Oneshoot - First Step

2.1K 200 5
                                    

Sebelumnya aku ucapin makasih banget-banget yang udah sempet mampir meski cuma baca judul doang, yang baca dari awal sampe akhir atau yang baca depannya doang, yang cuma ‘sekedar baca’, yang sempet kasih bintang bahkan repot-repot mau comment di ff yang nggak seberapa bagus ini (map authornya masih amatir). Aku seneng kok dengan apa pun bentuk apresiasi kalian dengan karya aku. Thanks a lot. 😘😘😘😘😘
Bagi yang masih cari-cari SEULHUN story, aku punya work baru ‘LOVE like this’. Kalo ada waktu luang mungkin bisa ditengokin sebentar kesana, kebetulan bukan oneshoot jadi aku nggak masukin disini. Hope u guys enjoy the story.
Maap karena kebanyakan cuap-cuap nggak penting, intinya mau bilang makasih aja, hehe…
And now, I have another SEULHUN story –again. Check this out!

***

Musim panas kali ini benar-benar panas dan membuat Seulgi lebih cepat merasa lelah di sela-sela latihan. Beruntung karena sesi latihan kali ini selesai lebih cepat. Mereka sedang mempersiapkan untuk debut jadi jadwal latihan diperketat mendekati waktu debut tiba.
“Seulgi-ah!”
Gadis bermata sipit itu mengarahkan pandangannya pada sumber suara, manajernya. Dia mengangguk sejenak kemudian mengikuti isyarat wanita yang berusia beberapa tahun di atasnya, hampir seusia dengan Irene tapi sedikit lebih muda.
Mereka menuju satu ruangan yang kosong, biasanya dipakai untuk rapat atau meeting dengan kapasitas yang kecil. Setelah menutup rapat pintu ruangan itu, manajer Red Velvet memfokuskan dirinya pada salah satu member Red Velvet yang siap debut itu.
“Ada sesuatu, eonnie?” tanya Seulgi bingung, pasalnya mereka tidak biasanya bicara berdua secara pribadi seperti ini. Perempuan yang biasa dipanggil Jiyoon Eonnie itu menatap gadis di hadapannya penuh seilidik, dengan kedua tangannya dilipat di dada semakin besar perasaan terintimidasi dari lawan bicaranya.
“Aku tahu tentang hubunganmu dengan EXO Sehun.” ujarnya tanpa basa-basi, Jiyoon bahkan mengatakannya dengan lugas dan tegas.
Seulgi menghela napas panjang sebelum kembali membalas tatapan Jiyoon, otaknya diam-diam bekerja mencari alibi untuk beradu argument dengan manajernya ini. Hubungan rahasianya dengan Sehun sudah terjalin selama 2 tahun belakangan, dimulai setelah Sehun resmi debut sebagai anggota EXO dan mulai meraih popularitasnya. Tapi mereka bisa menyimpan ini baik-baik selama 2 tahun, tidak banyak orang yang tahu, hanya Kai dan Suho saja. Bahkan member Red Velvet tidak mengetahui perihal hubungan ini.
“Eonnie, aku…”
Belum sempat menyelesaikan pembelaannya terhadap terbongkarnya kisah cintanya, Jiyoon sudah memotong pembicaraan Seulgi, “Itu tidak salah. Hal yang wajar untuk gadis seusiamu.”
Jiyoon memberi jeda sejenak pada kalimatnya, sungguh dia bukan tidak suka dengan hubungan Sehun dan Seulgi, dia hanya khawatir saja, “Tapi…melihat bagaimana keadaannya sekarang, apa kau masih berpikir bahwa itu mungkin?”
“Aku tau ini cukup beresiko, Eonnie…”
“Kau tau EXO, Seul? Mereka grup populer, bahkan bisa dikatakan grup terpopuler saat ini. Sekali saja muncul skandal, dampaknya bukan hanya pada EXO tapi lebih kepada dirimu.”
“Kau baru saja akan memulai langkahmu. Jika skandal dirimu dengan Sehun terbongkar, sejujurnya aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padamu selanjutnya.”
Bukan mengancam, hanya memperingatkan saja. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, juga sebagai seorang gadis yang pernah seusia dengan Seulgi, Jiyoon berusaha menjaga agar gadis itu tidak lengah.
“Kau mengorbankan banyak hal untuk berada di titik ini, jangan sampai kau menghancurkan impianmu sendiri hanya karena kecerobohanmu. Arrasseo?” Jiyoon menepuk pelan bahu Seulgi sebelum meninggalkan gadis itu seorang diri. Seulgi termenung, menyerap secara kasar kata-kata Jiyoon yang berdesakan masuk ke dalam otaknya. Ada yang ingin ia percayai, ada juga yang tidak.

***

Mengejar impian menjadi seorang idol membuat Seulgi sepenuhnya sadar bahwa banyak hal yang harus ia korbankan. Pendidikan, keluarga, teman dan waktu. Bahkan ketika impian menjadi idol dapat terwujud pun, masih ada yang perlu dikorbankan. Hidupnya sepenuhnya diatur oleh opini publik. Segala yang ia dedikasikan sepenuhnya untuk kebahagian sekumpulan orang bernama ‘fans’.
Tidak. Bukan. Seulgi bukan ingin menyalahkan fans, mendapatkan cinta yang begitu besar dari banyak fans tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi seorang idola. Tapi jika cinta yang didapatkan terlalu posesif, bukankah segala sesuatu yang berlebihan itu tidak akan pernah baik?
Ceklek.
Seketika ruangan itu terang benderang setelah sakelar lampu dinyalakan oleh Sehun yang sedari tadi sengaja menanti Seulgi di luar ruangan. Awalnya ia pikir gadis itu sudah pulang ke dorm dan beristirahat, tapi menyadari Seulgi masih ada di ruang latihan dalam keadaan gelap gulita diam-diam membuat senyumnya merekah sekaligus heran.
“Ku pikir kau sudah pulang.”
Gadis beruang itu, Seulgi, mengulum senyum. Lalu menerima uluran tangan Sehun untuk membantu dirinya berdiri. Sehun mengacak pelan kepala Seulgi, basah. Gadis ini sepertinya terlalu banyak latihan.
“Kenapa mematikan lampu?” tanya Sehun heran, karena lampu yang padam, ia berpikir Seulgi sudah meninggalkannya. Padahal sebelumnya mereka berjanji untuk bertemu setelah latihan selesai.
“Ingin saja.” Ujar Seulgi, kedua bahunya terangkat acuh. Kemudian berjalan melalui Sehun menuju ranselnya, mengambil handuk yang diletakkan disana.
“Ada apa?” Sehun mengekorinya, menangkap gerak-gerik aneh dari gadis itu. Rasanya Seulgi seperti sedang menjaga jarak dengannya. Beberapa hari mereka tidak bertemu, bahkan sekedar berbalas pesan pun tidak. Dan ketika ada waktu untuk bertatap muka, gadis itu malah terkesan acuh padanya.
Seulgi tersentak ketika tangan panjang Sehun melingkari perutnya, memeluknya dari belakang membuat punggung Seulgi menempel sempurna pada dada bidang Sehun.
“Sehun-ah, aku berkeringat.” Tolak Seulgi, terlihat risih dan canggung. Lebih tepatnya berusaha menghindar dari Sehun, pikirannya sedang kacau saat ini.
“Lalu kenapa?” bukannya melepaskan Seulgi, Sehun malah mempererat pelukannya pada gadis itu, meletakkan dagunya di bahu Seulgi. Sungguh, Sehun sangat merindukan gadisnya.
“Bagaimana kalau ada yang melihat?”
“Biarkan saja!” tak peduli, Sehun menyamankan diri untuk memeluk gadisnya semakin erat. Dia bahkan memejamkan matanya, menikmati waktu bersama Seulgi adalah yang paling ia tunggu. Jadi Sehun tidak akan pernah menyia-nyiakannya begitu saja.
“Kau keras kepala sekali!” sungut Seulgi.
“Kau tau aku keras kepala, lalu kenapa berdebat denganku? Biarkan saja aku memelukmu sebentar! Apa kau tau berapa banyak aku merindukanmu?”
Hening. Keduanya terlarut dalam perasaan masing-masing, mencari sebuah kenyamanan lewat pelukan yang hangat. Lama sekali rasanya mereka tidak memiliki waktu bersama seperti ini. Seulgi disibukkan dengan persiapan debutnya bersama grup yang diberi nama ‘Red Velvet’ dan Sehun –sebagai anggota EXO yang sedang sangat digandrungi para remaja, tentu saja jadwalnya sangat padat.
“Kau terlihat manis dengan rambut seperti ini.” komentar Sehun begitu mengamati rambut ombre Seulgi. Sehun tahu Seulgi sangat menyukai warna kuning-oranye, warna itu sangat cerah dan ceria persis seperti kepribadian gadisnya.
“Apa kau sedang menghiburku? Aku…” Seulgi menyentuh ujung rambutnya yang berwarna oranye, “…merasa aneh dengan model rambut seperti ini.”
“Kau sangat cantik!” Sehun mengacungkan kedua jempolnya, menandakan bahwa penampilan Seulgi –bagaimanapun, selalu membuatnya terpukau.
“Sehun-ah, apa menurutmu semuanya akan baik-baik saja?” nada suaranya berubah serius, tatapan Seulgi kembali sendu saat menanyakan tentang kelanjutan hubungan ini dengan Sehun secara tersirat. Kedua tangannya yang berkeringat menggenggam erat tangan Sehun, mencari keyakinan bahwa apa yang ia khawatirkan tidak akan mengganggunya.
“Ada apa? Terjadi sesuatu? Atau…seseorang mengatakan sesuatu padamu?”
“Sebenarnya…” Seulgi ragu-ragu, apakah ia harus menceritakan tentang Jiyoon atau tidak. Ia juga bimbang langkah apa yang harus ia ambil selanjutnya. Setelah percakapannya dengan Jiyoon, semakin banyak yang ia pikirkan. Seulgi tidak ingin menjadi egois dan mementingkan kepentingannya sendiri di atas kepentingan grup. Tapi ia juga tidak bisa meninggalkan Sehun.
“Ya?” pria itu dengan sabar menunggu gadisnya berbicara. Ia yakin ada sesuatu karena Seulgi berubah.
“Jiyoon Eonnie tahu tentang hubungan kita.”
Sehun terkejut tapi ia pandai menyembunyikan ekspresi wajahnya sehingga terlihat tenang dan biasa saja di hadapan Seulgi. Sebenarnya dari awal Sehun sudah menduga hal-hal seperti ini akan terjadi, perlahan akan semakin banyak orang yang tahu tentang hubungan rahasianya dengan Seulgi. Tapi harus bagaimana? Sehun sangat mencintai Seulgi, ia tidak akan menyerah meski banyak yang menentangnya.
“Dia…tidak memintaku untuk mengakhiri hubungan denganmu, maksudku dia memang tidak memintaku melakukan itu secara langsung tapi…dari arah pembicaraannya…dia…dia seperti ingin aku mengakhirinya.” Gadis itu mulai terbata saat menjelaskan bagaimana Jiyoon seolah memberi tekanan padanya, dadanya sesak hingga air matanya tanpa sadar keluar.
Sehun tercekat, dia membimbing Seulgi dalam pelukannya, membiarkan gadis itu menumpahkan segala rasa sesak di dadanya. Dia tahu mungkin banyak kesulitan yang harus dilewati Seulgi karena hubungan ini. Sehun sendiri meski memiliki keyakinan tetap bersama Seulgi dalam keadaan apa pun, nyatanya ia tidak mempunyai keberanian untuk mengatakan pada dunia bahwa Seulgi adalah miliknya. Bisa bersembunyi sampai selama ini sudah merupakan suatu keberuntungan bagi mereka, lalu bagaimana selanjutnya?
Seulgi merasa sangat tenang dalam pelukan Sehun tapi seketika ingatan tentang perjuangannya selama menjadi trainee, kekecewaannya saat debutnya terus ditunda hingga 7 tahun lamanya terus menghantamnya hingga membuatnya terusik. Pengorbanannya begitu besar, perjuangannya juga berat. Lalu kenapa ia harus mengalah lagi untuk rasa cintanya pada Sehun? Seulgi mendorong pelan dada Sehun agar memberi jarak pada keduanya. Tangannya mengepal erat, kepalanya menggeleng pelan.
“Kita harus berakhir.” Ujar Seulgi berat, suaranya sangat pelan nyaris berbisik hingga hampir tak terdengar.
Kali ini Sehun benar-benar dibuat terkejut oleh keputusan Seulgi, tidak lagi bisa mengatur ekspresi wajahnya seperti yang ia inginkan. Jika menyangkut Seulgi, dia sangat lemah. Mata Sehun mulai berkaca-kaca meski ia ingin meyakini bahwa yang didengarnya hanya sebatas halusinasi. Sehun menatap gadis itu dalam, mencari jawaban atas kesungguhan dari kalimat yang ia ucapkan beberapa saat lalu.
“Seulgi-ah, kau tidak percaya padaku?” tanpa sadar Sehun meremas bahu Seulgi, memuntahkan rasa kecewanya.
“Aku tidak bisa…” tangisnya pecah, bukan karena Sehun yang meremas kuat bahunya, tapi karena rasa sakit di hatinya tidak lagi mampu ia bendung. Berpisah dari Sehun adalah hal terburuk dalam hidupnya. Sejak dulu ia yakin bahwa Sehun dan dirinya akan selalu bersama dalam keadaan apa pun, tapi waktu mengikis semuanya, keadaan telah merubah pola pikir Seulgi terhadap hubungan keduanya. Mereka bukan lagi anak belasan tahun yang bisa dengan mudah terjebak dalam segala macam picisan atas nama cinta.
“Kau mungkin akan baik-baik saja jika hubungan kita terungkap nantinya, tapi bagaimana dengan aku? Bagaimana dengan member Red Velvet lainnya yang bahkan nama grupnya tidak dikenal orang?”
Tangis Seulgi mulai mereda, Sehun tidak banyak menanggapi kata-kata Seulgi karena pria itu masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya saat ini. Tidak ada masalah apa pun di antara keduanya, yang menjadi masalah adalah keadaan di sekitar mereka.
“Aku tidak ingin bersikap egois dan menyakiti member Red Velvet yang lainnya. Kita baru memulai langkah ini dan aku tidak ingin menjatuhkannya dalam sekejap. Butuh waktu 7 tahun bagiku untuk bisa berdiri di panggung yang sama denganmu, banyak hal yang aku korbankan. Tapi…untuk bisa bertahan di panggung itu, aku sadar bahwa masih ada yang harus aku korbankan.”
Sehun menggeleng, menentang pemikiran Seulgi, “Tidak! Kau tidak egois! Aku tahu kau memikirkan banyak hal, tapi…aku selalu bersamamu kan?”
“Itu karena kau hanya memikirkan tentang dirimu sendiri!” Seulgi melepas kasar lengan Sehun yang mulai melonggar di bahunya, dia marah pada Sehun, pada apa yang dikatakan Sehun.
“Apa maksudmu? Kau tahu sedikitpun aku tidak akan pernah membiarkanmu terluka.”
“Seberapa besar kekuatanmu untuk bertahan?
Sehun melangkah mundur, pandangannya tidak fokus. Yang ia tangkap dari perkataan Seulgi sepanjang ini adalah fakta bawah Seulgi ingin hubungan mereka berakhir disini. Hanya sampai disini saja.
“Kau memang egois, Seul!” ucap Sehun tajam, tatapannya berubah pesakitan. Napasnya berat menahan kekecewaan yang dengan kilat mendarah daging, “Kau bahkan menghancurkanku untuk ambisimu. Benar, kau memang berkorban banyak. Kau hanya melihat dirimu sendiri, bagaimana kau berjuang, bagaimana kau berkorban, bagaimana rasa sakit hatimu, bagaimana rasa kecewamu.”
“Ya, kau memang benar. Kau sangat sangat egois hingga hanya melihat penderitaanmu sendiri sebagai alibi untuk menghancurkanku!”
“Selamat atas debutmu, dan ambisimu yang telah tercapai….Red Velvet Kang Seulgi!”
Sehun berlalu, benar-benar meninggalkan Kang Seulgi seorang diri. Setelah merasa dirinya telah hancur sepenuhnya karena keputusan yang dibuat oleh gadis itu. Sehun tak tahu lagi apakah setelah ini dia akan bisa kembali baik-baik saja, ketika ia sadar bahwa ia tidak akan pernah bisa hidup tanpa Kang Seulgi.

Perfection (SEULHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang