia baca dengan kuat dan berdiri. "Semoga beruntung." bisik cila di telinga elsa lalu pergi meninggalkannya.

"Lo liat besok cil, elo LI-AT!" pelik elsa.
Dan benar saja, besoknya cila melihat pemandangan nevan dan elsa beriringan memasuki area sekolah.

i Hope U CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang