Rein menyeruput kopi pada gelas di tangannya. Hari ini seperti biasa, sebelum berangkat ke sekolah, Rein duduk diwarung mbo Eni untuk minum kopi dan makan gorengan.
Biasanya Rein ditemani dengan Arka, namun hari ini Tabitha meminta Arka untuk pergi kesekolah bersama. Sedangkan, Bima dan Aryo adalah langganan telat datang ke sekolah, jadi mereka jarang ke warung mbo Eni, kecuali ada waktu. Warung mbo Eni tidak jauh dari sekolah, hanya tinggal berjalan lurus sedikit lagi saja.
Rein menarik nafas lalu menghembuskannya pelan, aroma tanah yang keluar menyeruak karena hujan lebat yang baru saja berhenti dan digantkan dengan gerimis selalu bisa menenangkannya. Pandangan Rein beralih pada Seorang gadis dengan seragam SMA dan payung pink transparan yang sibuk meloncati genangan air satu demi satu dengan senyuman dibibirnya. Senyuman khas anak kecil yang menyukai suatu hal.
"Sunny.." kata Rein menyapa lembut Sunny. Sunny menoleh dan tersenyum mendapati Rein ada dibelakangnya.
"Kak Rein, kok tiba tiba ada dibelakang?" Tanya Sunny bingung."Ini, lagi minum kopi" kata Rein menunjuk warung mbo Eni yang diikuti dengan anggukan tanda mengerti dari Sunny.
"Mau barengan ke sekolah?" Tanya Sunny kemudian.
"Bolehh, gue ambil tas dulu ya" kata Rein mengangguk lalu segera masuk ke warung mbo Eni untuk bayar dan mengambil tasnya.
Tak beberapa lama kemudian Rein sudah berjalan di trotoar bersama Sunny. Karena banyak jalan yang berlubang, genangan air tampak seperti kubangan yang sangat besar di aspal. Banyak motor motor yang tak sengaja menabrak air itu dan membuatnya berhamburan kemana mana.
"Suka hujan?" Tanya Rein berusaha mencari topik.
"Suka" kata Sunny menganggum semangat.
"Tapi kok namanya Sunny?" Tanya Rein tertawa kecil.
"Karena papa mau aku selalu jadi perempuan yang cerah" kata Sunny tersenyum mengingat ayahnya.
"Perempuan cerah?" Tanya Rein bingung.
"Apapun yang terjadi. Harusnya hanya senyuman yang kau lihat padaku. Itu definisi perempuan cerah" jawab Sunny menerangkan. Rein tersenyum menatap gadis disampingnya.
"Kak Rein sendiri, suka hujan?" Tanya Sunny penasaran.
"Ayah ibu gue yang suka. Katanya mereka ketemu pertama kali waktu hujan. Jadi gue deh sasaran kenangan mereka" kata Rein tertawa geli.
Sebuah mobil sedan dari arah belakang melaju kencang, menabrak genangan yang tepat berada disamping Rein dan Sunny. Dengan cepat Rein langsung memeluk Sunny, dan membiarkan seluruh bajunya terkena cipratan kotor dari air hujan yang sudah bercampur dengan tanah. Sunny terkejut dan melepaskan payung ditangannya. Kini hujan gerimsi mulai membasahi kepalanya.
"Kayaknya kerjaan kita pelukan terus ya" kata Sunny tertawa kecil dalam pelukan Rein.
"Uh .. maaf" kata Rein segera melepaskan pelukannya dari Sunny.
"Harusnya kakak gak perlu lakuin itu, liat bajunya kakak jadi kotor" kata Sunny menatap seragam Rein yang sudah kotor dengan air dan tanah sedangkan seragamnya sendiri tetap bersih.
"Gapapa, gua mah udah biasa kotor. Kalo lo, harus bersih sampe nanti bel pulang sekolah" jawab Rein tertawa.
"Kak, bisa nunduk bentar gak?" Tanya Sunny sambil mengambil sarung tangan ditasnya. Rein merendahkan badannya lalu menundukkan kepala, Sunny segera membersihkan bagian belakang kepala Rein yang kotor. Rein terdiam, ini pertama kalinya seorang perempuan menyentuh kepalanya selain ibunya.
"Sudah" kata Sunny mengelus kepala Rein sekali lagi. Rein menengadahkan kepalanya dan tersenyum, entahlah.. hanya terasa nyaman bersama Sunny.
"Yuk jalan, nanti telat" kata Rein melihat kearah Sunny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan & Matahari
Ficção AdolescenteHujan turun semakin deras, Rein mengernyit dan menghentikan langkah kakinya. "kenapa gak mati sekarang aja? Apa bedanya sama mati besok?" Kata Rein pada dirinya sendiri. Rein menghela nafas panjang lalu berjongkok dirumput, menghela nafas panjang se...