Laki laki dan Logika

941 73 0
                                    

Setelah peristiwa bertengkar dengan Rein dibawah pohon kekasih. Sunny lebih memilih untuk menghindar setiap bertemu dengan Rein dan teman temannya. Saat masuk kelas pun Sunny lewat tangga belakang yang langsung menuju ke gerbang sekolah. Sebisa mungkin Sunny berusaha agar Rein tak melihat dirinya namun agar Ratna tak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

"Sun kekantin yuk, pengen makan mi ayam" kata Ratna menggandeng tangan Sunny.

"Ikutan, mau jus" kata Sophie berdiri didepan Sunny.

"Iya, ambil uang dulu" kata Sunny mengambil uang di dompetnya dan bergegas menyusul Ratna dan Sophie yang sudah berdiri didepan pintu.

"Sun mau apa?" Tanya Ratna ketika mereka sudah menemukan tempat duduk dipojok ujung belakang.

"Mau mie ayam juga. Tapi jangan pedes ya, Sunny gak bisa pedes" kata Sunny tertawa.

"Sip deh" jawab Ratna sambil bangun dari tempat duduknya.

"Udah, gue aja. Sekalian mau pesen jus. Lo berdua tunggu disini aja" kata Sophie memegang tangan Ratna agar duduk kembali.

"Tumben lo" kata Ratna heran.

"Iya sekali kali kan" jawab Sophie santai sambil berjalan meninggalkan Ratna yang menatapnya curiga.

Sunny meletakkan kedua tangannya diatas meja lalu menatap seluruh isi kantin, saat itulah tatapannya bertemu dengan Rein yang sudah menatapnya dari awal masuk ke kantin. Rein yang berada di meja pojok depan bersama Aryo, Bima, dan Arka menatap Sunny dengan heran. Ia masih bertanya tanya mengapa waktu itu jantungnya berdegup aneh saat memegang tangan Sunny.

"Nih" tepat saat Sunny mengalihkan pandangannya, Sophie datang dengan dua mangkuk mi ayam di tangannya dan segera meletakkan dimeja.

"Gua ke toilet dulu ya. Mendadak perut gua sakit" kata Sophie segera berlari meninggalkan Ratna dan Sunny yang hanya terdiam melihat sophie yang bersikap aneh. Namun semua tampak jelas saat Ratna makan dan menyemburkan kuah mi ayam tepat di wajah Sunny.

"Wuanjirr, rasa cuka doang" kata Ratna mengernyit. Sunny segera menutup matanya karena kuah bakso yang mengenai wajahnya.

"Duh Sun sorry, gila gue gak ada tisu. Tunggu disini ya" Ratna segera meninggalkan Sunny untuk mengambil tisu, beberapa saat kemudian wajah sunny dilap dengan sapu tangan.

"Gila na, aku sampe gak berani buka mata sama ngomong" kata Sunny tertawa geli setelah ia merasa bahwa wajahnya sudah bersih dari muncratan kuah mi ayam Ratna.

"Udah bersih, tapi buat jaga jaga. Mending cuci muka" kata Rein meletakkan sapu tangannya diatas meja makan lalu bangun dari tempat duduk.

"Yuk ke lapangan basket" kata Rein santai kepada sahabat sahabatnya yang berdiri dibelakangnya dan tampak  bingung dengan apa yang  dilakukan Rein. Setelah Rein dan teman temannya pergi, Sunny segera mengambil sapu tangan Rein dan mengajak Ratna yang masih kaget untuk keluar kantin.

"Sun, apaan tu tadi. Gue dateng bawa tisu. Tapi gue liat kak Rein udah duduk didepan lo. Ngelap muka lo pake sapu tangannya dia. Gue jadi bingung mau ngapain, jadi gue berdiri aja disamping temen temennya dia. Udah kayak mau paduan suara aja rasanya berdiri jejeran gitu." kata Ratna tertawa geli.

"Itu, kakak kelas yang waktu itu aku omongin ke Ratna" kata Sunny sambil membasuh wajahnya di wastafel taman sekolah.

"Waktu itu?" Tanya Ratna pada dirinya sendiri. Berusaha mengingat ingat kapan Sunny pernah membicarakan kakak kelas.

"Yang Sunny dorong. Sampe jungkir balik" kata Sunny mencoba mengingatkan.

"Astaga Sun! Itu kak Rein! Sun lo gila bener. Kalau kak Rein cewe, dia itu ibaratnya kembang desanya sekolah kita! Gila lo bener! Gue seumur umur gak pernah liat kak Rein berduaan sama cewe! Apalagi sampe ngelakuin hal yang barusan dia lakuin ke elo" kata Ratna tak bisa menyembunyikan kehebohannya.

"Seumur umur?! Emang dia sodara kandung Ratna?" Tanya Sunny sewot

"Ya bukansih, tapi kalo dia jadi sodara kandung gue. Gue juga gak nolak" kata Ratna terkekeh.

"Rein atau siapapun namanya. Menurut Sunny, dia itu gila. Waktu itu dia bilang kalo dia gak mau pacaran sama Sunny. Tapi sekarang malah kayak gini didepan semua orang" kata Sunny sebal.

"Gak mau pacaran sama Sunny?" Tanya Ratna bingung.

"Sunny ngajak kak Rein pacaran?" Tanya Ratna dengan senyuman geli.

"Ih bukan gitu naa" kata Sunny mulai menyadari bahwa yang maksud dan yang Ratna pikir itu berbeda.

"Cie Sunny, baru masuk sehari udah nembak kakak kelas lo. Harus diumumin ke kelas nih" kata Ratna jahil lalu segera berlari.

"Ratnaa!!"
                            ...
"Rein, barusan lo ngapain?" Tanya Arka saat mereka semua duduk dilapangan basket.

"Sekarang gue inget tu cewe siapa. Dia yang waktu itu dorong lo kan?" Kata Bima mengingat ingat.

"Siapa coba yang buat gue sampe harus nyelamatin dia?" Tanya Rein kesal sambil melotot ke arah Bima dan Aryo yang terkekeh.

Rein menghela nafas lalu menceritakan seluruh kejadian versinya dan tentang jantungnya yang berdegup aneh saat memegang tangan Sunny. Seluruh temannya mendengarkan dengan serius seperti mendengar pidato dari kepala sekolah ketika ada murid yang ketauan mencoret coret kamar mandi guru dengan tulisan 'i love mbo Darmi'.

"Kalo menurut pengamatan gue nih. Lo kurang minum air putih Rein, makanya jantung lo berdegupnya aneh" kata Bima dengan tampang serius.

"Seriusan gitu? Menurut gue sih gara gara Rein gak pernah megang tangan cewe kecuali ibunya sama mbo Darmi yang jualan siomay di kantin" kata Aryo yakin dengan pendapatnya.

"Lo semua bego ya? Gitu aja gak ngerti. Dasar. Untung gue udah pengalaman soal cewe. Rein, lo itu pasti ngerasa bersalah karena lo bentak dia sebelumnya. Lo harus minta maaf. Setelah itu lo bakalan biasa lagi" kata Arka dengan yakin.

"Gue kira gue jatuh cinta" kata Rein pelan. Seluruh temannya saling pandang lalu tertawa terbahak bahak.

"Gue serius setan" kata Rein meninju pelan jidat Arka.

"Gue lebih serius Rein. Jatuh cinta gak segampang itu kali. Contohnya gue sama Tabitha. Butuh ketemu berkali kali, chattingan, pergi bareng. Nah lo, baru juga ketemu dua kali. Itupun engga sengaja." kata Arka masih dengan sisa tawanya.

"Bener juga ya." kata Rein menatap lapangan basket dengan tenang.

"Kalo soal cewe. Logika kita harus main" kata Arka menatap teman temannya.

"Wah untung kita punya Arka. Jadi gak keliatan banget ya bodohnya kita soal cewe" kata Bima dengan bangga. Rein dan aryo hanya mengangguk angguk dengan serius.

Hujan & MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang