Permintaan Maaf

944 74 6
                                    

Bel pulang sekolah pun berbunyi, membuat seluruh lorong kosong di SMA Silabus mendadak penuh dengan tawa dan teriakan anak anak SMA yang sudah menantikan jam pulang. Berbagai perbincangan tentang gosip guru yang berpacaran, harga bakso dikantin yang naik, atau sekedar membicarakan cara mengakali pak satpam saat ingin telat berangkat sekolah bertebaran diseluruh penjuru SMA.

Sunny berjalan santai dengan Ratna keluar kelas dan menemukan Rein dan teman temannya sudah berdiri didepan lorong kelas X ipa 2. Sunny dan Ratna langsung saling pandang. Rein dan teman temannya yang sadar bahwa mereka terlihat oleh Sunny lalu kelabakan.

"Bersikap seperti biasa" kata Rein berbisik.

Aryo langsung mengelap jendela kelas dengan dasi mereka, Arka berjongkok dan menatap dinding sekolah dengan teliti seperti akan menemukan sesuatu disana dan bima menempelkan wajahnya dijendela seperti berusaha menyatu dengan jendela itu sendiri.

" Satu dua tiga empat lima" Rein mulai menghitung ubin dari depan kelas X ipa 2" dengan wajah serius sambil sesekali menoleh ke arah Sunny untuk melihat apakah Sunny masih menatap mereka.

"Na, mereka kenapa?" Tanya Sunny takut.

"Kaga tau. Aneh gitu. Yuk pulang, lewat tangga belakang aja" kata Ratna menggandeng Sunny lalu segera berjalan pergi.

Setelah mereka berdua pergi, rein dan teman temannya menghela nafas panjang lalu menghentikkan aktifitas mereka.

"Apanya yang bersikap seperti biasa? Tadi itu kita ngapain sih!" Kata Arka menepuk jidat.

"Gua sampe gak bernafas. Degdegan" kata Rein memegang jantungnya yang berdegup cepat.

"Jelas aja dia takut. Kelakuan kita udah kayak mau nyulik anak orang tau gak" kata Bima menimpali.

"Jendelanya sampe bersih gitu lo. Dasi gue nih berubah warna" kata Aryo menatap dasinya yang menjadi kotor.

"Yaudah ayo kita ikutin. Ntar keburu pulang" kata Arka serius.

Rein menatap teman temannya dengan memelas "tapi gue belum siapin kata kata"

"Itu gampang. Spontan aja" kata Arka menarik Rein untuk segera turun. Sesampainnya mereka dibawah, Rein melihat Sunny sedang berbicara dengan teman sekelasnya dan tak sengaja tatapan mereka bertemu.

"Lo harus nunjukin kalo lo tu cowo Rein!" Kata Bima menepuk bahu Rein semangat.

"Lo yang rambutnya pendek. Diem disana" kata Rein berteriak. Membuat semua  orang yang tersisa di parkiran menoleh ke arah Rein, Sunny menoleh ke asal suara dan menatap lurus ke arah mata Rein.

"Gila temen gue keren" kata Aryo pelan.

Rein berjalan dengan pelan ke arah Sunny, desir angin membuat bajunya yang sudah dikeluarkan berterbangan pelan terkena angin, seluruh pandangan tertuju pada Rein yang berjalan dan sekarang berdiri tepat didepan Sunny. Mendadak Rein terdiam menatap Sunny.

"Apa?!" Tanya Sunny galak.

"Lo .." Rein merasakan nyalinya menciut. Ini aneh. Rein bisa bertanding basket tanpa gugup sedikitpun, presentasi dikelas sendirian tanpa takut gagal, tapi kali ini, cuma harus minta maaf pada seorang gadis, dirinya menjadi ciut.

"lo tau gak harga cabai berapa sekarang? Gue denger naik" kata Rein tiba tiba dan membuat semua orang yang mendengarnya menganga.

"Gue sama temen temen gue mau buat rujak" kata Rein berusaha tetap tenang. Arka, Bima, dan Aryo menepuk jidatnya bersamaan.

"Itu, yang goblok disana temen lu?" Tanya Arka pada Aryo dan Bima. Mereka berdua menggelengkan kepala secara bersamaan.

"Harus diselamatin" kata Bima berlari diikuti oleh kedua temannya.

Hujan & MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang