#13 It's Hurt

762 84 15
                                    

"Hh mollaso, aku terlalu takut sekarang."

"Untuk apa?"

"Untuk sesuatu yang harus kulindungi. Aku takut suatu saat itu akan lepas dari genggamanku."

***

Sepasang mata indah yang dimiliki oleh gadis blasteran Korea - Canada itu perlahan terbuka. Sedikit memfokuskan penglihatannya pada ruangan yang tak asing baginya.

'Sial, kenapa aku berada di tempat ini lagi.' Hatinya bermonolog dengan fisik yang masih lemas.

Gadis itu jenuh, untuk kedua kalinya ia berada di tempat ini. Pasalnya yang merepotkan adalah posisinya sebagai seorang idol. Karena bila seorang idol sudah terluka, seolah tak ada ampun bagi mereka untuk tetap bersikap profesional di depan fans.

Bukannya Wendy tak mampu bersikap professional justru ia adalah salah satu idol yang paling professional. Tapi yang ia takutkan adalah netizen bosan dengan kondisinya yang seperti orang lemah. Entahlah ia merasa begitu karena 1 tahun terakhir ini ia masuk rumah sakit sebanyak dua kali dalam kondisi yang sama, lebam.
Yah mungkin yang membedakan adalah penyebab wajahnya lebam.

Tunggu, Kyungsoo? Dimana dia? Seharusnya pria itu menggenggam tangan Wendy dan meminta maaf. Walaupun yang gadis itu harapkan adalah kekasihnya baik baik saja, itu sudah cukup baginya.

Drrtt

Pintu kamar pasien terbuka perlahan menampilkan sosok pria paruh baya yang diketahui itu adalah ayahnya Wendy.

Oh tidak, kenapa beliau bisa datang ke sini? Jauh jauh dari Canada hanya untuk menengok putrinya? Tentu tidak hanya itu. Ayah Wendy ingin berbicara serius dengan putrinya.

Perlahan ia mendekat dan Wendy yang menyadari hanya tersenyum tipis tanpa bisa menyembunyikan rasa takutnya itu.

"Da--daddy?" gumamnya lemah dengan senyum yang dipaksakan.

"Are you okay?" Tanya ayahnya dengan senyum tulus disusul dengan lengannya yang kini mengelus surai kecoklatan Wendy dengan sayang.

"Ye.. yeah, i'm fine." Jawab Wendy berbohong.

"No.. you're not fine either." Seolah tahu apa yang terjadi pada putrinya. Sang ayah terlihat memasang raut wajah kecewa seolah menyesal tidak berada di samping Wendy selama ini.

"..."

Hening seketika.
Hanya ada hembusan angin dari kaca jendela, itu cukup menenangkan sehingga Wendy ingin beranjak dari ranjang pasien dan menghirup semilir angin itu sambil menjulurkan lengannya membiarkan kulit putih mulusnya diterpa angin sejuk pagi ini. Tapi ayahnya membuat suasana takut muncul dalam dirinya.

"Putriku?"

"Ndee abeoji?"

"Setelah kau sehat ayah ingin bicara serius padamu."

"Ndee araseoyo" (baik, aku mengerti)

***

'braakkk'

Tiba tiba seseorang membuka pintu dengan kasar dan tergesa gesa.

"Chagiya! Gwenchanayo?" Pria itu langsung menghampiri gadis yang terduduk di ranjangnya.

"Oppa, apa kau marah? Aku bisa jelaskan semuanya padamu, maafkan aku." Cicit Wendy ketika mengira D.O akan menghakiminya karena mencium pria lain.

"Sttt-- aniya harusnya aku yang minta maaf padamu chagi." Gumam D.O sambil mengecup puncak kepala Wendy lembut. Sesekali pria itu membelai surai Wendy dengan sayang.

"Ekhhmm." Ayah Wendy berdehem keras ketika merasa keberadaannya tak dihiraukan di sana.

"Eoh? Dangshin abeojiseyo?" (Apakah anda ayahnya?)

yang ditanya, hanya tersenyum simpul sambil mengangguk pelan.

"Naleul yongsohae abeoji." Ucap D.O meminta maaf karena tanpa sengaja telah bersikap lancang di hadapannya. Seraya membungkukkan badannya 90° dan ayah Wendy terlihat senang dengan perlakuan D.O terhadap putrinya.

"Kyungsoo? Bisa ayah bicara sebentar padamu?"

"Ndee. Tentu saja." Samar samar ia terlihat meneguk salivanya berat. Berpikir apa yang akan dikatakan ayahnya yang mungkin bisa saja menjadi ancaman bagi hubungan mereka kedepannya.

Ayah Wendy keluar kamar dan Kyungsoo mengekor dibelakangnya.

"Chagi, tunggu aku sebentar ya?" Bisik D.O sesekali berbalik pada kekasihnya itu.

***

"Hmm kenapa mereka lama sekali? Aku khawatir ayah bicara yang aneh aneh."

Wendy mencoba beranjak dari kasurnya sambil mendorong tiang tipis yang di atasnya sudah tergantung cairan infus yang tersambung pada punggung tangan Wendy. Ia berjalan melangkah keluar kamar dan mencari sosok kedua pria yang disayanginya.

Tapi nihil kedua orang itu nyatanya tak ada di manapun. Wendy akhirnya pergi untuk mencari udara segar setidaknya ia masih bisa berjalan dengan baik meskipun sambil mendorong tiang infusan bersamanya.

Sampailah ia di rooftop. Semilir angin menerpa kulit putihnya membuat sensasi sejuk menjalar di sekujur tubuhnya. Bahkan rambut yang tersibak oleh angin pun tak di hiraukannya. Kini keinginannya untuk menghirup udara segar terkabulkan. Ia memejamkan matanya menikmati cuaca hari itu hingga tiba tiba..

Tes.. tes..

Bulir bulir hujan menetes perlahan ke bumi. Wendy hendak berbalik untuk berteduh namun tangan seorang pria telah lebih dulu memeluknya dari belakang.
Bahkan ia menyandarkan dagunya pada bahu Wendy membuat jantung gadis itu seakan mau berlari dari tempatnya saat ini. Siapa lagi kalau bukan D.O? Bahkan aroma tubuhnya sudah tercium membuat Wendy semakin memompa jantung. Kenapa aroma kekasihnya itu sangat memabukkan? Kenapa pula ia bisa muncul tiba tiba di sini?

Ya, tadi pria itu melihat Wendy keluar dari kamar pasien. Lalu ia mengikutinya diam diam sampai berakhir di rooftop saat ini.

"Chagi~ah." Gumam Wendy berusaha menggenggam tangan kekasihnya itu dan berusaha berbalik namun D.O kembali menahannya.

"Biarkan seperti ini dulu Wan~ah." kata D.O manja bahkan mungkin itu terdengar seperti luka yang tengah di alami olehnya. Ia menggenggam erat pinggang Wendy seperti akan kehilangan sosok gadis yang ia cintai dalam sekejap. Namun ia tidak sendiri. Tangan kanan Wendy kini beralih pada puncak kepala D.O lalu mengelus surai kekasihnya itu dengan sayang. D.O memanggilnya dengan sebutan Wan-ah, ia suka itu sangat menyukainya.

Wendy bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi pada kekasihnya itu. Tapi seakan menikmati suasana mereka saat ini. Wendy pun mengurungkan niatnya untuk bertanya.

D.O memeluk Wendy dari belakang sedangkan dagunya ia topang pada bahu kanan Wendy. Pria itu memejamkan mata merasakan kehangatan dalam dirinya. Seolah momen ini adalah yang terakhir, mereka terlihat romantis meskipun hujan tengah turun setetes demi setetes tapi cukup membuat pakaian mereka basah.

Sejenak terlihat cairan bening yang menetes melewati pipi. Oh siapa ini? Apakah D.O menangis? Ya, sepertinya pria itu sedang terpukul sekarang. Untung saja air matanya ikut mengalir bersamaan dengan tetesan hujan di langit jadi Wendy tidak tahu kalau D.O sedang menangis saat ini.

'Sayang ini menyakitkan, bagaimana bisa kita dipertemukan sebagai seorang idol jika suatu saat hubungan kita akan berakhir?'

Batin D.O berteriak seakan ingin mengutarakannya pada Wendy namun itu sangat sulit baginya.

~To Be Continued~

Please keep vote and comment everytime you read this story, thank you ❤

OFF For You [Wensoo] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang