Hai readers,..
jangan lupa follow my Akun Yah
like dan pasti coment cerita ini..Vantage S 2011 itu membelah jalan dengan kecepatan tinggi. Jarum speedometer menunjukkan angka 220. Dahi itu mengkerut. Jari-jarinya menekan erat stir. Mata kelam dibalik Rayban hitam itu fokus ke arah jalanan. Sean, lelaki yang menyetir mobil mewah itu sudah tidak peduli dengan kecepatan mobilnya yang melewati batas normal. Tidak peduli klakson mobil lain yang berbunyi keras. Terus menerobos lampu lalu lintas. Beberapa kali dia hampir menabrak pengguna jalan yang lain, dan untungnya Sean cepat membanting stir ke arah lain.
Kakinya makin kuat menginjak pedal gas. Terus melaju hingga rumah mewah berlantai dua yang sudah terlihat dibalik Rayban hitam yang dikenakannya. Laki-laki itu mengendurkan injakan gasnya. Memutar kunci dan menariknya. Sean menghembuskan nafas, mencoba menenangkan diri sejenak. Memikirkan kata-kata apa yang tepat jika dia bertemu krystal.
---------------
Kelopak mata Crystal terbuka. Samar-samar dia melihat wajah pria yang sedang membalut pelipisnya. Siapa yang menolongnya? pikirnya. Luka yang baru di perban itu membuat saraf sensorik mengirimkan impuls ke otaknya. Sakit. Ia merintih pelan. Laki-laki yang tengah duduk dan mengobati lukanya, wajah itu Sean. Sean? -Suaminya. Saat menyadari kesadarannya telah kembali, ia langsung membuka kelopak matanya lebar.
Dadanya berdebar keras. Merasa tak nyaman, ia mencoba bergerakkan tubuhnya mencari posisi nyamannya. Ia tak bisa bohong, jika sejak tadi dadanya berdebar keras. Apakah ia salah lihat?
Pandangan yang teduh.
Lengan kokoh yang hangat.
Sesekali kedua matanya melirik karah Sean, menelusuri wajah porselen milik pria yang ada di hadapannya.
"Jangan mencoba menatapku seperti itu," Ujarnya lirih.
Ia terperanjat. Suaranya begitu lirih, apa ia merasa bersalah atas kejadian semalam. Pikirnya. "K-kenapa kau disini?" tanya Crystal lambat-lambat. Sifatnya memang seperti ini. Lemah.
Laki-laki itu pun memasukkan perban dan obat antiseptik ke dalam kotak obat. Mengunci kotak itu dan menaruhnya kembali ke tempatnya. Entah dorongan apa yang membuat laki-laki itu menjulurkan lengannya dan mendekap istrinya itu. Laki laki itu mengangguk, lalu mengusap-usap puncak kepala Crystal- Lembut. "Maafkan aku- Aku tak bisa mengontrol emosi." Ujarny menyesal.
"Kau. A-da A-pa Se-benarnya?" tanyanya berubah gugup, mencoba mendorong tubuh suaminya. Namun, ia hanya bisa pasrah. Dikarenakan tubuhnya yang masih lemah dan tak mampu melepaskan pelukan sepihak itu.
"sebentar saja, tetaplah seperti ini." Pinta Sean lirih.
Tanpa Crystal sadari aroma mint yang menguar dari tubuh Sean membuatnya merasa rileks. Otot-nya perlahan tidak menegang lagi. Tetapi, entah kenapa suhu tubuhnya tiba-tiba menaik. Jantungnya semakin berdebar cepat, menanti jawaban yang akan keluar dari mulut laki-laki yang sedang mendekapnya.
Sean mengusap lembut punggung dan rambut Crystal lembut, "Aku salah, maafkan aku" katanya lagi.
Mendengar ucapan maaf Sean yang terlihat tulus untuknya, ia hanya bisa menganggukan kepalanya. Sejujurnya ia tak bisa banyak bicara, tanpa sadar Ia pun membalas pelukan suami-nya. Airmata tiba-tiba jatuh dari kelopak matanya. Ia menghirup nafas kuat-kuat. Mencoba mencegah air matanya yang terus menetes membasahi baju Sean.
Senyum mulai mengembang di bibir pria tampan itu. Kedua lengannya semakin mengeratkan pelukannya, entah dorongan dari mana hingg membuat ia merasa sangat senang. biarlah ia dicap menjadi pria yang labil- karena ia sendiri pun tak tahu apa yang dia inginkan sebenarnya.
"Ekhheum..Ekhheum." dehem seseorang dari arah pintu.
kedua insan yang tengah berpelukan itu, menolehkan wajahnya ke sumber suara. sean yang tau siapa orang yang mengganggunya- hanya menatapnya malas. sedangkan Crystal mengernyit- menatap bingung pria tampan yang tengah bersandar di pintu kamarnya.
mengerti dengan tatapan adik ipar- padanya. Kai nelangkah maju mendekati keduanya.
"syukurlah kau baik-baik saja, adik ipar." ujaenya tersenyum.
Crystal menatap Sean, meminta penjelasannya. " A-adik Ipar?"
"Hem, dia kaka ku yang baru datang dari Inggris."
"A-ah, maafkan aku tidak menganalimu- kaka ipar." ujaar Crystal menyesal.
"Tidak apa, sangat wajar karena saat itu tidak menghadiri pernikahan kalian. syukurlah kalian bisa saling menerima- meski aku sedikit bingung dengan kejadian semalam."
"T-tidak a-apa, itu hanya kesalah pahaman saja." Ujar Crystal bohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
An unfulfilled heart
RomanceNyatanya pernikahan ini bukan hanya kedok dari perjodohan belaka, tetapi semua ini terselimuti oleh harta, tahtakuas dan kedengkian pria-pria tua itu saja. Lagi, kepahitan pun harus Crystal telan mentah-mentah. Saat pria yang belum genap 24 jam men...