Eighteen • Bagas kenapa?

746 97 22
                                    

"Hujan waktu langit tidak mendung, itulah aku... tau rasanya air mata turun saat bibir tersenyum."

- Azhira Silla Testasora.

------- ~ -------


"Lo nggak kenapa-napa kan?" tanya bagas setelah mereka sampai tepat di depan rumah cila.

Cila yang sedari tadi memikirkan sesuatu, langsung menoleh menatap bagas. "Ha- Nggak. Gue biasa aja gas."

"Tapi dari tadi lo tibatiba diam a-."

"Hmm, makasih ya gas gue banyak berterima kasih banget sama lo." cila mengenggam tangan bagas.

"Tapi maaf, gue harus buru-buru. Ntar guru vokal gue dateng." dusta cila, karena sebenarnya jatah dia les bukan hari ini. Cila sedang ingin menyendiri, meresapi perkataan dokter tadi 'scan' 'benjol'.  Ah itu membuat otak cila mengeras memikirkannya.

Cila turun dari mobil, dan langsung masuk kedalam rumah setelah hilangnya bagas dari penglihatannya.

Disaat kesibukannya menyetir, nada dering memecah keheningan dan kegiatan melamun bagas. Bagas mengambil handphone-nya.

Geri calling.

"halo.. Kenapa ger?"

"lo dimana gas?" tanya geri

"ini gue baru mau pulang kerumah."

"ha gue kesitu ya, ada yang mau gue omongin."

"Gue tunggu." simpel bagas.

Bagas menaruh kembali handphone itu dan mempercepat laju mobilnya.

Sesampainya dirumah.

"Assalamualaikum." sahut bagas.

Tak ada jawaban. Papa dan mamanya sibuk kerja sampai tak sempat berada dirumah kecuali pagi dan malam serta hari libur saja.

Bagas berjalan menaiki tangga dan langsung menuju kamarnya. Membaringkan tubuh atletisnya diatas kasur berlapis sprai berwarna biru navy.

Geri calling.

Bagas merogoh saku celananya dan menjawab panggilan itu.

"ger, lo masuk aja. Itu pintu ga gue kunci." jawab bagas.

"ah gila lo."

"gue baru nyampe kamar, males kebawah."

"yakin ni?"

"iya tenang aja."

"oke." geri menutup panggilan itu.

Tidak menunggu waktu cukup lama. Terdengar ketokan dari pintu kamar bagas.

"Masuk ger." ucap bagas.

Pintu terbuka dan memperlihatkan sosok lelaki memakai baju kaos merah celana jogger hitam sedang melihat sekitarannya.

"Widih gila kamar lo gas." seru geri melihat isi kamar bagas.

Bagas ikut menoleh melihat isi kamarnya, maklum kalau membuat geri takjub. Hampir sebagian kamarnya didominasi warna navy dan hijau dengan aksesoris berunsur basket.

"Kalau kamar gue begini, malas banget gue pergi sekolah." gumam geri dan berjalan menuju sofa kamar itu.

Bagas beranjak dari aktifitas baringnya dan duduk di pinggir kasur. "Kok lo tau ini kamar gue?"

i Hope U CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang